Ads 468x60px

Rabu, 21 Maret 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Rabu, 21 Maret 2018
Hari Biasa Pekan V Prapaskah
Daniel (3:14-20.24-25.28)
(Dan 3:52.53.54.55.56)
Yohanes (8:31-42)
"Fides et fidelitas – Iman dan kesetiaan.”
Inilah “via unitiva - jalan persatuan” tapi juga bisa menjadi “via dolorosa - jalan dukacita” karena bisa mendatangkan nestapa dan derita.
Tapi, seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY”, “Deus providebit", biarkan Tuhan yang menyelenggarakan karena Tuhan selalu setia menunjukan kasihNya kepada kita yang setia beriman padaNya.
Adapun, kata ‘setia’ mempunyai 3 arti dasar, al:
1.Dalam kamus umum:
Setia = “taat, patuh; bagaimanapun berat dan susah - selalu melakukan tugas dan berpegang pada janji.”
Dengan kata lain:
Kita diajak punya “kasih - caritas” entah waktu "hujan/panas, suram-buram/temaram, juga ketika ada pelangi dan bersinar mentari", karena bukankah mendapatkan mawar berarti juga mau menerima durinya?
2. Dalam kosakata Inggris:
Setia = “faithful“, terbentuk dari kata dasar “faith/ iman”. Kesetiaan terkait dengan iman.
Dalam kacamata iman, kita=hamba. Martabat hamba diukur dari kesetiaannya: Jika setia, dia dpercaya, jika tidak setia, akan dicampakkan oleh tuannya.
Dengan kata lain:
Kita diajak mempunyai “iman-fides”, karena Tuhan yang kita imani adalah Tuhan yang pengasih - yang sabar dan berlimpah kasih setia.
3. Dalam kosakata “otak atik gathuk”:
Setia = “SElalu Taat & Ingat Allah.”
Kata “selalu” mengandaikan konsistensi: sama di setiap tempat dan saat: “kita tidak dipanggil untuk sukses, tapi untuk setia! Kata “taat” berarti ketika sukar, selalu patuh& mendekat pd Tuhan:"Bukan kehendakku tp kehendakMu yg terjadi”. Dan, kata “ingat Allah” adalah keutamaan iman untuk selalu ingat pada janji Tuhan bahkan bila keadaan dan semuanya tidak menguntungkan.
Dengan kata lain:
Kita diajak mempunyai “harapan-spes”: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga-anggur tidak berbuah-hasil pohon zaitun mengecewakan-sekalipun ladang tidak menghasilkan bahan makanan-kambing domba terhalau dari kurungan dan tidak ada lembu sapi dalam kandang tapi aku akan bersorak-sorak dalam Tuhan.”
Yang pasti, tujuan hidup adalah melakoni hidup dengan tujuan, dan bukankah itu semua bisa lebih mudah sekaligus lebih indah dengan selalu setia beriman kepadaNya?
“Mas Hari pelihara burung - Mari kita buang hati yang murung.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
Luka: “LUpa akan Kasih Allah”
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yoh. 3:16).
Kadang kita memiliki luka dan hidup dengan luka tersebut bukan? Kedirian kita sendiri memang dibentuk oleh pengalaman cinta tapi juga luka, yang kadang tak kunjung terolah dan terselesaikan. Apa yang kerap membuat kita mudah terluka: mudah marah, gampang kecewa, kerap sinis-skeptis dan pesimis, sulit memuji orang dan mudah menjelekkan orang lain?
Satu hal yang saya lihat, kita mudah terluka karena mungkin kita lupa akan kasih Allah. Allah yang begitu sungguh mencintai kita, secara pribadi sekaligus mendalam. Bicara soal lupa, kadang kita lupa bukan? Wajar, jika kita diminta untuk biasa mengingat bukan?
Mengingat sendiri adalah sebuah action. Mengingat juga adalah dialog yang khusyuk antara saya dan diri saya sendiri. Aktivitas mengingat dengan demikian merupakan refleksi atas pengalaman dengan dunia di luar diri saya,terlebih mengingat pengalaman kapan Tuhan sungguh mencintai dan menyapa saya secara pribadi.
Idealnya, aktualisasi dialog reflektif ini menghasilkan suara hati. Tapi realnya, kadang kita lupa, sehingga hidup menjadi dangkal, gagal untuk memikirkan apa yang sedang dilakukan. Kita hidup dalam suatu ungkapan kesadaran praktis menurut seorang sosiolog Inggris, Giddens. Kita mudah lupa, dan tidak biasa berpikir mendalam, gagal mengambil jarak atau memberi makna pada setiap tindakan.
Jelasnya lagi, apa yang perlu kita ingat? Sekali lagi, ingatlah yang baik, yang telah banyak Tuhan perbuat. Inilah penggalan dari Erich Kastner, dalam, In Memoriam Memoriae, “Siapa lupa akan apa yang indah, dia akan jadi jahat.”
Disinilah menjadi jelas, kita harus belajar melibatkan kesadaran reflektif: mengambil jarak, bersikap kritis, mempertanyakan dan memberi makna pada tindakan, sehingga luka kita bisa perlahan berubah kembali menjadi cinta.
Dalam hal ini, pharmakos (“racun” karena dilukai) mesti diubah menjadi pharmakon (“obat” karena dicintai). Karena kasih Allah yang begitu besar pada dunia ini sehingga ia memberikan anaknya yang supaya yang percaya tidak binasa tetapi beroleh hidup kekal (Bdk. Yoh 3:16) tetapi semua manusia berdosa sehingga hak untuk hidup kekal disurga menjadi hilang (Bdk, Roma 3:23 & Roma 6:23) sehingga Allah melalui Putranya Yesus Kristus mendamaikan hubungan Allah dengan kita dan Yesus yang adalah “jalan kebenaran dan hidup” (Bdk Yoh 14:6) merintis jalan itu dengan wafat, kematian-Nya serta dengan kebangkitan-Nya yang melambangkan kekalahan maut atau dosa yang mendamaikan kita dengan Allah (Bdk Rom 5:10).
Satu kalimat klasik yang membuat saya tidak mudah lupa, yakni jalan sederhana ala Bunda Teresa, “Berikanlah pada dunia hal terbaik yang kamu miliki dan kamu akan mendapatkan kekecewaan. Bagaimanapun juga berikanlah pada dunia hal terbaik yang dapat kamu berikan.” Sekarang anda masih lupa betapa baiknya Allah?
2.
"Libertas - Kemerdekaan!"
Inilah yang menjadi salah satu pesan inti hari ini bahwa: "setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa dan tidak tetap tinggal di rumah; yang tetap tinggal dalam rumah adalah anak. Bila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Secara praktis, Gereja juga mengajak kita untuk selalu mengisi kemerdekaan dengan keterlibatan dan keberpihakan. Itu sebabnya Johann Baptist Metz, seorang teolog politik pernah memberikan definisi tersingkat dari agama yaitu interupsi/unterbrechung/keterlibatan. Agama itu berangkat dari interupsi Allahke tengah dunia yg carut marut. Agama mengkhianati panggilannya bila berhenti membuat interupsi, bukan? Jelasnya, kita sbg anak-anak Allah yang merdeka juga perlu terus melakukan interupsi, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap dunia yg ada di sekitar.
Dalam intensi seperti ini, kita sebagai warga gereja yang merdeka hendaknya tidak meninggalkan sesama di pinggir jalan sendirian, tapi mestinya menjadi gereja yang merdeka, yang hadir dan mengalir di tengah pasar, tidak melulu di altar dan mimbar.
Memang, dalam bahasa Rm Mangun, kita kerap seperti ‘Putri Duyung Yang Mendamba’, di satu sisi mau mencapai bintang di langit dengan lengan-lengan manusianya, tapi kakinya masih tertangkap dalam air dan terbungkus sirip ikan.
Disinilah kita tidak usah menanti sempurna tapi harus terus menyuarakan hati nurani, wahyu Ilahi dan nilai kemanusiaan, sehingga kita sungguh menghorisontalkan kerajaanNya: “Gaudere cum gaudentibus, et fiere cum fientibus - Bersukacita dengan yang bersukacita dan menangis dengan yang menangis".
Jelasnya, Tuhan ingin kita terlibat di tengah gulat geliat kehidupan dan mau menghidup-kembangkan iman sebagai sebuah interupsi untuk selalu menghadirkan kemerdekaan sebagai anak anak Allah: Ecclesia semper reformanda - Gereja harus selalu diperbarui."
"Ada penculik cari cuka - Jadilah orang Katolik yang merdeka!"
3.
Kutipan Teks Misa:
Tuhan kita Yesus Kristus, Putra Allah, berdoa untuk kita, berdoa dalam diri kita, dan kepada-Nya kita berdoa. (St. Agustinus)
Antifon Pembuka (bdk. Mzm 18:48-49)
Tuhan, Engkau membebaskan daku dari musuh. Engkau memberi aku kemenangan atas segala lawan dan merebut aku dari tangan orang jahat.
My deliverer from angry nations, you set me above my assailants; you saved me from the violent man, O Lord.
Doa Pembuka
Ya Allah, Engkau telah mengutus Putra-Mu kepada kami. Kami mohon, semoga pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam rangka menanggapi kedatangan Putra-Mu itu, tidak menghancurkan kami tetapi justru semakin menguji kemurnian dan kesungguhan iman kami. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Nubuat Daniel (3:14-20.24-25.28)
"Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya."
Sekali peristiwa berkatalah Nebukadnezar, raja Babel, kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego, “Apakah benar, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah kamu menyembah patung yang kubuat ini! Tetapi jika kamu tidak menyembah, seketika itu juga kamu akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?” Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab, “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada Tuanku dalam hal ini. Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya Raja. Tetapi seandainya tidak, hendaklah Tuanku mengetahui, bahwa kami tidak akan memuja dewa Tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang Tuanku dirikan itu.” Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar. Air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lipat lebih panas dari yang biasa. Kepada beberapa orang yang sangat kuat di antara tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego, dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. Tetapi terkejutlah Raja Nebukadnezar, lalu bangun dengan segera. Berkatalah ia kepada para menterinya, “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?” Jawab mereka kepada raja, “Benar, ya Raja!” Kata raja, “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu. Mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” Maka berkatalah Nebukadnezar, “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya tetapi melanggar titah raja, yang menyerahkan tubuh mereka karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Kidung Tanggapan
Ayat. (Dan 3:52.53.54.55.56)
P. Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau dalam bait-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
I. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau di bentangan langit.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:31-42)
"Apabila Anak memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, maka kamu benar-benar murid-Ku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jawab mereka, “Kami adalah keturunan Abraham, dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa, dan hamba tidak tetap tinggal di rumah; yang tetap tinggal dalam rumah adalah anak. Tetapi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka. Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku, karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, seperti halnya kamu melakukan apa yang kamu dengar dari bapamu.” Jawab mereka kepada-Nya, “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka, “Sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah! Pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka, “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka, “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Yesus mengajarkan bahwa kebenaran akan membebaskan kita Kebenaran itu pertama-tama ada di dalam Yesus sendiri. Bangsa Israel pada zaman Yesus keliru memahami ajaran Yesus. Mereka merasa bahwa mereka adalah orang-orang merdeka, bukan budak. Maka ketika Yesus mengatakan bahwa kebenaran akan memerdekakan mereka, mereka mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Abraham, orang merdeka.
Menurut Yesus, setiap orang yang berdosa, ia adalah budak dosa. Mereka harus bertobat dan hidup dalam kebenaran maka mereka sungguh-sungguh bebas, tidak lagi dalam perbudakan dosa. Hidup dalam kebenaran berarti hidup taat kepada kehendak Allah seperti Yesus, yang makanannya adalah melaksanakan kehendak Bapa-Nya
Pada dasarnya, dosa adalah tindakan yang melawan kehendak Allah. Jika kita bisa taat dan setia melaksanakan kehendak Allah maka kita bisa bebas dari dosa. Allah menghendaki kita berbuat kasih dan menghasilkan buah-buah Roh. Kasih dan buah-buah Roh itulah yang membebaskan kita dari dosa. Tidaklah mungkin bahwa seseorang hendak membunuh Yesus dan sekaligus keturunan Abraham. Sama halnya dengan kita, tidaklah mungkin kita taat mengikuti ajaran Yesus dan sekaligus berbuat dosa. Allah adalah kasih. Yesus adalah wujud kasih Allah kepada kita, maka setiap orang yang setia mendengarkan Yesus pasti berbuat kasih dan menghasilkan buah-buah kasih, seperti sukacita, damai sejahtera, kerukunan, persaudaraan, kerendahan hati, dan ketaatan. Jika kita mengaku bahwa kita murid Yesus tetapi tidak hidup dalam kasih dan menghasilkan buah-buah kasih, kita seperti bangsa Israel yang mengaku sebagai keturunan Abraham, tetapi hendak membunuh Yesus.
Sudahkah kita hidup dalam kasih? Apakah kita membawa damai, sukacita dan persaudaraan sejati kemana pun kita pergi? Atau sebaliknya?
Antifon Komuni (Kol 1:13-14)
Allah telah memindahkan kita ke dalam Putra-nya terkasih. Dalam Dialah kita memperoleh penebusan dan dalam Darah-Nya penghapusan dosa.
God has brought us to the kingdom of his beloved Son, in whom we have redemption through his Blood, the forgiveness of sins.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar