Sabtu, 16 Juni 2018
Sabtu, 16 Juni 2018
Hari Biasa Pekan X
1 Raja-Raja (19:19-21)
(Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10)
Matius (5:33-37)
“Memoria historia – Ingatan kesejarahan”.
Inilah salah satu keutamaan iman yang kita perlukan, karena tepatlah kata Erich Kastner: “Siapa lupa akan apa yang indah - dia akan jadi jahat, siapa lupa akan apa yang jelek”.
Sebenarnya sejak Yunani kuno, terutama lewat Plato, ingatan (anamnese) adalah cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan sejati (episteme) agar kita tidak menjadi orang jahat dan bodoh. Anamnese sendiri dilakukan ketika orang sudah membebaskan dirinya dari kelekatan materi dan kebutuhan jasmani.
Kemudian, teori ingatan yang dikembangkan Mazhab Frankfurt lewat Walter Benjamin juga menggarisbawahi pentingnya memoriae. Jelaslah, kita perlu suatu “memoria historia–Ingatan kesejarahan” karena sebagai orang beriman, kita juga mudah “pendek ingatan”, ”lupa ingatan” dan bahkan ”sakit ingatan.”
Nah, mengacu pada bacaan injil hari ini, adapun modal dasar yang diberikan Yesus agar kita tidak mudah ”pendek ingatan”, ”lupa ingatan” dan ”sakit ingatan”, yakni hidup dengan pola ”3K”:
1. K: Kesetiaan:
“Peganglah sumpahmu di depan Tuhan”. Kita diajak untuk menjadi orang yang setia (“selalu taat dan ingat Allah”): berada dan tinggal dalam janji Tuhan, karena seperti kata Paulus: “Siapa yang berada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru.”
Dengan kesetiaan atau “konsistensi” kepada Tuhan, kita senantiasa dilahirkan kembali sebagai manusia baru. Sebaliknya dengan ketidaksetiaan,maka ajaran kehilangan daya, jalan yang terbentang terasa lengang, tujuan menjadi tidak karuan, harapan yang bertunas bernas berangsur-angsur layu dan lanas.
2. K: Kejujuran:
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak" (Mat 5:37). Ini adalah salah satu ajakan Yesus agar kita ber-“diskresi”, pembedaan roh sehingga tidak mudah “plin plan” dan bermental “slinthat slinthut”/sembunyi-sembunyi.
Di lain matra, bukankah kalau dulu dikatakan, “politik adalah panglima”, maka sekarang “komunikasi adalah panglima”, tapi kerap informasi dan komunikasi yang beredar bisa sangat menyesatkan, isinya kadang penuh gosipan dan permainan kepentingan.
Disinilah, kita diajak untuk sungguh sungguh jujur: berpikir dan berkata benar, bersikap dan bertindak benar pula. Bukankah integritas kita terlihat ketika mulut sepadan dengan hati, tingkah laku selaras dengan perkataan? Bukankah orang juga lebih mudah percaya pada mata dibanding telinga mereka sendiri?
3. K: Kerendahan hati:
“Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun.”
Setiap orang diajak untuk rendah hati di hadapan Tuhan, karena Dia mahakuasa dan kita terbatas, Dia mahabesar dan kita sangat kecil. Inilah keutamaan yang ketiga, yakni kerendahan hati, berani “miskin” di hadapan Tuhan.
Dengan modal “3K” ini, kita semakin disadarkan bahwa kita menjadi "tanda yang kelihatan dari rahmat yang tak kelihatan" (the visible sign of an invisible grace), bukan?
“Cari barang di Desa Tajur - Jadilah orang yang jujur.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“Fortiter in re suaviter in mondo - Tegas dalam prinsip lembut dalam cara."
Inilah salah satu pepatah latin yang juga menjadi semboyan di kelompok silat "THS-THM" (Tunggal Hati Seminari dan Tunggal Hati Maria).
Mengacu pada bacaan hari ini, kitapun diajak menjadi orang beriman yang seimbang, yang tegas dalam prinsip dan lembut dalam cara.
Dengan kata lain: Kita diajak menjadi orang beriman yang bijaksana, yang mempunyai tiga kualitas hati, antara lain:
1."Rendah hati":
Kita diajak bersadar diri bahwa semuanya ini adalah milik Tuhan, yang empunya kehidupan. Kita tidak boleh congkak dan tinggi hati karena semuanya diperhatikan Tuhan.
2."Hati-hati":
Baiklah kita mengingat ajakanNya untuk selalu berhati - hati dlm berkata dan bersikap: "Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.”
3."Sepenuh hati":
Kita diajak untuk menjadi orang yang berani berterus-terang, jujur apa adanya dan berani memikul tanggung jawab atau pun risiko yang ada. Hal ini tentunya memerlukan perjuangan hidup yang sepenuh hati dan tidak setengah hati. Bagaimana dengan kita sendiri?
"Banyak orang naik Bus Patas - Jadilah orang yang hidupnya berkualitas."
B.
“Veritas - Kebenaran!”
Yesus Kristus bersabda: "Jika ya, hendaklah kalian katakan: ya, jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.”
Inilah salah satu ucapanNya yang terkenal (2Kor 1:17; Yak 5:12) dan dapat diartikan dengan beberapa cara:
1.Berkata benar:
Kalau ya, hendaklah berkata ya, kalau tidak hendaklah berkata tidak
2.Bersikap jujur:
Ya (atau tidak) yang diucapkan hendaknya sesuai dengan maksud dalam hati
3.Bertindak bijaksana:
Mengulang ya atau tidak sudah cukup; tidak perlu bersumpah demi Allah.
Dkl: Kita diajak untuk hidup benar jujur dan bijak tapi dimanakah kita bisa mendapatkannya? Bahkan di pengadilan pun kadang kita dapat menemukan banyak saksi dusta, bukan?
Dalam bacaan ini kita menemukan bahwa Tuhan menekankan integritas di tengah aktualitas yg kerap disebut sebagai era informasi.
Ya, di tengah informasi yang penuh basa basi-kita diajak memiliki konsistensi, dan di tengah banalitas/kedangkalan-kita diajak memiliki kualitas/kedalaman.
Jelasnya, kita harus berbicara tentang kebenaran meski itu tidak mudah. Namun dalam Injil hari ini, Yesus Kristus menghendaki agar kita berani berkata dan bertindak benar jujur dan bijak tanpa kemunafikan.
"Dari Tangerang ke Kali Brantas-Jadilah orang yang berintegritas."
C.
Kutipan Teks Misa:
“Kebenaran dalam arti bertindak dan berbicara secara jujur berarti kejujuran, ketulusan hati atau sikap berterus terang. Kebajikan ketulusan hati atau kejujuran menuntut bahwa orang nyata sebagai benar dalam perbuatannya, mengatakan kebenaran dalam kata-katanya dan menjauhkan diri dari lidah bercabang, kepura-puraan, penipuan, dan kemunafikan.” (Katekismus Gereja Katolik, 2468)
Antifon Pembuka (Mzm 16:5)
Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
Doa Pembuka
Ya Allah, semoga kami setia akan iman para leluhur, perkenankanlah kami berakar teguh dalam sabda perjanjian-Mu, yaitu Yesus Mesias, jalan kehidupan kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, Allah, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (19:19-21)
"Elisa bersiap-siap lalu mengikuti Elia."
Pada suatu ketika pergilah Elia menemui Elisa, putera Safat, yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, dan dia sendiri mengendalikan yang kedua belas. Elia lewat di dekatnya dan melemparkan jubah kepadanya. Segera Elisa meninggalkan lembu-lembunya, mengejar Elia dan berkata, “Perkenankanlah aku mencium ayah ibuku, lalu aku akan mengikuti Engkau.” Jawab Elia kepadanya, “Baiklah! Pulanglah dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu.” Elisa lalu meninggalkan Elia, mengambil pasangan lembu itu dan menyembelihnya. Lalu ia memasak dagingnya dengan kayu bajak itu sebagai kayu api, dan memberikan daging itu kepada orang-orangnya, dan mereka pun memakannya. Kemudian bersiaplah Elisa, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan do=g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, “Engkaulah Tuhanku!” Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku. Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak sorai, dan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan orang kudus-Mu melihat kebinasaan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:33-37)
"Aku berkata kepadamu, jangan sekali-kali bersumpah."
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kalian telah mendengar apa yang disabdakan kepada nenek moyang kita, ‘Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di hadapan Tuhan’. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Jangan sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Agung. Jangan pula bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah kalian katakan: ya, jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Jujur adalah sikap yang sekarang ini menjadi harapan banyak orang. Ketika perilaku-perilaku jahat dari berbagai pihak, mulai dari korupsi, hoax, penebar kebencian, atau perilaku lain yang mencederai kehidupan berbangsa dan bernegara diusut, orang berkilah dengan berbagai sikap untuk menghindari tuduhan. Sekalipun telah tersimpa bukti, orang masih bersikukuh mengatakan tidak. Orang sulit jujur dengan perilaku yang dibuatnya.
Yesus dalam Injil hari ini mengajak kita untuk mengedepankan kejujuran. Hidup ini kita jalani tanpa ditutup-tutupi. Kalau memang "ya", katakanlah ya dan kalau memang "tidak" katakanlah tidak. Sikap ini adalah sikap yang dewasa, berani mengakui apa adanya dari pikiran dan perilaku yang dibuatnya. Semoga kita belajar untuk tidak dikuasai oleh kebohongan, kepalsuan dan segala ketidakjujuran. Dengan cara itu hidup akan lebih bernilai daripada hidup yang dihiasi dengan kepalsuan.
Antifon Komuni (Mat 5:37)
Katakanlah saja, 'Ya' atau 'Tidak', tambahannya datang dari si jahat.
Doa Malam
Allah Bapa Maha Pengasih, berkenanlah mengukir dalam-dalam gambar Putra-Mu dalam hati kami. Semoga semua tingkah laku kami selalu kami tujukan kepada kedamaian, yang selalu kami cari bagi sesama. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
“Mazmur itu senjata di waktu malam, dan guru di waktu siang; mazmur itu perisai di masa takut” (St. Ambrosius)
(Mzm 103:1-2)
Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
Setinggi langit dari bumi, demikian besar kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya.
====
HOMILI PAUS FRANSISKUS
DALAM MISA 15 Juni 2018 :
"EKSPLOITASI PEREMPUAN MERENDAHKAN CITRA ALLAH".
Bacaan Ekaristi :
1Raj 19:9a.11-16; Mzm 27:7-8a.8b-9abc.13-14; Mat 5:27-32
Dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi, 15 Juni 2018, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengulas tentang ekploitasi perempuan, perempuan diperlakukan sebagai benda.
Ada berbagai macam cara mengeksploitasi perempuan dalam masyarakat saat ini. Beliau juga menyayangkan banyak perempuan muda yang terpaksa menjual martabatnya untuk mencari nafkah.
Paus Fransiskus mengingatkan bahwa perempuan adalah apa yang menjadi kekurangan laki-laki untuk menjadi gambar dan rupa Allah. Beliau menjelaskan betapa radikalnya kata-kata Yesus berkenaan dengan perempuan serta kata-kata tersebut menerobos dan “mengubah sejarah”. Ini karena sampai saat itu, seorang perempuan dianggap “warga kelas dua”, ia “diperbudak” dan “bahkan tidak menikmati kebebasan sepenuhnya”.
Ajaran Yesus tentang perempuan mengubah sejarah. Sebelum Yesus, pandangan tentang perempuan adalah satu hal tetapi setelah Yesus perempuan adalah hal lainnya.
Yesus menghargai perempuan dan menempatkan mereka pada tingkatan yang sama dengan laki-laki karena Ia mengambil kata pertama Sang Pencipta, keduanya adalah "gambar dan rupa Allah", keduanya; bukan pertama-tama laki-laki dan kemudian perempuan sedikit lebih rendah, tidak, keduanya setara.
Dan seorang laki-laki tanpa seorang perempuan di sampingnya - entah sebagai ibu, sebagai saudara perempuan, sebagai mempelai perempuan, sebagai rekan kerja, sebagai sahabat - laki-laki itu dengan sendirinya bukanlah citra Allah.
Merenungkan kata-kata Yesus dalam Bacaan Injil tentang mengingini perempuan (Mat 5:27-32), Paus Fransiskus menyesalkan bagaimana kita memandang perempuan diperlakukan sebagai sasaran keinginan di media dan gambar perempuan yang sama tersebut sering digunakan untuk menjual produk dan kita melihat perempuan "dipermalukan" atau "tidak mengenakan busana”.
Paus Fransiskus selanjutnya menunjukkan bagaimana eksploitasi perempuan ini tidak sedang terjadi di tempat yang jauh tetapi di sini di sekitar kita, di tempat kita tinggal dan di tempat kerja. Perempuan adalah korban dari "mentalitas menggunakan dan mencampakkan" tersebut dan bahkan tidak diperlakukan sebagai "manusia", beliau mengatakan.
Inilah dosa menentang Tuhan Sang Pencipta, menyingkirkan perempuan karena tanpa perempuan kita laki-laki tidak bisa menjadi gambar dan rupa Allah. Ada amarah dan kebencian terhadap perempuan, sebuah amarah yang jahat. Bahkan tanpa mengatakannya ... Tetapi berapa kali para perempuan muda harus menjual diri mereka sebagai benda sekali pakai untuk mendapatkan pekerjaan? Berapa kali? "Ya, Bapa, aku dengar di negara itu ...". Di sini di Roma. Tidak perlu pergi jauh.
Beralih ke masalah eksploitasi seksual perempuan, Paus Fransiskus bertanya kepada umat yang hadir apa yang akan mereka lihat jika mereka berjalan-jalan pada malam hari di sekitar daerah-daerah tertentu di kota di mana begitu banyak perempuan termasuk para perempuan migran dieksploitasi seperti di dalam sebuah pasar.
Beliau melanjutkan dengan menunjukkan bahwa ketika para lelaki mendekati para perempuan ini di jalanan, para lelaki itu tidak sedang mengatakan "Halo" kepada mereka tetapi menanyakan berapa harga mereka dan para lelaki itu meredakan hati nurani mereka dengan menyebut para perempuan tersebut sebagai pelacur.
Semua ini terjadi di sini di Roma, eksploitasi terjadi di setiap kota, para perempuan tanpa nama, para perempuan - kita dapat menggambarkan sebagai "tak berwajah" karena malu menutupi wajah mereka, para perempuan yang tidak tahu bagaimana tertawa dan banyak dari mereka tidak tahu sukacita menyusui bayi
mereka dan pengalaman menjadi seorang ibu. Tetapi, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari, tanpa pergi ke tempat-tempat itu, ada cara berpikir yang buruk ini, menyingkirkan perempuan atau memandangnya sebagai manusia "kelas dua".
Kita perlu merenungkan lebih dalam tentang hal ini. Dan dengan melakukan hal ini atau mengatakan hal ini, dengan memasuki cara berpikir seperti ini, kita merendahkan citra Allah, yang menciptakan laki-laki dan perempuan bersama-sama menurut gambar dan rupa-Nya.
Bacaan Injil ini membantu kita untuk berpikir tentang pemasaran wanita, sebuah perniagaan, ya, perdagangan, eksploitasi yang kasat mata tersebut tetapi juga perdagangan yang tidak dapat kita lihat tetapi terjadi secara diam-diam. Seorang perempuan diinjak-injak karena ia seorang perempuan.
Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan menekankan bagaimana selama pelayanan-Nya Yesus berjumpa dengan begitu banyak perempuan yang dipandang rendah, terpinggirkan dan tercampakkan serta dengan kelembutan yang luar biasa Ia memulihkan martabat mereka. Yesus memiliki seorang ibu dan "banyak sahabat perempuan yang mengikuti-Nya untuk membantu-Nya dalam pelayanan-Nya" dan "memberikan dukungan", kata Bapa Suci.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar