SENSUS HISTORICUS:
"PAPALMOBILE"
Suatu hari, pada musim panas tahun 1930, pabrikan mobil asal Jerman Daimler-Benz AG memberi Paus Pius XI (1857-1939) Nürburg 460 Pullman.
Mobil itu dilengkapi karpet sutra dan motif merpati timbul di lapisan atap. Sambil mengenakan topi hitam dan jubah putih, Paus mengelilingi taman Vatikan dengan kendaraan berkelir hitam itu selama satu jam.
Paus bernama asli Ambrogio Damiano Achille Ratti tampaknya menyukai kendaraan ini. Ia menyebut mobil rancangan Ferdinand Porsche itu sebagai sebuah mukjizat teknik modern.
Meski demikian, Nürburg 460 Pullman bukanlah kendaraan pertama Paus. Pada tahun sebelumnya, Paus mendapat sejumlah mobil, antara lain Graham Paige 837 dan Citroën Lictoria.
Kehadiran sejumlah mobil di garasi Takhta Suci pada waktu itu membukukan nama Pius XI sebagai Paus pertama yang “menempelkan roda karet” di jalanan Vatikan. Konon, ada puluhan kendaraan terparkir di Paviliun Angkutan saat ini.
Selain mobil ada juga kendaraan “jadul” seperti Sedia Gestatoria dan Grand Gala Berlin di salah satu bagian dari Museum Sejarah Vatikan itu.
Nama Pius XI bisa saja takkan tercantum sebagai Paus pertama yang mengendarai mobil dalam sejarah kepausan, andai pendahulunya, Paus Pius X (1835-1914), pada 1909 menerima tawaran Uskup Agung New York, AS saat itu, Mgr John Murphy Farley (1842-1918). Mgr Farley ingin memberikan Itala kepadanya.
Sayang, Pius X menolak pemberian itu. Ia mengaku masih amat asing dan belum siap memakai kendaraan bertenaga mesin. Paus, seperti dikutip Asisten Direktur Museum Vatikan Sandro Barbagallo kepada Catholic Herald, lebih memilih sejumlah kuda ketimbang bensin untuk menarik keretanya.
Lagipula mobil takkan banyak berguna bagi Takhta Suci pada masa itu. Sebab, sejak 1870 hingga sebelum penandatanganan Pakta Lateran pada 11 Februari 1929, pemerintah Italia membatasi ruang gerak Paus hanya di sekitar Vatikan. Hal itu terjadi karena Italia menganggap Vatikan sebagai bagian wilayah kekuasaannya.
Usai penandatanganan perjanjian itu, pendiri industri automotif asal Amerika, Graham bersaudara, memberikan Paus Pius XI sebuah Graham-Paige 837.
Hadiah itu sebagai apresiasi atas kemerdekaan Vatikan sebagai sebuah negara berdaulat. “Sejak saat itu menjadi awal motorisasi kendaraan kepausan,” ungkap wartawan The New York Times, Emily S. Rueb.
====
Paus Yohanes Paulus I (1912-1978) dikenal sebagai sebagai Paus serba pertama. Ia adalah penerus Takhta St Petrus yang lahir pada abad XX. Selain itu, Patriakh Venenzia dan Kardinal-Imam San Marco ini adalah Paus pertama dalam sejarah kepausan yang menggabungkan dua nama orang kudus atau dua nama Paus pendahulunya.
Pemilihan itu juga membukukan dirinya sebagai Paus pertama yang memakai nama tersebut selama masa pontifikalnya. Jejaknya baru diikuti setelah dua kali pergantian paus atau sekira 35 tahun ketika Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ terpilih sebagai Paus ke-266. Ia memilih nama Fransiskus (meski demikian tak menyebut “pertama” di belakang namanya) sebagai pelindung, keutamaan hidup, dan teladan imannya.
Kembali kepada Paus Yohanes Paulus I. Saat memimpin doa Angelus, seperti dikutip dari buku karya Wlliam Smith Catholic Church Milestones: People and Events that Shaped the Institutional Church, Paus bernama asli Albino Luciani itu menjelaskan, pemilihan nama tersebut sebagai bentuk penghargaan dan penghormatannya kepada Paus Yohanes XXIII (1881-1963) dan Paus Paulus VI (1897-1978).
Yohanes XXIII adalah Paus yang memilihnya sebagai Uskup Vittorio Veneto, Italia. Sementara Paulus VI adalah Paus yang menunjuknya sebagai Patriakh dan Kardinal.
Paus yang masa pontifikalnya paling cepat berakhir (hanya 33 hari, karena meninggal) adalah pemimpin umat Katolik sedunia pertama yang menolak untuk mengenakan mahkota kepausan di kepalanya.
Yohanes Paulus I juga nyaris membukukan namanya sebagai Paus pertama yang menolak "sedia gestatoria". Bapa Suci semula memang keberatan menggunakan kursi itu pasca konklaf (pemilihan Paus) namun Vatikan meminta agar Paus mengurungkan niat itu. Alasan mereka agar umat yang menyemut di sekitar Basilika St Petrus bisa melihat Uskup baru Roma. Paus Yohanes Paulus I pun luluh.
"Sedia gestatoria" benar-benar ditinggalkan ketika Yohanes Paulus II (1920-2005) terpilih sebagai Paus. Ia menggantikan Paus Yohanes Paulus I. Selain tak mau ditandu di atas "sedia gestatoria", Paus berdarah Polandia itu juga mengikuti teladan pendahulunya, menolak pentakhtaan mahkota di kepalanya.
"Sedia gestatoria" merupakan takhta “bergerak” Paus. Kursi ini terbuat dari kayu. Meski demikian, lantaran simbol kewibawaan, tampilan tempat duduk itu sangat mewah.
Menurut situs www.catholic.org, "sedia gestatoria" berselubung kain sutra, tempat sandaran tangan bersepuh emas, memiliki pijakan kaki (suppedaneum) sehingga Paus bisa berdiri.
Di belakang "sedia gestatoria" terdapat dua lembar kipas (flabellum) berukuran raksasa berkelir putih. Konon, kipas tersebut terbuat dari bulu burung unta (Struthio camelus). Dalam Liturgi, flabellum berfungsi sebagai pengusir serangga agar tak mengerubuti roti dan anggur. Flabellum juga digunakan sebagai payung, simbol penghormatan kepada uskup.
Di bagian bawah suppedaneum terdapat dua kayu panjang. Kayu itulah yang diletakan di atas bahu kedua belas orang yang mengangkat dan membawa Paus bersama kursi kebesarannya. Para penandu itu disebut palafrenieri. Mereka semua adalah laki-laki dan mengenakan seragam berwarna merah.
"Sedia gestatoria" digunakan pada moment sakral dan penting, misal penobatan Paus. Tradisi ini dimulai sekitar abad XVI. Namun pada abad sebelumnya, menurut situs www.newadvent.org, kursi itu digunakan Paus saat menerima kedatangan perwakilan Kerajaan Napoli yang memberikan upeti tahunan kepadanya. Atau dipakai ketika Paus mengangkat dan menunjukkan Sakramen Maha Kudus ke tengah umat
Seiring waktu, ketika Paus Pius X (1835-1914) bertakhta, "sedia gestatoria" dipakainya kala Kongres Ekaristi di Roma pada 1905.
Bila berkunjung ke Museum Katedral Lisbon, kita bisa melihat sebuah sedia gestatoria antik lengkap dengan sepasang flabella. Kursi itu merupakan cenderamata dari Paus kepada Patriakh Lisbon atas dukungan finansial mereka yang didapat dari Raja John V dari Portugal.
Sekitar 1800, Pangeran Alessandro Torlonia membawa keluar "sedia gestatoria" pemberian Paus Leo XIII itu. Ia memakai kursi tersebut untuk meletakkan dan membawa Kanak-Kanak Yesus dari Aracoeli kepada orang-orang sakit. Dengan demikian mereka tak harus berziarah dan berdoa di Basilika St Maria Aracoeli,.
Sejak masa pontifikal Paus Yohanes Paulus II, "sedia gestatoria" masuk museum. Mulai saat itu, transportasi atau kendaraan Paus pun bertransformasi. Kelak orang mulai mendengar istilah mobil Paus, Popemobile atau Papalmobile. Meski istilah tersebut sebenarnya tak sreg di hati pemimpin umat Katolik sedunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar