Ads 468x60px

Kamis, 23 Agustus 2018

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 23 Agustus 2018
Hari Biasa Pekan XX
Yehezkiel (36:23-28)
(Mzm 51:12-15.18-19: R:12a)
Matius (22:1-14)
"Holy Feast - Pesta Kudus"
Inilah salah satu tradisi rohani, nama lain dari "misa kudus" yang kerap kami buat dalam komunitas urban katolik.
Mengacu pada bacaan hari ini, Yesus juga bercerita soal "feast", yakni pesta nikah yang ajak kita untuk punyai pola "3R", antara lain:
1. Riang.
Allah mengundang kita semua untuk ikut dalam pestaNya, bahkan kita yang bukan "bangsa pilihan", kita yang adalah orang biasa-sederhana-berdosa dan punya banyak kerapuhan.
Ia sebenarnya telah menyiapkan pesta dan telah memberikan kita makanan dan minuman yang terbaik. Ia juga telah membuang semua kesedihan dan menggantinya dengan sukacita.
Dengan kata lain: pesta nikahNya bukan berhenti pada simbol status sosial yang menghabiskan "uang" tapi simbol peristiwa penuh ke-riang-an untuk kita semua, ketika banyak makanan-minuman dan tidak ada kesedihan. Sst...sudah riangkah hidup, hati dan wajah kita?
2. Relasi.
Idealnya, kita diajak untuk punya relasi intim dengan yang Ilahi, menanggapi setiap undangan Tuhan dalam hidup sehari-hari lewat hidup "dokar-doa dan karya" kita. Realnya? Kita kerap menolak undangan/sapaanNya karna larut dan hanyut pada kesibukan-kemalasan/kejahatan hati kita, bukan?
3. Responsif.
Ia mengajak kita untuk "berpakaian pesta." Dikatakan orang yang TIDAK BERPAKAIAN PESTA ITU hanya diam/tidak ada respons ketika ditanya: "Mengapa engkau tidak berpakaian pesta?"
Bukankah sikap diam/tidak responsif ini kerap mencerminkan 3 sikap buruk:
* "kusem-kurang semangat",
* "kuli-kurang peduli", dan
* "kutang-kurang tanggap?"
Disinilah kita diajak untuk menjadi orang beriman yang responsif, yang selalu siap dan berusaha terlibat menanggapi sabdaNya secara aktif dalam komunikasi harian dengan sikap hidup yang nyata2 lebih bersemangat-berpeduli dan tanggap pada zaman setiap harinya.
"Baca firman di kota Surabaya- Jadilah orang beriman yang bercahaya"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
MADAH HARIAN PAGI
(Kamis, 23 Agustus 2018)
Bapa penguasa waktu
Lihat kini fajar baru
Mulai memancarkan sinar
Lambang cahaya yang benar.
Rahmat baru ditawarkan
Terselubung kejadian
Yang menyampaikan undangan
Untuk berbakti berkurban.
Kami sambut kesempatan
Melayani Kristus Tuhan
Yang hadir dalam sesama
Tersembunyi namun nyata.
S’moga pengabdian kami
Dijiwai Roh ilahi
Dijadikan karya Putra
Demi kemulyaan Bapa. Amin.
DOA
Ya Tuhan, berilah kami pengertian sejati akan keselamatan, agar kami dapat mengabdi kepada-Mu tanpa takut dan berlaku kudus dan jujur di hadapan-Mu seumur hidup. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
A.
HOMILI PAUS FRANSISKUS : ORANG-ORANG KUDUS MENUNJUKKAN KEPADA KITA BAGAIMANA MENGATAKAN "YA" TERHADAP KASIH ALLAH
Perumpamaan yang baru saja kita dengar menggambarkan Kerajaan Allah sebagai pesta perkawinan (bdk. Mat 22:1-14). Tokoh utamanya adalah putra raja, mempelai laki-laki, yang di dalamnya kita dapat dengan mudah melihat Yesus.
Perumpamaan tersebut tidak menyebutkan tentang mempelai wanita, tetapi hanya para tamu yang diundang dan diharapkan, dan mereka yang mengenakan pakaian pesta perkawinan.
Kita adalah tamu-tamu itu, karena Tuhan ingin "merayakan perkawinan" bersama kita. Perkawinan tersebut meresmikan persahabatan seumur hidup, persekutuan yang Allah ingin nikmati bersama kita semua.
Oleh karena itu, hubungan kita dengan Dia harus lebih dari sekedar hubungan bakti kawula dengan raja mereka, para hamba yang setia dengan tuan mereka, atau murid-murid yang berbakti dengan guru mereka. Hubungan tersebut terutama merupakan hubungan mempelai wanita tercinta dengan mempelai prianya.
Dengan kata lain, Tuhan menginginkan kita, Ia pergi mencari kita dan Ia mengundang kita. Bagi-Nya, tidaklah cukup kita seharusnya melakukan tugas kita dan mematuhi hukum-hukum-Nya. Ia menginginkan sebuah persekutuan kehidupan yang sejati dengan kita, sebuah hubungan yang berdasarkan dialog, kepercayaan dan pengampunan.
Begitulah kehidupan umat kristiani, sebuah kisah cinta dengan Allah. Tuhan secara bebas mengambil prakarsa dan tidak ada seorang pun yang bisa mengaku sebagai satu-satunya orang yang diundang. Tidak ada seorang pun yang memiliki tempat duduk yang lebih baik daripada orang lain, karena semua orang menikmati kemurahan Allah.
Kehidupan kristiani selalu terlahir dan terlahir kembali dari cinta yang lembut, khusus dan istimewa ini. Kita bisa bertanya kepada diri kita sendiri setidaknya sekali sehari kita mengatakan kepada Tuhan bahwa kita mencintai-Nya; jika kita mengingat, di antara semua hal lainnya, kita katakan, katakan kepada-Nya setiap hari, "Tuhan, aku mengasihi-Mu; Engkaulah hidupku". Karena sekali cinta hilang, kehidupan kristiani menjadi hampa.
Kehidupan tersebut menjadi tubuh tanpa jiwa, etika yang tidak mungkin, kumpulan peraturan dan hukum untuk dipatuhi tanpa alasan yang layak. Allah kehidupan, bagaimanapun, menunggu tanggapan hidup. Tuhan kasih menanti tanggapan kasih. Berbicara kepada salah satu Gereja dalam Kitab Wahyu, Allah membuat sebuah celaan yang gamblang : "Engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula" (Why 2:4).
Inilah bahayanya - kehidupan kristiani yang menjadi rutinitas, puas dengan "kelumrahan", tanpa dorongan atau antusiasme, dan dengan ingatan yang singkat. Sebagai gantinya, marilah kita mengipasi api kenangan kasih kita yang semula. Kita adalah yang orang-orang terkasih, para tamu di pesta perkawinan, dan kehidupan kita adalah sebuah karunia, karena setiap hari merupakan kesempatan yang luar biasa untuk menanggapi undangan Allah.
Tetapi, Injil memperingatkan kita bahwa undangan tersebut dapat ditolak. Banyak tamu undangan mengatakan tidak, karena mereka terjebak dalam urusan-urusan mereka sendiri. "Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya" (Mat 22:5).
Masing-masing orang mengkhawatirkan urusan-urusannya sendiri; inilah kunci untuk memahami mengapa mereka menolak undangan tersebut. Para tamu tidak memikirkan bahwa pesta perkawinan akan menjemukan atau membosankan; mereka hanya "memperjelasnya".
Mereka terjebak dalam urusan-urusan mereka sendiri. Mereka lebih tertarik untuk memiliki sesuatu daripada mempertaruhkan sesuatu, seperti tuntutan-tuntutan kasih. Beginilah cara kasih tumbuh dingin, bukan karena kedengkian tetapi karena keinginan kita sendiri: keamanan kita, penegasan diri kita, kenyamanan kita ... Kita tinggal di dalam kursi keuntungan, kesenangan, atau hobi yang membawakan kita beberapa kebahagiaan. Dan kita akhirnya penuaan parah dan cepat, karena kita tumbuh tua di dalam. Ketika hati kita tidak berkembang, hati tersebut menjadi tertutup dalam dirinya sendiri. Ketika semuanya tergantung pada saya - pada apa yang saya sukai, pada apa yang paling sesuai untuk saya, pada apa yang saya inginkan - maka saya menjadi kasar dan keras hati. Saya menyerang orang-orang tanpa alasan, seperti para tamu dalam Injil, yang memperlakukan secara memalukan dan akhirnya membunuh (bdk. ayat 6) orang-orang yang diutus untuk menyampaikan undangan, hanya karena mereka mengganggu mereka.
Injil bertanya kepada kita, di mana kita berdiri: dengan diri kita atau dengan Tuhan? Karena Tuhan adalah kebalikan dari keegoisan, penyerapan diri. Injil mengatakan kepada kita bahwa, bahkan sebelum penolakan dan ketidakpedulian yang terus menerus pada pihak yang Ia undang, Allah tidak membatalkan pesta perkawinan. Ia tidak menyerah, tetapi memperluas undangan. Ketika Ia mendengar sebuah "tidak", Ia tidak menutup pintu, tetapi memperluas undangan.
Dalam menghadapi kesalahan-kesalahan, Ia menanggapi dengan kasih yang bahkan semakin besar. Ketika kita terluka oleh perlakuan orang-orang lain yang tidak adil atau penolakan mereka, kita sering menyimpan dendam dan kebencian. Allah di sisi lain, seraya terluka oleh "tidak" kita, mencoba lagi; Ia terus berbuat baik bahkan bagi mereka yang berbuat jahat. Karena inilah apa itu kasih. Karena inilah satu-satunya cara agar kejahatan dikalahkan.
Hari ini, Allah kita, yang tidak pernah meninggalkan pengharapan, mengatakan kepada kita untuk berbuat apa yang Ia perbuat, hidup dalam kasih sejati, mengatasi sikap terima nasib dan tingkah laku menjengkelkan dan kemalasan diri kita.
Ada satu gagasan terakhir yang ditekankan oleh Injil : pakaian wajib para tamu yang diundang. Tidak cukup hanya menanggapi undangan segera sesudahnya, hanya mengatakan "ya" dan kemudian tidak berbuat apa-apa.
Hari demi hari, kita harus mengenakan pakaian perkawinan, "kebiasaan" mengamalkan kasih. Kita tidak bisa mengatakan, "Tuhan, Tuhan", tanpa mengalami dan mengamalkan kehendak Allah (bdk. Mat 7:21).
Kita perlu mengenakan kasih Allah dan memperbaharui pilihan kita bagi-Nya setiap hari. Orang-orang kudus yang dikanonisasi hari ini, dan terutama banyak martir, menunjukkan cara tersebut. Mereka tidak mengatakan "ya" yang sekejab untuk mengasihi; mereka mengatakan "ya" mereka dengan kehidupan mereka dan sampai kesudahan!
Jubah yang mereka kenakan sehari-hari adalah kasih Yesus, kasih yang "gila" yang mengasihi kita sampai kesudahan dan menawarkan pengampunan-Nya dan jubah-Nya kepada orang-orang yang menyalibkan-Nya. Pada saat baptisan kita menerima jubah putih, pakaian perkawinan untuk Allah.
Marilah kita memohon kepada-Nya, melalui perantaraan para kudus, saudara dan saudari kita, karena rahmat memutuskan setiap hari mengenakan pakaian ini dan menjaganya agar tetap bersih. Bagaimana kita bisa melakukan hal ini? Terutama, dengan mendekati Tuhan tanpa rasa takut untuk menerima pengampunan-Nya. Inilah satu langkah yang berarti, karena memasuki aula perkawinan untuk merayakan bersama dengan-Nya pesta kasih.
B.
Surga Tidak Bisa Menunggu.
01.
Diundang dalam pesta perjamuan nikah merupakan bentuk penghargaan, apalagi yang mengundang adalah seorang yang terpandang atau berpengaruh dalam masyarakat. Menolak undangan berarti tidak menghargai atau menyepelekan pribadi yang mengundang, menolak tawaran persaudaraan, menolak ikut serta dalam kebahagiaan.
Dalam perumpamaan diceritakan bahwa orang-orang yang diundang meremehkan undangan itu. Mereka sibuk dengan urusan pribadi masing-masing. Sampai-sampai sang Raja harus mengundang untuk kedua kalinya, membujuk, memohon agar mereka mau datang ke pesta nikah. Ini ungkapan kerendahan hati dan kesabaran yang luar bisa dari seorang Raja.
Namun ironisnya tanggapan para undangan justru semakin keras, ngawur, dan kejam di luar batas, yakni dengan membunuh para utusan raja. Justru orang-orang yang sudah lama dipilih, diundang, disiapkan dan sering diingatkan utusan-Nya malah menolak tawaran yang membahagiakan itu.
Akibatnya, Sang Raja sangat murka. Para pembunuh itu dibinasakan dan kota mereka dihancurkan. Bagaimana pun juga setiap keputusan dan pilihan mengandung resiko. Pilihan negatif akan membawa konsekuensi negatif pula.
02.
Sang Raja kemudian menyuruh para utusan untuk pergi ke persimpangan-persimpangan jalan, mengundang siapa saja yang dijumpainya tanpa pandang bulu, “orang-orang jahat dan orang-orang baik” (ay. 10).
Ungkapan itu nampaknya merupakan refleksi Mateus tentang Gereja pada zamannya. Gereja terbuka bagi siapa pun, baik orang-orang berdosa atau pun orang-orang baik. Bagaimana pun cara hidup sebelum dibabtis tidak dipermasalahkan asal mau bertobat atau berpakaian pantas pesta (ay. 13).
Dengan kata lain meskipun rahmat babtisan itu dianugerahkan secara gratis kepada siapa pun tanpa kecuali namun agar pantas diselamatkan rahmat itu harus ditanggapi dengan melakukan tindakan yang baik, benar dan suci berpakaian pesta).
Dengan demikian keselamatan merupakan kerjasama antara rahmat Allah dan tanggapan manusia. Undangan yang ditujukan untuk semua orang merupakan gambaran universalitas tawaran keselamatan (dalam Yes 26:6 ditegaskan bahwa perjamuan keselamatan itu disediakan untuk segala bangsa).
Yang dimaksud dengan persimpangan jalan adalah lapangan kota tempat orang berkumpul. Di lapangan itu terjadi aneka macam kegiatan: ada transaksi jual beli barang dagangan, ada yang hanya ngobrol, berbincang-bincang, banyak juga yang berusaha untuk menawarkan jasa atau mencari pekerjaan.
Pokoknya di persimpangan jalan itu tempat orang-orang melakukan aktivitas hidup sehari-hari yang rutin dan biasa. Di tengah rutinitas dan kesibukan hidup sehari-hari itulah undangan pesta disampaikan, ajakan untuk mengalami kebahagiaan, cinta dan keselamatan ditawarkan.
Menolak tawaran dan ajakan itu berarti menolak uluran kasih yang membahagiakan, menolak surga. Dan surga tidak bisa menunggu. Surga harus diprioritaskan di atas segalanya. Surga menuntut jawaban segera, saat ini juga. Swarga ora bisa disemayani.
03.
Ketika perjamuan telah siang, Sang Raja masuk ke ruang perjamuan untuk menemui para tamu. Tindakan raja ini menggambarkan kedatangan Tuhan pada akhir zaman. Mereka yang tampil kotor di hadapan Raja tidak berpakaian pesta) akan diseret ke luar.
Memang kita tidak tahu kapan pesta itu akan terjadi, tetapi kita semua pasti diundangnya. Apakah kita sudah mempersiapkan pakaian pesta itu sejak sekarang? Apakah kita tenggelam dalam urusan, persoalan atau kepentingan pribadi yang remeh sehingga tidak sempat menghiasi hidup dengan pakaian yang indah yakni cinta?
04.
Perlunya mempersiapkan “pakaian pesta” untuk menghadap Sang Raja di senja kehidupan dinasehatkan juga oleh para leluhur dalam tembang “Lir-ilir”.
“Lir-ilir, lir Ilir, tandure wus sumilir,
tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar.
Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi.
Lunyu-lunyu penekna, kanggo masuh dodotiro.
Dodotira dodotira, kumitir bedah ing, pinggir,
Domono, jlumatono, kanggo seba mengko sore.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane.
Ya suraka surak Iyo”
Maksudnya :
Lihatlah tanaman yang bergerak-gerak tertiup angin yang semilir. Gerak adalah tanda kehidupan dan kesadaran. Menjalani hidup dalam kesadaran terus-menerus. Eling lan waspada. Kita mesti segera bangun dari keterpurukan, bangun dari kelemahan dan kesalahan. Apa pun yang terjadi hidup ini mesti harus berjalan terus.
Tanaman yang tumbuh menghijau merupakan simbol kesuburan dan kegairahan hidup. Optimisme itu akan menimbulkan kegairahan dan semangat hidup, serta menumbuhkan kebahagiaan yang penuh bagaikan kebahagiaan pengantin baru.
Kita ini adalah gembala, gembala bagi hidup kita sendiri maupun bagi lingkungan sekitar.
Gembala mesti menuntun “ke padang rumput yang hijau dan air yang tenang” serta “ke jalan yang benar” (Mzm 23:2-3). Kita diserahi tugas untuk menggembalakan hati agar tidak diombang-ambingkin oleh dorongan hawa nafsu dan keinginan yang tidak teratur.
Meskipun sulit, penuh tantangan dan resiko kita mesti harus berupaya sekuat tenaga mencari cara dan sarana untuk membersihkan diri. Blimbing merupakan sarana untuk mencuci pakaian. Dodot berbentuk kain panjang yang menjadi unsur utama dalam pakaian Jawa menyim-bolkan panjangnya kehidupan kita.
Dalam dinamika gerak kehidupan yang semakin keras (“kumitir”) mungkin dodot itu menjadi robek. Mes-kipun hanya robek di bagian tepi tetapi tetap harus diperbaiki, dijahit kembali. Maksudnya meskipun jatuh ke dalam kesalahan dan dosa yang ringan kita tetap harus bertobat, memperbaiki diri. Agar dodot itu men-jadi utuh kembali sehingga pantas dipakai untuk menghadap Sang Raja Kehidupan di senja hidup kita.
Mempersiapkan “pakaian pesta” itu yakni membersihkan yang kotor dan memperbaiki yang rusak harus dilakukan sejak sekarang, mumpung masih ada waktu, selagi masih mempunyai kesempatan. Kesempatan itu tidak selamanya datang menghampiri kita.
Persiapan itu kita lakukan dengan penuh kegembiraan. Setiap kali kita diingatkan oleh siapa pun agar selalu melakukan yang benar, baik dan suci hendaknya kita menjawab "Iya" dengan penuh sukacita.
Berkah Dalem. (CSP)
C.
KUTIPAN TEKS MISA:
“Tidak ada satu tangga lain untuk naik ke surga, selain salib.” (St. Rosa dari Lima)
Antifon Pembuka (Yeh 36:26)
Kalian akan Kuberi hati baru dan roh baru dalam hatimu. Hati yang keras membatu akan Kuambil dari batinmu, dan hati yang taat lembut akan Kuberikan kepadamu.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahamulia, Engkau menghendaki nama-Mu dihormati oleh setiap orang. Bukalah kiranya hati kami, agar sanggup menerima sabda Putra-Mu yang menjelaskan kepada kami, siapakah Engkau bagi kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Allah adalah sumber kekudusan. Dosa dan ketidaksetiaan orang-orang pilihan-Nya tidak sanggup memusnahkan kekudusan Allah. Kasih dan kerahiman-Nya selalu memanggil orang berdosa untuk kembali masuk ke dalam kekudusan-Nya itu. .
Bacaan dari Kitab Yehezkiel (36:23-28)
"Kalian akan Kuberi hati dan Roh yang baru di dalam batinmu."
Tuhan bersabda kepadaku, “Katakanlah kepada kaum Israel: Aku akan menguduskan nama-Ku yang besar, yang telah dinajiskan di tengah para bangsa, dan yang telah kalian najiskan di tengah-tengah mereka. Dan para bangsa akan tahu bahwa Akulah Tuhan,” demikianlah sabda Tuhan Allah, “manakala Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan para bangsa. Aku akan menjemput kalian dari antara para bangsa dan mengumpulkan kalian dari semua negeri dan akan membawa kalian kembali ke tanahmu. Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih yang akan mentahirkan kalian. Dari segala kenajisan dan dari segala berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kalian. Kalian akan Kuberi hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu. Hati yang keras membatu akan Kuambil dari batinmu dan hati yang taat lembut akan Kuberikan kepadamu. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kalian hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Dan kalian akan mendiami negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu. Kalian akan menjadi umat-Ku dan Aku menjadi Allahmu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan do = as, 4/4, PS 826
Ref. Curahkan rahmat dalam hatiku ciptakan hati dan semangat baru.
Ayat. (Mzm 51:12-15.18-19: R:12a)
1. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam batinku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!
2. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang durhaka, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.
3. Tuhan, Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalaupun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahanku kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Mzm 95:8ab)
Hari ini janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah sabda Tuhan.
Undangan yang kita terima adalah indikasi bahwa kita diingat dan dihargai pengundang. Setiap hari Yesus mengundang kita untuk hidup dalam kasih-Nya. Kita perlu menyadari bahwa kita diingat dan dikasihi oleh Yesus. Maka, setiap hari kita perlu memberi tanggapan yang pantas atas undangan-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:1-14)
"Undanglah setiap orang yang kalian jumpai ke pesta nikah ini"
Pada suatu ketika Yesus berbicara kepada para imam kepala dan pemuka rakyat dengan memakai perumpamaan. Ia bersabda, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan nikah itu tetapi mereka tidak mau datang. Raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain dengan pesan, ‘Katakanlah kepada para undangan: Hidanganku sudah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih. Semuanya telah tersedia. Datanglah ke perjamuan nikah ini’. Tetapi para undangan itu tidak mengindahkannya. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap para hamba itu, menyiksa dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu. Ia lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Kemudian ia berkata kepada para hamba, ‘Perjamuan nikah telah tersedia, tetapi yang diundang tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kalian jumpai di sana ke perjamuan nikah ini. Maka pergilah para hamba dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan nikah itu dengan tamu. Ketika raja masuk hendak menemui para tamu, ia melihat seorang tamu yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya, ‘Hai saudara, bagaimana saudara masuk tanpa berpakaian pesta?’ Tetapi orang itu diam saja. Maka raja lalu berkata kepada para hamba, ‘Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap; di sana akan ada ratap dan kertak gigi.’ Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
"Aku akan menjemput kalian dari antara para bangsa dan mengumpulkan kalian dari semua negeri," firman Tuhan. Tuhan sudah mengundang pesta kita semua. Bahkan, Dia juga sudah menyuruh utusan-Nya untuk menjemput kita. Namun, kita menolak hadir dan datang ke pesta-Nya. Kita tidak menanggapi undangan Tuhan. Padahal, Tuhan ingin kita semua berkumpul dan bersatu dengan-Nya dalam sukacita. Tetapi, ternyata kita lebih senang menyibukkan diri dengan urusan kita sendiri. Benar demikian?
Doa Malam
Ya Bapa, kepada-Mu kami unjukkan segala sukacita, kegelisahan dan kecemasan kami. Kami tahu bahwa Engkau membuat indah segalanya pada waktunya. Semoga kami setia menjadi anak-anak-Mu, Bapa yang maharahim, kini dan untuk sepanjang masa. Amin.
C.
INSPIRASI PAGI LBI
Injil Matius yang kita renungkan hari ini mengisahkan perumpamaan tentang perjamuan kawin.
Kisahnya dimulai saat sang raja mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia mengundang seluruh warga, tetapi banyak yang tidak bisa datang karena sibuk dengan urusan mereka sendiri. Ada yang berladang, ada pula yang mengurus kepentingan-kepentingan yang lain.
Akhirnya, raja memerintahkan agar semua orang diundang, tua muda, kaya miskin, juga orang baik dan orang jahat. Namun, ada bagian yang menarik. Saat ada orang yang datang tanpa mengenakan pakaian yang layak, raja memerintahkan agar orang itu diusir.
Hari ini sesungguhnya kita diingatkan untuk memeriksa diri kita sendiri: apakah kita sudah mempersiapkan hati agar pantas untuk berjumpa dengan Tuhan?
Merefleksikan hal ini, saya teringat akan pengalaman saya di dalam pengakuan dosa. Ini adalah pengalaman yang luar biasa karena di situ saya mendengarkan pribadi-pribadi yang ingin bersua dengan Tuhan secara pantas dengan berusaha memperbaiki diri. Gratia status sebagai seorang imam ini sebenarnya tidak layak saya terima. Namun, jika Tuhan hendak menggunakan diri saya, saya tidak berkeberatan membiarkan diri saya ini menjadi perantaraan rahmat-Nya. Saya siap menjadi alat-Nya.
"Tuhan yang Mahakuasa, Kau selalu memandangku. Dari-Mu sendiri, Kau memulai segalanya. Pada-Mu sendiri pula Kau kembalikan semuanya. Tak ada suatu pun dalam diriku dapat membuat-Mu mencintai aku, atau memaksa-Mu menginginkan aku. Sebab sebelum aku ada, Kau telah mencintaiku dengan cinta yang tiada kunjung habis sejak semula. Dan kini menyala dalam lubuk hidupku, cinta-Mu yang bebas tiada batasnya.”
Marilah kita bertanya pada diri kita sendiri: sudahkah kita mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh agar pantas bersua dengan Tuhan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar