Ads 468x60px

Sabtu, 31 Maret 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 31 Maret 2018
Hari Sabtu Suci
Kej 1:1--2:2
Mzm 104:1-2,5-6,10,12-14,35
Rm 6:3-11
Mrk 16:1-8
"Allleluia - Pujilah Tuhan!"
Inilah pekik kemenangan yang khas pada malam kebangkitan Tuhan di malam Paskah nanti.
KebangkitanNya sendiri adalah salah satu kebenaran utama yang penting dalam Injil (1Kor 15:1-8) karena bbrp alasan iman, al:
A. Membuktikan bhw Dia adl Anak Allah (Yoh 10:17-18; Rom 1:4).
B. Menjamin kemanjuran bhw kematian-Nya yg menebus kita (Rom 6:4; 1Kor 15:17)
C. Membuktikan kebenaran Alkitab (Maz 16:10; Luk 24:44-47; Kis 2:31)
D. Memastikan penghakiman org fasik di masa depan (Kis 17:30-31).
E. Mendasari karunia Roh Kudus-hidup kekal (Yoh 20:22; Rom 5:10; 1Kor 15:45) dan kenaikan-Nya di surga sebagai Pengantara org beriman (Ibr 7:23-28).
F. Memastikan warisan orang percaya di surga (1Pet 1:3-4) dan kebangkitan/pengangkatan mrk ketika Tuhan datang (Yoh 14:3; 1Tes 4:14-18).
G. Memungkinkan tersedianya kehadiran Kristus serta kuasa-Nya atas dosa dlm pengalaman hidup kita (Gal 2:20; Ef 1:18-20).
Setelah bangkit, Ia tetap tinggal di bumi selama 40 hari, menampakkan Diri dan berbicara kepada murid-Nya, al:
a. Maria Magdalena (Yoh 20:11-18)
b. Para wanita yg kembali dari kuburan (Mat 28:9-10)
c. Petrus (Luk 24:34)
d. Dua murid yg menuju ke Emaus (Luk 24:13-32)
e. Semua murid kecuali Tomas
(Luk 24:36-43)
f. Semua murid pada Minggu malam, satu minggu kemudian (Yoh 20:26-31)
g. 7 murid di Danau Galilea
(Yoh 21:1-25)
h. 500 orang di Galilea
(Mat 28:16-20, 1Kor 15:6)
i. Yakobus (1Kor 15:7)
j. Murid-murid yg menerima Amanat Agung (Mat 28:16-20)
k. Para rasul ketika Ia naik ke sorga (Kis 1:3-11)
l. Rasul Paulus (1Kor 15:8)
Sudahkah kita juga ikut "bangkit" bersamaNya?
"Makan pepaya di atas bukit - Alleluia Tuhan bangkit!"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
SABTU MALAM PASKAH
Di makam, kita dapat merenungkan tragedi umat manusia yang, terlepas dari Allah, secara tak terelakkan dikuasai oleh kesepian dan keputusasaan.
Mengandalkan dirinya sendiri, manusia merasa sesak dalam setiap tarikan napas pengharapan menghadapi penderitaan, kegagalan hidup dan, teristimewa, maut.
Apakah yang harus kita lakukan?
Kita harus menunggu kebangkitan. Pastinya, Gereja merayakan Paskah dengan sukacita yang luar biasa! Yesus telah bangkit dari antara orang mati dan tidak akan pernah mati lagi.
Ia hidup abadi sebagai Tuhan dan Penyelamat kita yang mulia.
Semangat Paskah ini dimulai pada Hari Sabtu Malam Paskah dengan Upacara Cahaya yang melambangkan Terang Kebangkitan.
Lilin Paskah mengingatkan kita bahwa Yesus adalah terang dunia dan kita semua dipanggil untuk membagikan terang-Nya kepada siapa saja yang kita jumpai.
Warga baru dibersihkan dari dosa dan disambut kedatangannya dalam Gereja.
Kaum beriman yang telah dibaptis diajak memperbaharui Janji Baptis. Sebagaimana Kristus wafat, lalu bangkit, demikian pula kita mati terhadap dosa dan bangkit untuk hidup baru sebagai anak-anak Allah.
2.
"Via cruxis et via spes - Jalan salib dan jalan harapan".
Premis iman ini benar karena tidak ada paskah tanpa jumat agung, tidak ada kebangkitan tanpa kematian dan tidak ada kemuliaan tanpa kesakitan.
Inilah kekhasan iman Katolik yang harus kita syukuri dan maknai bahwa kita memiliki warisan iman ilahi sekaligus sangat insani yakni "jalan salib", sebuah "via dolorosa - jalan dukacita" yang sekaligus merupakan "via spes - jalan harapan dan via sapientia - jalan kebijaksanaan".
Adapun dalam buku saya, "TANDA" (RJK, Kanisius), salib yang sekaligus jalan harapan dan jalan kebijaksanaan sendiri bisa berarti "Saat Aku Lemah Ingatlah Bapa".
Ya, Bapa yang Rahim-lah, yang memberikan 3 pilar dasar dalam kelemahan dan ruwet renteng hidup harian kita, al:
A. Keselamatan:
Dulu, ketika Musa meninggikan ular di padang gurun, umat Israel yang memandang ular itu diselamatkan dari pagutan ular-ular tembaga.
Kini: ketika Yesus ditinggikan lewat kayu salib, kita juga diselamatkan dari perbudakan dosa karena Dia telah mati dan menjadi penebus "korban silih" buat kita.
B. Kedewasaan:
"Salib" yang kita jumpai dan alami dalam kehidupan membuat kita menjadi orang beriman yang dewasa, mengajak kita berani semakin mengalami "katarsis" dan "knosis", semacam pemurnian dan pengosongan diri bahwa setiap "salib" membuat kita lebih mengenakan keilahian (Kristus sentris) dan menanggalkan kesombongan (Ego sentris). Kita menjadi dewasa dan lebih berbelarasa dalam berkata-bersikap dan bertindak secara nyata dalam hidup sehari-hari.
C. Penghiburan:
Di banyak gereja dan bahkan di rumah kita mungkin ada kayu salib Kristus yang digantungkan, marilah kita juga menggantungkan "HIK-Harapan Iman Kasih" kita beserta pergulatan hidup kepada Kristus yang telah rela "tergantung" untuk kita.
Inilah penghiburan iman kita bahwa "Dia yang tersalib" bersolider dengan kita, "Dia yang tersalib" menjadi energi/sumber kekuatan, "elan vital" dalam menanggung beban kehidupan yang terus datang silih berganti.
"Bunga Tulip bunga penuh rasa - Pengalaman salib membuat kita semakin beriman dewasa".
3.
"Eternitas - Keabadian."
Inilah salah satu kekhasan hidup kekal seperti yang dijanjikanNya kepada Nikodemus. "Hidup yang kekal" berarti hidup mulia di surga bersama Allah untuk selama-lamanya.
Nah, selama kita masih hidup di dunia dan menuju hidup kekal, kita diajak untuk senantiasa percaya kepadaNya dengan mengungkapkan-merayakan dan pastinya dengan mewujudkan ajaran kasihNya. Inilah sebuah upaya meng-horisontal-kan Kerajaan Allah yang sejati dan abadi.
Lebih lanjut, untuk mengungkapkan-merayakan dan mewujudkan "cahi-cakir-cadak", "cara hidup-cara pikir-cara bertindak" ala Yesus, kita dapat belajar dari pengalaman iman gereja perdana yang tidak memisahkan "MAP"-"Mimbar Altar Pasar" karena sejatinya iman di "altar/mimbar perjamuan" memang tidak terpisah dari hidup harian di "pasar kehidupan".
Yesus memberikan contoh nyatanya:
memberi makan/minum, memberi tumpangan/pakaian, mengunjungi yang sakit/di penjara dll (Mat 25: 34-46).
Menyitir kesaksian hidup para rasul: "Tdk ada seorangpun yang berkekurangan diantara mrk; karena semua orang yang mempunyai tanah/rumah, menjual kepunyaannya dan hasil penjualan itu mereka bawa dan letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya" (Kis 4:34-35).
Dengan kata lain:
Kita diajak untuk menjadi orang beriman yang berjuang mencapai hidup yang kekal dengan semangat berbagi/berpeduli, berpindah dari pola egosentris ke kristussentris.
Pastinya:
Allah mengutus Yesus datang ke dunia untuk membawa terang keselamatan bagi siapa saja yang terbuka menyambut diriNya.
Inisiatif keselamatan berasal dari Allah dan dari manusia dituntut sikap percaya.
Tapi, sikap percaya ini bukan hanya diucapkan di bibir saja tapi harus tercermin dalam sikap hidup yang nyata, yang berakar bertumbuh dan berbuah dalam tindakan nyata.
"Dari Pattaya ke Pasar Koja - Mari berkarya dengan bersahaja."
4.
“Dominus vivit - Tuhan itu HIDUP!”
Dari Tarsus ke sinagoga
Yesus itu Sang Alpha dan Omega
Satpam itu tukang jaga
Bakso itu enak pakai cuka
Kita jelas mencari surga
Jangan mau mendekati neraka
Betsyeba makan soto babat
Kamu bukan lagi hamba melainkan sahabat
Bang Jaja makan tempe
Masuk gereja, jangan lupa matikan hape
Makan pepaya di Surabaya
Alleluia - Tuhan itu sungguh bercahaya
Dari Rawa Buaya ke Surakarta
Sorak alleluia - gegap gempita
Daun pepaya di atas dahan
Alleluya - puji Tuhan
Kita melangkah di Kampung Sawah
Selamat paskah - berkatNya melimpah ruah
Warung Barokah di Kramat Jati
Selamat Paskah - Tuhan memberkati!
Jika engkau berjalan,
majulah dlm byk perbuatan baik, dlm "HIK", Harapan Iman dan Kasih,
tanpa jatuh kembali dalam kebiasaan lama.
Bermadahlah seperti seorang peziarah:
bermadah dan berjalan!
Bukan untuk bermalas-malasan,
melainkan membangun kekuatan. Bermadah dan berjalanlah!
Marilah kita memadahkan alleluia dengan suara kita dan dengan hati kita,
dengan bibir dan dengan hidup kita.
Inilah alleluia yang menyukakan hati Tuhan.
Tuhan menghendaki kita memadahkan alleluia dan memadahkannya dengan sepenuh hati, tanpa nada-nada sumbang sang pelantun madah.
Akhirnya,
Semoga PASKAH membuat "HIK-Harapan Iman Kasih" kita makin "JOST"-"Jadikan Orang Sahabatnya Tuhan" dan "KOKOH"- "Kanan Oke Kiri Oke Haleluya!"
5.
Kotbah (Alm) Mgr. Johannes Pujasumarta
Saudari dan saudaraku yang terkasih dalam Tuhan.
Pada malam Minggu Paska Kebangkitan Tuhan kita diajak oleh Gereja yang kudus untuk bersyukur atas karya TUHAN Allah, yang menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya, dan yang menyelamatkan manusia dari hukuman dosa.
Dengan menciptakan manusia, perempuan dan laki-laki, serta menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya TUHAN merindukan terjadinya syalom, yaitu damai sejahtera yang terjadi dalam hubungan selaras antara manusia dengan sesama dan segala makhluk, dengan dirinya sendiri dan dengan Allah, Sang Pencipta.
Namun, oleh karena dosa damai sejatera itu dirusak oleh manusia, sedemikian rusak karena manusia tidak mau menjadi penjaga satu sama lain. Rusaklah seluruh keutuhan ciptaan oleh karena kejahatan dan dosa manusia.
Karya Allah yang membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir dapat kita alami pula pada zaman kita dalam peristiwa kemerdekaan bangsa dari perbudakan penjajah.
Panggilan kepada kemerdekaan yang semakin utuh membutuhkan tanggapan manusia Indonesia, peremputan dan laki-laki, untuk tidak lelah-lelahnya bekerja keras mengisi kemerdekaan dengan ketulusan hati, kejujuran, dan kesediaan untuk melayani satu sama lain, agar terwujudlah persaudaraan sejati antar warga bangsa.
Tetap saja kita sadari, bahwa kehendak baik, perbuatan terpuji, yang dilakukan dengan ketulusan hati, kejujuran, dan kesediaan untuk melayani satu sama lain menjadi sulit diwujudkan karena berbenturan - bahkan berlawanan - dengan kepentingan pribadi maupun kelompok. Peristiwa Yesus, seorang pribadi yang unggul dalam kebaikan, kebenaran dan ketulusan hati tetap menjadi pola cara manusia berelasi dengan sesamanya: membalas kebaikan dengan kejahatan.
Namun seperti dulu pada zaman Yesus, sekarang pun kita percaya, bahwa Allah, Bapa yang maharahim, membela orang baik, jujur dan tulus hatinya. Iman kepercayaan kita kepada Kristus yang hidup, hendaknya menjadi daya kekuatan bagi kita untuk bekerja demi kemuliaan nama Tuhan dan demi keselamatan sesama dan seluruh dunia.
Sebagai ungkapan syukur atas karya penciptaan yang mengagumkan, dan akan karya penebusan yang lebih mengagumkan lagi, marilah kita melestarikan keutuhan ciptaan, menciptakan damai sejahtera, karena berkat sengsara dan salib-Nya Yesus Kristus telah mendamaikan semua dan segalanya dalam diri-Nya.
Semoga daya kebangkitan Tuhan menjadi kekuatan bagi kita untuk mewujudkan persaudaraan sejati di bumi Indonesia ini.
Selamat Paska Kebangkitan Tuhan.
Semoga saudari dan saudara semua dilimpahi berkat Allah yang mahakuasa, Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Salam, doa dan Berkah Dalem,
6.
O CRUX, AVE SPES UNICA!
Salam, ya Salib, satu-satunya pengharapan kami!
Dalam perayaan Liturgi ini, kita diundang untuk mengarahkan pandangan pada Salib. Salib adalah “tempat istimewa” di mana kasih Allah dinyatakan dan ditunjukkan kepada kita….
Di Salib, kemalangan manusia dan kerahiman ilahi bertemu. Adorasi kepada kerahiman yang tak terbatas ini bagi manusia merupakan satu-satunya jalan untuk membuka diri terhadap misteri yang diungkapkapkan oleh Salib.
Salib dipancangkan di bumi dan tampaknya berakar dalam kejahatan manusia, tetapi Salib menjulang tinggi, seolah menunjuk surga, menunjuk kepada kebajikan Allah. Dengan Salib Kristus, Yang Jahat telah dikalahkan, maut ditaklukkan, hidup diberikan kepada kita, pengharapan dipulihkan, terang dianugerahkan:“Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:14-15).
Jadi, apakah gerangan yang kita lihat ketika kita memandang kepada salib di mana Yesus ditinggikan (bdk. Yohanes 19:37)? Kita merenungkan tanda kasih Allah yang tak terhingga kepada umat manusia.
St Paulus berbicara mengenai tema yang sama dalam surat kepada jemaat di Efesus sebagaimana baru saja kita dengar. Kristus Yesus tak hanya sekedar menjadi manusia, menjadi sama dengan manusia dalam segala hal, malahan Ia mengambil rupa seorang hamba dan terlebih lagi merendahkan diri-Nya dengan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (bdk. Filipi 2:6-8).
Ya, “begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal” (Yohanes 3:16). Kita mengagungkan - dengan berlimpah syukur - betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus yang melampaui segala pengetahuan (bdk. Efesus 3:18-19)!
Di Taman Eden, di kaki pohon, ada seorang perempuan, yakni Hawa (bdk. Kejadian 3). Oleh bujuk rayu Si Jahat, ia mengambil apa yang ia pikir adalah kehidupan ilahi. Sebaliknya, yang diambilnya adalah benih maut yang kemudian masuk ke dalam dunia melaluinya (bdk. Yakobus 1:15; Roma 6:23).
Di Kalvari, di kaki pohon salib, ada seorang perempuan lain, yakni Maria (bdk. Yohanes 19:25-27). Dengan menerima rencana Allah, ia ikut ambil bagian secara intim dalam pemberian diri Putra kepada Bapa demi hidup dunia dan, dengan menerima amanat Yesus yang mempercayakannya kepada Yohanes Rasul, ia menjadi Bunda segenap umat manusia….
Marilah kita ingat bahwa dari Salib mengalir segala kasih karunia yang dilimpahkan atas kita dan bahwa karenanya, sebuah Salib yang diberkati adalah sumber rahmat, bahwa hendaknyalah kita kerap membuat Tanda Salib pada diri kita dan senantiasa melakukannya dengan hormat dan khidmad, dan, akhirnya, rumah kita janganlah pernah tanpa simbol keselamatan ini.”
Ada sepenggal kisah:
Dalam suatu dialog antar agama di Samarinda, seorang non-Kristiani bertanya, “Pastor, mengapa di setiap ruangan dalam rumah sakit Katolik, bahkan di kamar pasien sekalipun, selalu dipasang salib? Mengingat para pasien yang datang bukan hanya dari kalangan Katolik saja dapatkah salib-salib itu dipindahkan?”
Pastor menjawab, “Maaf, hal itu tidak bisa ditawar. Salib adalah identitas kami. Salib dipasang karena kami percaya bahwa Yesus menyelamatkan semua orang, termasuk orang bukan Katolik. Yesus mengasihi semua orang, Anda tidak harus menjadi Katolik untuk memohon kepada-Nya. Jika ada yang merasa terancam dengan dipasangnya salib dalam kamar pasien, kami tidak pernah memaksa siapa pun untuk berobat ke rumah sakit Katolik.”
Lihatlah Salib tanda agung,
di sana bergantung Kristus,
Penyelamat Dunia.”
Kami menyembah Engkau, ya Kristus, dan memuji-Mu, sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia.”
SALIB KRISTUS ADALAH SUMBER SEGALA RAHMAT,
SUMBER SEGALA KASIH KARUNIA
7.
“Deus vobiscum”
Itulah slh satu salam Gereja yg berawal dari salam Yesus yg Bangkit ketika menemui para rasul yg sdg berkumpul. Scr etimologis, salam Yesus ini berasal dr bhs Ibrani: “shalom”.
Seperti yg saya tulis dlm buku "BBM" (kanisius), Shalom pertama-tama adl inisiatif yg keluar dari Allah, suatu kondisi surgawi yg hanya dapat diturunkan oleh Dia yg berasal dari surga. Yesus di dalam hidupNya di bumi selalu memberi salam kepada orang-orang dengan cara demikian, “Shalom bagimu,” juga ketika Ia pertama kali bangkit dari kubur, diapun menyapa Magdalena dengan kata yang sama tersebut.
Paulus juga kerapkali menyebutkan ‘Allah (sumber) shalom’ di dalam surat-suratnya (Filemon 1:3). Kesaksian Yohanes di dalam Wahyu jg byk dibuka dengan doa: Kasih karunia dan shalom menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang…. (Wahyu 1:4; 2 Yohanes 1:3).
Jelaslah, bahwa shalom berbicara tentang kondisi hati, bukan materi. Ukuran Shalom tidak mengikuti ukuran dari dunia ini, hal ini ditegaskan oleh Tuhan Yesus sendiri (Yohanes 14:27). Ia tdk tergantung pada keadaan fisik kita, harta benda kita, lingkungan kita, atau dunia tempat kita berpijak. Shalom atau damai sejahtera yang dari Tuhan, tetap dapat kita tunjukkan bahkan dalam kondisi yang paling buruk sekalipun.. Karena itulah, baik kita mengingat tiga arti kata “shalom” dlm bahasa Yunani, al:
a. Hugianinein baik/sehat (tubuhnya).
b.Eirene: damai/sejahtera (hatinya).
c.Soteria: selamat/mengalami kesembuhan (jiwanya).
Yg pasti, shalom sll berfokus pada Tuhan sbg pusat manifestasi shalom di atas bumi. Di dalam Kristus kita melihat wujud shalom secara sempurna, tidak parsial. Tuhanlah raja shalom (Yesaya 9:5). Maka, kalau dahulu, tiga setengah tahun di bumi, Yesus terus-menerus memberitakan shalom, mengajar tentang shalom, mengusir setan yang telah mencuri shalom Allah atas manusia, dan menyembuhkan orang-orang dari sakit-penyakit sebagai salah satu wujud shalom itu, kini sudah dua ribu tahun lebih, Yesus juga butuh kita, dan untuk itulah kita dipanggil untuk bertolong-tolongan untuk mendatangkan shalom, yaitu damai-sejahtera dan keselamatan dari Allah.
“Ikan louhan di Senayan-Berkat Tuhan buat kalian.”
9.
“Surrexit Dominus - Tuhan sdh bangkit!”
Kis 3:1-10; Luk 24:13-35
“Surrexit Dominus - Tuhan sdh bangkit!” Inilah seruan Paskah yg dlm bhs Paus Fransiskus pd pesan Urbi et Orbi: "Ia telah mati+bangkit sekali u/selamanya+u/semua orang". Ya, Kristus sll hidup-hadir+menyertai kita sperti ketika Ia hadir-berjalan bersama+menyertai kedua murid di Emaus (Emaus = “Ekaristi Mengubah Aku Untuk Sembuh”, RJK, buku TANDA). Hari ini, Emaus disebut sbg "dusun" yg letaknya kira-kira 11 km dari Yerusalem.
Perjalanan dari Yerusalem ke Emaus sendiri mengandung trilogi iman, al:
A. Dimurnikan:
Perjumpaan dg Yesus merupakan sebuah pemurnian iman bhw tahtaNya bukan singgasana yg indah+megah tp sebuah SALIB yang hina. PakaianNya bukan dari bahan halus berkilau-kilau tp tubuh telanjang berlumur darah. MahkotaNya bukan dari emas tp duri. Tongkat pemerintahanNya adl sebatang buluh dan minumNya cuka+empedu-asam. Dkl: Tuhan sll mau memurnikan keyakinan iman kt bhw dunia diselamatkan o/Dia yg Tersalib, bukan o/mrk yg menyalibkan-Nya. Dunia ditebus oleh kesabaran Tuhan dan dihancurkan oleh ketidaksabaran mns.
B. Dicerahkan:
Perjalanan dari Yerusalem ke Emaus adl sebuah pencerahan ttg Yesus. Caranya sederhana: Kedua murid itu diminta mengingat-ingat kembali semua yg sdh pernah didengar tentangNya dg pikiran yg merdeka+tdk dikuasai agenda tersembunyi. Mrk dicerahkan+dihadapkan kpd sumber-sumber kepercayaan yg sejati (ayat 27: "mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi"). Seperti mrk, kita juga diajak berdialog dg sabda Tuhan agar dicerahkan olehNya.
C. Disatukan:
Di Emaus, "ketika Ia memecah-mecah roti" (baca: Ekaristi), barulah kedua murid itu ‘sembuh’: mengenali siapa sesungguhnya Yesus. Mereka mengalami bahwa kini Yang Ilahi bisa benar-benar hadir+bersatu di tengah-tengah mns. Ia membungkuk kpd kt, menyembuhkanlah cacat cela kt, menaklukkanlah sgl yg jahat krn Ia ada+bersatu dlm suka duka hdp kt, bukan?
“Daun pepaya di atas dahan - Alleluya puji Tuhan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar