HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Selasa, 27 Februari 2018
Hari Biasa Pekan II Prapaskah
Yesaya (1:10.16-20)
(Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23)
Matius (23:1-12)
Verba docent exempla trahunt - Kata kata itu mengajar tapi teladan itu menyentuh hati."
Inilah pepatah latin yang seakan mengamini pesan inti Yesus hari ini: “Lakukanlah segala sesuatu yang mereka (para ahli kitab dan orang farisi) ajarkan kepadamu tapi janganlah kamu turuti perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan tapi tidak melakukannya.
Dengan kata lain:
Yesus membenci sikap ahli kitab dan orang farisi yang munafik (Arab: منافق, munāfiqūn, "MUlutnya pedas-Nalurinya iri-FIKirannya negatif"), yang tampak dalam beberapa ciri dasar: "bila berkata-ia berdusta; bila berjanji-ia mengingkari; bila diberikan kepercayaan-ia mengkhianati".
Disinilah, kita diajak untuk meninggalkan sikap "NATO - No Action Talk Only", yang hanya sibuk mengobral janji tapi hidupnya tidak terpuji, yang selalu pandai berkata-kata tapi tidak punya cinta, yang hanya pandai berkotbah tapi tidak mau berubah.
Imbasnya: walaupun pelbagai ajaran telah dinyatakan-dibentangkan-dicanangkan dan ditaburkan, tapi kerap kehilangan daya dan makna karena yang diajarkan tidak dilaksanakan dan termakan budaya materialistis, alias hanya menjadi “pabrik kata-kata, yang dalam bahasa Cicero: "tak ada benteng yang demikian kuat, di mana uang tak dapat memasukinya".
Jelasnya, kita butuh bahasa keteladanan dan diajak untuk menjadi dan memberi teladan kasih yang hidup karena menyitir Seneca: ‘Manusia lebih percaya pada mata mereka, daripada telinga mereka!”. Maka sebenarnya buat apa kesana kemari mengenakan jubah putih/kalung salib, lambang kesucian dan simbol pemihakan terhadap kebenaran, kalau buta dan tuli terhadap kebenaran itu sendiri?
Bersama dengan Masa Prapaskah, atas nama keimanan yang manusiawi dan kemanusiaan yang imani, kita sebagai "homo religiosus" yang mengaku beriman kristiani, semestinya selalu berani memberikan pewartaan kesaksian iman yang hidup akan kerahiman ilahi, dengan “kud”, karya murah hati, ucapan memberkati dan doa yang sepenuh hati. Ego Mitto Vos - Aku sekarang mengutus kamu!
"Cari baju di Lebak Bulus - Mari maju dengan hati yang tulus."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
“Exempla in terris - Teladan di tengah dunia”.
Inilah harapan Yesus bahwa kita bisa menjadi teladan iman, bukan hanya dengan kata-kata (”verbum”) tapi lebih pada tindakan nyata yang penuh kebaikan (”bonum”).
Adapun 3 ajakan Yesus sebagai Sang Teladan Utama, antara lain:
A.”TE”guhkan iman dengan kerendahan hati:
Menyitir pesan Nabi Yesaya, "Basuhlah - bersihkanlah dirimu dan jauhkanlah perbuatanmu yang jahat dari mataKu. Berhentilah berbuat jahat dan belajarlah berbuat baik”. Yesus dengan penyalibanNya sendiri dengan tegar mau meneguhkan iman kita: Ia rela mengalami sengsara fisik-sengsara rohani -sengsara sacramental dan sengsara aktual. Inilah derita, “passio” yang meneguhkan iman kita untuk bertindak.
Jelasnya, Yesus meneguhkan iman kita karena Ia jelas hadir demi GerejaNya yang dikejar-kejar, dalam mereka yang sakit-menderita dan yang mengalami ketidakadilan.
B.”LA”yani Tuhan dengan kemurahan hati:
Jalan terbaik menjadi teladan bukan melulu dengan menjadi “leader, tapi dengan menjadi “server”: Barangsiapa mau menjadi yang terbesar hendaklah ia mau melayani yang lain.”
Kalau kita hidup untuk saling melayani bukankah Ia hadir bersama kita, mulailah dengan hal-hal kecil dan sederhana karena bukankah pohon raksasa juga mulai dengan benih kecil dan orang yang paling perkasa pada mulanya adalah seorang bayi yang lemah dan tak berdaya?
C.”DAN” jauhi kemunafikan dengan ketulusan hati:
Dalam buku saya (“TANDA’, RJK, Kanisius) ada tiga indikasi orang munafik, al:
- MUlutnya pedas,
- NAlurinya iri hati,
- FIKirannya negatif”.
Dengan kata lain: hidup iman dan sikap baik kita harus dibarengi dengan kemurnian hati/”intentio pura” (bukan pura-pura) bagi kemuliaan Tuhan. Yang pasti, Tuhan memang tinggi sekali tapi Ia melihat ke bawah, ke tempat yang rendah. Sebab itu janganlah mencari gunung yang tinggi untuk bertemu Tuhan. Bila kita meninggikan diri setinggi-tingginya, Ia akan menarik Diri sejauh-jauhnya. Tapi, jika kita merendahkan diri serendah-rendahnya, Ia akan tunduk mendekati kita sedekat-dekatnya.
Sudahkah kita rendah hati-murah hati dan tulus hati?
“Naik sedan di Pangkalan Jati – Jadilah teladan iman dengan sepenuh hati”.
2.
"Zi Bingfa - Seni Berperang."
Inilah salah satu judul buku karya Sun Zi, dimana dia pernah mengungkapkan:
"Sekuntum bunga sebenarnya menjadi elok berkat dukungan daun-daun yang hijau." Daun hijau yang memiliki klorofil-sekalipun tidak seelok bunga, mempunyai fungsi vital, yakni sebagai pemasok nutrisi karbohidrat melalui proses fotosintesis dari air dan gas asam arang serta penyinaran matahari.
Disinilah, kita diingatkan untuk tidak boleh menjadi sombong dan merendahkan yang lain, seperti yang ditunjukkan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi.
Alih-alih membuka kerajaan surga, mereka malahan menjadi batu sandungan bagi sesama.
Tentang mereka, Yesus berkata:
"Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksudkan untuk dilihat orang" (Mat 23:5).
Disinilah, kita diajak untuk menyatakan kehadiranNya dengan sikap tulus dan rendah hati: "Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu".
Dengan kata lain: Jika kita hidup dengan tulus dan rendah hati di hadapanNya, "isi" kita jauh lebih penting daripada "sampul" luarnya karna kita semua adalah saudara, yang setara dan se-udara di ladangnya Tuhan, sekalipun memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Yah, entah menjadi "bunga" atau "daun hijau", kita dapat terus saling bersinergi dan mendukung orang lain untuk bersama menghasilkan "buah-buah" yang baik dengan sikap nyata penuh ketulusan dan kerendahan hati.
"Belajar kalkulus di Gunung Jati - Jadilah orang yang tulus dan rendah hati."
3.
"Via purgativa - Jalan pemurnian."
Inilah sebuah keutamaan imani yang diwartakan Yesus. Ia menasehati para muridNya untuk mendengarkan dan melakukan segala yang diajarkan para pemimpin agama, namun tak boleh meniru perbuatan mereka.
Jelasnya, mereka yang dianggap sebagai "tokoh/pemuka" ternyata bukan pemimpin tapi pemimpi, bukan pahlawan tapi pecundang, tidak otentik tapi munafik.
Adapun 3 mentalitas orang munafik yang "MUlutnya pedas, NAlurinya iri dan FIKirannya negatif", antara lain:
a."Tomat - Sekarang tobat besok kumat."
b."Dele - Esuk dele sore tempe lambe domble mencla mencle".
c. "Blangkon - Bisa kotbah tidak bisa nglakoni."
Inilah 3 identitas banyak orang yang tidak mempunyai integritas karena yang dikatakannya tidak sesuai dengan yang dilaksanakannya. Mereka melakukan kebaikan hanya demi dilihat orang namun sikap asli mereka sehari-hari sangat buruk dan menjadi batu sandungan untuk yang lainnya.
Singkatnya, kita diajak belajar hidup murni dengan spiritualitas iman berpola “3K”, antara lain:
A."Ketulusan/intentio pura".
Inilah sikap yang tidak ber"pura-pura", tapi penuh ketulusan dan bukan kepalsuan.
Lihatlah Yesus! Ia mengambil sikap seorang Hamba yang menderita bahkan taat sampai wafat di kayu salib (bdk. Flp 2:7-8).
B."Kerendahan hati".
Sebuah sikap yang didasari pengalaman kasih akan banyak nya rahmat Allah (gratia domini). Dan, syukur pada Allah, karena sadar akan berlimpahnya rahmat ilahi, Gregorius (540-604) adalah paus pertama yang menggunakan secara luas sebutan “Pelayan dari Para Pelayan Tuhan” (servus servorum Dei) sebagai sebuah gelar paus, sehingga melahirkan kebiasaan baik di kepausan untuk bertindak penuh kerendahan hati: "Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditingggikan."
C."Keterbukaan".
Inilah sebuah sikap yang tidak mudah menghakimi tapi selalu berani untuk belajar memahami, yakni melihat kebaikan orang lain dengan selalu membuka diri-hati dan budi, tanpa praduga.
Indahnya, tiga spiritualitas iman “3K” ini akan lebih mudah membawa kita pada sikap penyerahan dan kepasrahan diri kepada kebijaksanaan dan bimbingan Allah, yang selalu membutuhkan pengampunan, belas kasih, pertolongan dan bimbingan Tuhan.
"Dari Lebak Bulus ke Efesus - Orang tulus disayang Tuhan Yesus."
4.
Kutipan Teks Misa:
“Orang yang lemah-lembut ialah orang yang tahu bagaimana bersabar terhadap sesama dan terhadap dirinya sendiri.” (St. Yohanes dari Salib)
Antifon Pembuka (bdk. Mzm 13 (12):4-5)
Terangilah mataku, agar aku jangan tertidur dalam maut; jangan sampai musuhku berkata: Dia telah kukalahkan!
Give light to my eyes lest I fall asleep in death, lest my enemy say: I have overcome him.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahamulia, kami mohon lindungilah Gereja-Mu senantiasa. Tanpa Engkau segala usaha manusia akan gagal. Luputkanlah kami dari segala yang jahat dan bantulah kami mencapai kebahagiaan abadi. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau, dalam persatuan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (1:10.16-20)
"Belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan."
Dengarlah firman Tuhan, hai para pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik. Usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuanganlah perkara janda-janda! Lalu kemarilah, dan baiklah kita berperkara! Firman Tuhan. Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil yang baik dari negeri ini. Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang.” Sungguh, Tuhan sendirilah yang mengucapkan ini.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Siapa yang jujur jalannya, akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah.
Ayat. (Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23)
1. Bukan karena kurban sembelihan engkau Kuhukum, sebab kurban bakaranmu senantiasa ada di hadapan-Ku! Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu, atau kambing jantan dari kandangmu.
2. Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkau membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku?
3. Itulah yang engkau lakukan, apakah Aku akan diam saja? Apakah kaukira Aku ini sederajat dengan engkau? Aku menggugat engkau dan ingin beperkara denganmu.
4. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban, ia memuliakan Daku; dan siapa yang jujur jalannya, akan menyaksikan keselamatan dari Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yeh 18:31)
Buanglah daripadamu segala durhaka yang kamu buat terhadap-Ku, dan perbaharuilah hati serta rohmu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (23:1-12)
"Mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukan."
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak dan murid-murid-Nya, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah suka disebut rabi; karena hanya satulah Rabimu, dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satulah Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu pemimpinmu, yaitu Kristus. Siapapun yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Bila seseorang menerima tugas baru serta di tempat baru, umumnya pertanyaan spontannya adalah bagaimana fasilitas di sana. Orang akan sangat senang dan bersemangat bila diberi jabatan baru yang lebih keren atau lebih tinggi, dengan fasilitas yang sangat memadai dan diberi gaji yang tinggi pula. Siapa orangnya yang tidak mau. Berpikir akan tempat yang terhormat, kedudukan yang tinggi, fasilitas yang lengkap dan baik, syukur-syukur berbagai tunjangan yang serba enak adalah spontanitas orang-orang zaman ini.
Tampaknya hal yang sama terjadi di antara para murid Yesus. Dimulai dengan permohonan dari ibu anak-anak Zebedeus yang memohon kepada Yesus agar kedua anaknya kelak diperkenankan duduk di dalam kerajaan Yesus. Bayangan ibu dan kedua anaknya itu tentu berupa kedudukan terhormat, jabatan mentereng dan disegani orang.Mereka berpikir bahwa kelak Yesus ini akan menjadi Raja di Israel, raja dalam pengertian duniawi dengan kekuasaan duniawi yang serba wah dan terhormat. Ini persis bayangan para politikus yang berebut kekuasaan di lembaga eksekutif, legislatif dan juga yudikatif. Orang membayangkan kehormatan dan fasilitas yang akan diterima. Kisahnya dilanjutkan bagaimana permintaan ibu dengan kedua anaknya itu membuat marah pada murid yang lain. Jelas alasannya: para murid yang lain tidak mau kalah saing, tidak mau tidak mendapat tempat dan kedudukan yang terhormat pula. Dan ironisnya adalah sejak awal Injil hingga akhir Injil hari ini, Yesus berbicara tentang nasib-Nya harus menderita dan bahkan dijatuhi hukuman mati. Mengapa Yesus harus menderita dan dibunuh? Bukan hanya karena ditolak bangsa-Nya tetapi terlebih karena Yesus datang "untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Demikianlah senantiasa terjadi kontras dan ironi jalan Tuhan yang rela menderita demi keselamatan banyak orang dan jalan manusia yang diingininya serba enak demi dirinya sendiri.
Poinnya terakhir di atas dapat menjadi renungan kita hari ini. Marilah kita mawas diri terhadap reaksi spontan kita ketika menerima tugas baru atau situasi baru: apakah kita masih terjebak pada jalan manusia yang berpikir pertama-tama selalu soal kenyamanan dan kemudahan serta kehormatan demi diri sendiri? Ataukah kita sudah menuju jalan Tuhan, yakni kerelaan untuk mengikuti jalan pengorbanan bagi kebaikan sesama kita.
Antifon Komuni (Mzm 9:2-3)
Aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi,
I will recount all your wonders. I will rejoice in you and be glad, and sing psalms to your name, O Most High.
Doa Malam
Allah Bapa yang Mahaagung, semoga hati kami selalu terbuka terhadap segala yang tertulis tentang Dikau. Berilah kami semangat, bukan untuk mendengarkan saja, melainkan untuk benar-benar menghayati Sabda-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar