SERIAL "PIO" - "Pax In Omnibus" (XV)
SERIAL 50 TAHUN WAFATNYA & 100 TAHUN STIGMATA "PIO" - "Pax In Omnibus"
KILAS BALIK (XV)
PADRE PIO AND "MOM"
MARY OUR MOTHER....
Pagi ini ketika aku mendekati Altar, aku merasa kesakitan secara fisik dan menderita di dalam diriku. Aku merasa seperti hendak mati. Aku larut dan tercekam dengan rasa kesedihan yang mematikan.
Pada saat memakan Hosti Kudus, aku melihat dengan jelas Sang Bunda, ("MOM-Mary Our Mother) bersama Bayi Yesus. Mereka berdua mengatakan kepadaku :
"Tenanglah! Kami di sini bersamamu. Kau adalah milik kami dan kami adalah milikmu."
Dari saat itu aku merasa tenang dan tenggelam dalam suatu lautan kemanisan dan cinta yang sungguh tak terungkapkan.
+ Padre Pio, 15 Agustus 1929.
Devosi Padre Pio kepada Bunda Maria sangatlah besar. Beberapa kali Bunda Maria menampakkan diri kepadanya.
Paling sedikit satu kali, Maria menampakkan diri kepada Padre Pio selagi dia merayakan Misa Kudus. Mengenai penglihatan itu, Padre Pio mengatakan:
“Dengan penuh perhatian dia (Maria) menemaniku ke altar pada pagi hari ini. Seakan-akan dia tidak mempunyai apa-apa untuk dipikirkannya selain agar aku mengisi hatiku dengan afeksi-afeksi yang kudus. Aku merasakan api yang misterius dari hatiku yang aku tidak dapat mengerti. Aku merasakan perlu untuk menaruh es dalam hatiku agar dapat menghilangkan api yang sedang membakar aku! Aku ingin mempunyai suatu suara yang cukup keras untuk mengundang para pendosa dunia agar mengasihi Bunda Maria.”
Padre Pio menjalani devosi rosario dengan tidak tanggung-tanggung dan ia seringkali terlihat sedang memegang rosario dan berdoa. Pada saat imam suci ini meninggal dunia, dia sedang memegang rosario, dan kata-katanya yang terakhir adalah “Yesus, Maria.”
Kepada orang-orang yang datang kepadanya untuk bimbingan spiritual, Padre Pio memberi nasihat agar mereka berdoa rosario setiap hari. Padre Pio menggunakan semua waktu luangnya dengan berdoa rosario.
Disamping devosinya kepada Bunda Maria lewat doa rosario, Padre Pio sadar akan kuasa dari doa “Salam Maria”.
Ketika seorang laki-laki dari Milano datang mengunjunginya, Padre Pio bertanya kepadanya mengapa dia sampai ‘begitu-begitunya’ melakukan perjalanan yang jauh dari Milano untuk menemuinya. Lalu Padre Pio meyakinkan orang itu bahwa mendoakan “Salam Maria” lebih menguntungkan bagi jiwanya daripada melakukan perjalanan jauh itu.
Penting untuk diingat bahwa Santo Louis de Montfort mengklaim bahwa dia dapat mengatakan sampai seberapa jauh hidup seseorang bagi Allah dari devosi orang itu berdoa “Salam Maria” dan rosario.
Devosi Padre Pio kepada Bunda Maria dipengaruhi oleh penampakan-penampakannya di Fatima. Tahu bahwa Maria di Fatima telah minta kepada umat untuk berdoa rosario menyebabkan Padre Pio lebih bersemangat untuk mempromosikan doa rosario.
Bala Tentara Biru Santa Perawan dari Fatima mencari bantuan dan doa-doa dari Padre Pio untuk mempromosikan pesan Fatima. Padre Pio bernubuat bahwa komunisme akan dikalahkan apabila anggota Bala Tentara Biru itu berjumlah sama dengan orang-orang komunis.
Pada tahun 1959 ketika kelihatannya bahwa Saudari Maut sudah datang mendekat, Patung Santa Perawan dari Fatima untuk para peziarah datang ke San Giovanni Rotondo.
Melihat bahwa para atasannya tidak melarang, Padre Pio bersikukuh untuk meninggalkan tempat tidurnya agar dapat menghormati patung ajaib itu. Pater Pio disembuhkan dari sakitnya.
Setelah peristiwa itu Padre Pio membuat sebuah deklarasi formal tentang kesembuhan instan yang dialaminya berkat pengantaraan Santa Perawan dari Fatima.
Sebagai rasa syukurnya, Padre Pio mengirimkan sebuah salib ke Fatima.
Beberapa bulan kemudian delegasi Bala Tentara Biru datang untuk menghadiahkan kepada imam suci ini sebuah patung Santa Perawan dari Fatima berupa ukiran tangan. Padre Pio menaruh patung itu di atas meja di sakristi di mana dia menyiapkan Ekaristi. Kemudian Padre Pio menerima sebuah patung lagi yang ditaruhnya di lorong biara dekat sel-nya.
Sebagai seorang putera sejati dari Santo Fransiskus dalam tradisi Fransiskan, Padre Pio selalu sadar akan prerogatif besar dari Bunda Maria, terkandungnya Maria tanpa noda, dan pentingnya hal itu semua. Dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya di dunia, Padre Pio hanya merayakan Misa Maria yang terkandung tanpa noda. Padre Pio juga tidak pernah ragu-ragu untuk meneguhkan mediasi universal dari Maria.
====
Pada tahun 1959, Patung Ziarah Maria Fatima tiba di Italia.
Di saat yang sama, Padre Pio sedang jatuh sakit dan didiagnosa menderita tumor yang fatal.
Pada tanggal 6 Agustus, patung Maria Fatima tiba di San Giovanni Rotondo, biara tempat tinggal Padre Pio.
Padre Pio bangun dari pembaringannya, berdoa dan mencium kaki patung Maria.
Ketika patung Maria dibawa pergi dengan helikopter, Padre Pio berkata, "O Bundaku, ketika kau datang ke Italia, kau menemukan aku sedang sakit begini.
Kau telah datang ke San Giovanni dan melihatku menderita karena sakitku.
Sekarang kau sudah pergi dan aku belum juga terbebas dari sakitku."
Saat Padre Pio mengucapkan doa ini, terjadi hal yang ajaib.
Helikopter, dengan patung Maria di dalamnya, terbang tinggi mengelilingi biara tiga kali.
Pilotnya di kemudian hari mengatakan bahwa ia juga tidak menjelaskan mengapa ia melakukan itu. Ada suatu dorongan dari luar dirinya.
Pada saat yang sama, Padre Pio merasa suatu getaran yang kuat pada seluruh tubuhnya, ia dimasuki gelombang cahaya dan merasa tumornya terbakar dan ia berteriak, "Aku disembuhkan! Bunda kita telah menyembuhkanku! Berterima kasihlah kepada Bunda Fatima untukku!"
Di kemudian hari, Padre Pio menuliskan pengalamannya ini dengan mengatakan :
"Pada saat Ia (patung Maria Fatima) meninggalkan tempat ini, aku merasa sehat lagi, dan lalu sanggup merayakan Misa lagi setelah 3 hari berturut tidak dapat."
Lord, God of my heart,
You alone know and see all my troubles.
You alone are aware that all my distress
springs from my fear of losing You,
of offending You, from my fear of not loving You
as much as I should love and desire to love You.
If You, to whom everything is present
and who alone can see the future,
know that it is for Your greater glory
and for my salvation that I should remain
in this state, then let it be so.
I don’t want to escape from it.
Give me the strength to fight
and to obtain the prize due to strong souls.
Amen.
St. Padre Pio
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar