HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 30 September 2018
Hari Minggu Biasa XXVI
Bilangan (11:25-29)
(Mzm 19:8.10.12-13.14)
Yakobus (5:1-6)
Markus (9:38-43.45.47-48)
“Homo homini SOCIUS - Manusia adalah sahabat bagi sesamanya”.
Inilah semangat dasar yang coba saya tawarkan ketika di medio tahun 2008 kami mulai membentuk “rumah socius” dan mengumpulkan para eks narapidana dari pelbagai latar belakang agama.
Adapun satu kesadaran awalnya bahwa semua manusia adalah sama-sama citra Allah, walau memang berbeda latar belakang agama dan budayanya.
Premis “homo homini socius- manusia adalah sahabat bagi sesamanya” ini sendiri merupakan antitesis dari premis lama ala Hobessian yang berbunyi, “homo homini lupus- manusia adalah serigala bagi sesamanya.”
Pastinya, seperti Yesus yang hari ini bersabda: "Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita", bisa jadi kita diajak untuk mengenakan pola pikir “persahabatan” bukan “perseteruan”, menganggap sesama sebagai “sahabat”, bukan sebagai “serigala.” (Buku “HERSTORY”, Sahabat: “SA-tu dalam suka, HA-dir dalam duka, berja-BAT dalam doa”).
Dkl: Yesus mengajak kita untuk belajar berpikir positif dan bersahabat dengan sesama.
De facto, bukankah seringkali kita ini berpola negatif, entah lewat pikiran perkataan bahkan tindakan kita: permusuhan, balas dendam, iri hati, penyingkiran, memberi cap buruk?
Adapun tiga penyebab dasar pola negatif ini adalah “3K”, antara lain:
1. Kesombongan:
Kita kadang merasa bahwa diri kita atau kelompok kitalah yg paling baik.
Akibatnya, ketika ada “the others -yang lain”, kita mudah menganggapnya sebagai saingan yang harus disingkirkan, dimusuhi dan bahkan dipinggirkan dan dikambinghitamkan.
Kita mau menjadi super, tidak mau dikalahkan oleh yang lain, dalam hal supremasi maupun dominasi.
2. Kecurigaan:
Di sekitar kita, tampak bahwa keanekaragaman belum sungguh-sungguh menjadi, bagaikan indahnya susunan warna-warni pelangi yang enak dinikmati dan dikagumi.
Hati yang curiga, iri - dengki dan penuh dengan praduga buruk membuat hidup kita sulit terbuka dan pelit berdamai, terlebih dengan orang atau kelompok yang berbeda latar belakang dengan kita.
Kita mudah berasumsi macam-macam tentang orang lain sehingga membutakan hati nurani bahwa setiap orang adalah sama-sama datang dan kembali kepada Tuhan yang sama.
3. Ketertutupan:
Dunia kita memang satu, persis seperti apa yang dikatakan Stevie Wonder: "We are the world."
Kita ditantang untuk menanggapi persoalan yang justru menyentuh aspek kemanusiaan, yang tidak melulu berbicara tentang manusia dalam konteks primordial, karena masing-masing kita adalah manusia kembara yang sedang dalam berproses menjadi. Bukankah setiap pribadi tidak bisa berkembang dengan wajar tanpa kontak dengan yang lainnya?
Individu menemukan jati dirinya justru dalam keterkaitannya dengan individu lainnya, bukan? Sikap yang picik, tertutup dan ekslusif malahan membuat kita menjadi buta dan tidak berkembang. Human change the world by acting on it!
“Cari soto babat di kota Serang –
Mari bersahabat dengan semua orang.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Kutipan Teks Misa:
"Kekacauan dalam masyarakat adalah hasil dari kekacauan dalam keluarga."—St. Angela Merici
Antifon Pembuka (Dan 3:31.29.30.42.43)
Segala sesuatu yang Engkau perbuat atas kami, ya Tuhan, telah Engkau putuskan dengan benar. Sebab, kami telah berdosa terhadap-Mu dan tidak mematuhi perintah-perintah-Mu. Tetapi, muliakanlah nama-Mu, dan perlakukanlah kami seturut besarnya belas kasih-Mu.
All that you have done to us, O Lord you have done with true judgment, for we have sinned against you and not obeyed your commandments. But give glory to your name and deal with us according to the bounty of your mercy.
Omnia quƦ fecisti nobis, Domine, in vero iudicio fecisti, quia peccavimus tibi, et mandatis tuis non obedivimus: sed da gloriam nomini tuo, et fac nobiscum secundum multitudinem misericordiƦ tuae.
Mzm. Beati immaculati in via: qui ambulant in lege Domini.
Doa Pembuka
Ya Allah, Engkau selalu memberi kesempatan kepada kami untuk berbuat baik. Semoga kami senantiasa memanfaatkan setiap kesempatan yang Kauberikan kepada kami itu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Bilangan (11:25-29)
“Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi!”
Sekali peristiwa turunlah Tuhan dalam awan dan berbicara kepada Musa. Kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang ada pada Musa, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua Israel. Ketika Roh itu hinggap pada mereka, penuhlah mereka dengan Roh seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi. Pada waktu itu masih ada dua orang tinggal di perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama Medad. Mereka itu termasuk orang-orang yang dicatat tetapi mereka tidak turut pergi ke kemah. Ketika Roh itu hinggap pada mereka, penuhlah mereka itu dengan Roh seperti nabi di tempat perkemahan. Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa, “Eldad dan Medad penuh Roh seperti nabi di tempat perkemahan!” Maka menyahutlah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa, “Tuhanku Musa, cegahlah mereka!” Tetapi Musa berkata kepadanya, “Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi, karena Tuhan memberikan Roh-Nya kepada mereka!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 853
Ref. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan.
Ayat. (Mzm 19:8.10.12-13.14)
1 Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja.
2. Takut Tuhan itu suci, tetap utuh selama-lamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya.
3. Semua itu diperhatikan oleh hamba-Mu; memang besar ganjaran orang yang berpegang padanya. Tetapi siapa yang sadar akan kesesatannya? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.
4. Lindungilah pula hamba-Mu terhadap orang congkak; jangan sampai aku dikuasai olehnya! Maka aku akan menjadi tak bercela, dan bebas dari pelanggaran besar.
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (5:1-6)
“Kekayaan sudah membusuk.”
Hai kamu orang-orang kaya, menangis dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah membusuk, dan pakaianmu sudah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu, dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena kamu telah menahan upah para buruh yang telah menuai hasil ladangmu. Dan keluhan mereka yang menyabit panenmu telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam. Kamu telah hidup dalam kemewahan dan berfoya-foya di bumi! Kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang jujur, dan ia tidak dapat melawan kamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, Kanon, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 17:17b.a)
Firman-Mu adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut
Markus (9:38-43.45.47-48)
“Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah.”
Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus, “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu. Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi Yesus berkata, “Janganlah kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan ganjarannya. Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua belah tangan dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua kaki dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati, dan api tidak padam.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
"Qui non est adversum nos pro nobis est", siapa saja yang tidak melawan kita ada di pihak kita. Seringkali dalam hidup sehari-hari, kita cenderung melihat dunia dengan kacamata kita. Kita menilai dan memperlakukan orang lain sesuai dengan ukuran dan selera kita. Yesus melarang Yohanes mencegah seseorang yang bukan pengikut mereka mengusir setan demi nama Yesus (bdk. Bacaan Injil) sebab Roh Tuhan juga ada pada orang itu. Musa juga sama sekali tidak menolak para penatua Israel bahkan ketika dua di antara mereka bernubuat di luar kemah perjanjian (bdk Bacaan I). Musa mendorong umat-Nya agar terbuka pada karya-karya Allah melalui siapapun yang bernubuat untuk menentang kemewahan duniawi dan kekayaan yang sudah membusuk yang tidak akan membawa keselamatan (bdk. Bacaan II).
Antifon Komuni (Mzm 119:49-50)
Ingatlah, ya Tuhan, firman yang Engkau sampaikan kepada hamba-Mu, dengannya Engkau telah memberi harapan kepadaku. Itulah penghiburanku di saat aku terpukul.
Remember your word to your servant, O Lord, by which you have given me hope. This is my comfort when I am brought low.
Memento verbi tui servo tuo, Domine in quo mihi spem dedisti: haec me consolata est in humilitate mea.
B.
Tegas memilih dan melakukan yang baik
01.
Kalau perikop hari ini dibaca dalam konteks, situasinya memang sangat ironis. Dalam Mrk 9:18 dikisahkan bahwa para murid gagal atau tidak mampu mengusir roh jahat tetapi sekarang (ay. 38) ada seseorang yang tidak dikenal, maksudnya bukan dari kelompok para murid, yang justru berhasil mengusir roh jahat atas nama Yesus. Yohanes mencegahnya karena menganggap orang itu tidak mempunyai otoritas atau kewenangan bertindak dalam nama Yesus. Peristiwa itu mirip seperti yang terjadi pada zaman Nabi Musa (Bacaan I) ketika Yosua meminta agar Musa mencegah dua orang yang kepenuhan Roh Tuhan yaitu Eldad dan Medad, bernubuat seperti para nabi padahal mereka bukan bagian dari kelompok tua-tua Israel yang dianggap sebagai kelompok terpilih.
Secara mencolok Injil Markus menceritakan bahwa para murid Yesus yang terdekat pun, yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus, meskipun telah mendapatkan pengajaran khusus ternyata masih belum mampu memahami misteri karya penyelamatan Allah yang memuncak pada sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Petrus menegur Yesus ketika Dia menubuatkan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya (Mrk 8:32). Yohanes masih mempunyai cara pandang yang eksklusif dan sektarian (ay. 38). Yohanes dan Yakobus meminta kedudukan khusus saat Yesus mulia kelak (Mrk 10:35-37). Para murid nampaknya harus terus menerus menyesuaikan mind-set mereka dengan cara pandang Yesus karena kedekatan secara personal ternyata belum tentu menjamin kedekatan atau kesamaan sudut pandang.
02.
Nampaknya sikap Yohanes itu mewakili sikap sebagian jemaat dalam Gereja Perdana. Setelah memisahkan diri dari Yudaisme, Gereja berkembang pesat ke luar wilayah Palestina. Di daerah-daerah itu Gereja harus hidup berdampingan dengan masyarakat bukan Kristen. Dalam perjumpaan dengan masyarakat yang plural itu sering mereka menghadapi fenomena yang menarik: banyak orang tertarik kepada Yesus dan ajaran-Nya serta menghormati-Nya namun secara resmi mereka bukan anggota jemaat Kristen. Banyak paranormal atau dukun penyembuh bukan Kristen yang menyerukan nama Yesus dalam praksis penyembuhan mereka (lih. Kis 19:13).
Menghadapi hal itu bagaimana Gereja harus bersikap? Dengan tegas Yesus menolak sikap yang picik, sektarian dan intoleran: “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (ay. 40). Gereja tidak boleh memonopoli Yesus. Yesus adalah milik semua orang karena Dia datang untuk menyelamatkan semua. Apabila nama Yesus dipakai untuk melakukan kebaikan tidak ada alasan bagi para murid untuk melarangnya. Kebenaran dan kebaikan bukan hanya menjadi milik Gereja. Yang baik, benar dan kudus itu bisa berasal dari mana pun dan menjadi milik siapa pun. Semua orang yang berkehendak baik adalah teman seperjuangan untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. Justru kita harus bekerjasama dengan semua orang tanpa kecuali untuk memperkembangkan kehidupan bersama agar karya keselamatan Allah semakin terwujud. Sikap Yesus ini sama seperti sikap Musa yang menyambut positif segala sesuatu yang baik, yang berasal dari siapa saja, meskipun dari luar jemaat (lih. Bacaan I).
Sikap inklusif Yesus inilah yang mendasari Konsili Vatikan II merumuskan pandangannya terhadap agama-agama non-Kristen “Gereja Katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang” (NA art. 2).
03.
Kesejatian seorang murid ditentukan dari tindakannya, apakah dia dijiwai oleh Roh Kudus atau tidak, meskipun mungkin tidak menyadarinya. Siapa pun yang perbuatannya didorong oleh kasih, betapa pun sederhananya tindakan itu, mungkin hanya “memberi minum secangkir air” (ay. 41), orang itu menjadi milik Kristus dan pasti akan mendapatkan ganjaran. Namun sebaliknya meskipun dia mengaku sebagai murid Kristus dan memang secara formal menerima pembabtisan, tetapi tindakannya menyesatkan, membuat orang lain utamanya “anak-anak kecil” maksudnya orang beriman yang sederhana dan lugu, atau orang yang belum berpengalaman dan belum mempunyai prinsip yang mapan dalam hidupnya, jatuh ke dalam dosa atau mempengaruhi mereka bertindak jahat, orang itu sejatinya bukan milik Kristus. Betapa seriusnya dosa sandungan sehingga orang yang memberikan sandungan itu pantas mendapatkan hukuman yang sangat berat, yaitu pada lehernya diikatkan sebuah batu kilangan lalu dibuang ke dalam laut (lih. ay. 42), maksudnya orang seperti itu harus disingkirkan dari kehidupan bersama. Yesus tidak bermaksud mengesahkan hukuman mati, tetapi hanya ingin menegaskan betapa seriusnya kejahatan "memberi batu sandungan."
04.
Anjuran untuk melakukan mutilasi, yaitu pemotongan anggota tubuh yang menjadi sumber dosa harus dipahami sebagai metafor untuk menegaskan tuntutan Yesus yang radikal dan tanpa kompromi terhadap dosa. Yesus memakai kiasan tubuh manusia. Jika salah satu bagian tubuh terkena penyakit yang akan merembet ke bagian tubuh lainnya, maka bagian yang terkena penyakit itu harus diamputasi dari pada menyebabkan seluruh tubuh menjadi sakit. Untuk ikut serta dalam kemuliaan Allah, hidup tidak boleh setengah-setengah. Kebenaran, kebaikan dan kekudusan tidak dapat bercampur dengan dosa, maka "lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua belah tangan dibuang ke dalam neraka" (ay.43), atau "lebih baik bagimu dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua kaki dicampakkan ke dalam neraka" (ay. 45).
Dengan metafor itu Yesus mengingatkan bahwa godaan kepada dosa tidak hanya berasal dari luar, dari pengaruh lingkungan atau orang lain tetapi bisa juga berasal dari kecenderungan dalam diri kita, dari kebiasaan yang salah. Dosa itu berproses, mulai dari melihat lalu timbul keinginan dan niat jahat dalam hati, kemudian niat itu diwujudkan dalam tindakan. Karena itu kita diajak untuk waspada dan tegas sejak awal proses, maka "Jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka" (ay. 47). Yesus memakai gaya berbicara yang lazim dipakai dalam bahasa Aram yaitu gaya bicara yang melebih-lebihkan. Namun maksudnya jelas yakni bahwa kita harus menghindarkan diri dari kesempatan dan segala macam penyalahgunaan sarana untuk berbuat dosa serta dengan tegas menolak dosa sejak di awal prosesnya.
Allah menciptakan bagian-bagian tubuh manusia untuk membantu mewujudkan panggilan sebagai citra Allah. Kalau bagian-bagian tubuh itu disalahgunakan untuk berbuat dosa artinya melawan tujuan Allah menciptakannya dan dengan demikian kehilangan makna keberadaannya.
05. Kata “neraka” yang dipakai dalam ay. 43, 45, 47 merupakan terjemahan dari kata Yunani gehenna atau geenna (dalam bahasa Ibrani gehinnom). Gehinnom adalah nama sebuah lembah yang terletak di sebelah barat daya kota Yerusalem, yaitu lembah Hinnom. Pada zaman kuno di lembah itu didirikan mezbah untuk upacara pengorbanan anak laki-laki atau perempuan kepada dewa Moloch dengan membakar anak-anak itu hidup-hidup (lih. Yer 7:31-32; 19: 2-6 dan 32:35). Praktek itu dikutuk oleh nabi Yeremia dan menjadi salah satu alasan Allah akan menghancurkan Yerusalem (Yer 32:35-36). Praktek pengorbanan anak itu juga dilarang oleh Raja Yosia (2 Raj 23:10).
Setelah praktek pengorbanan itu menghilang, lembah itu menjadi tempat pembuangan sampah, termasuk bangkai hewan dan mayat para penjahat yang dihukum mati. Penduduk setempat membakar sampah maupun bangkai itu dan membiarkan apinya terus menyala agar sampah atau bangkai yang ada di tempat itu bisa terbakar habis. Kalau pun ada sebagian sampah atau bangkai yang belum terbakar, belatung atau ulat bangkai akan mengurainya sampai habis (Bdk. ay. 48 “di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam”). Dalam Injil Sinoptik Yesus 12 kali memakai “gehenna” sebagai simbol untuk menggambarkan hukuman kekal, kebinasaan atau kehancuran total dan abadi.
06.
Di masa kini agama masih belum berhasil menunjukkan rahmat yang mempersatukan. Bahkan agama-agama besar pun tidak luput dari bahaya eksklusivisme. Kehidupan beragama masih rawan konflik. Kehidupan antar agama masih belum menawarkan suasana teduh. Akibatnya, upaya mengabdi dan menyembah Tuhan mudah ditunggangi oleh berbagai kepentingan yang sebenarnya tidak ada kaitan dengan agama. Isu SARA dan terorisme yang dibumbui dengan motif keagamaan masih mengganggu ketenangan masyarakat kita. Agama-agama yang seharusnya mengajak orang berbuat baik malah menjadi alasan untuk merasa diri berbeda bahkan menjadi alasan untuk bermusuhan.
Yesus menegaskan bahwa karya keselamatan Allah menjangkau semua bangsa manusia, tanpa kecuali. Allah dapat memakai siapapun untuk melaksanakan karya keselamatan-Nya. Allah lebih besar dari agama. Jangan sampai agama justru menghambat karya keselamatan Allah yang menyapa setiap orang.
07.
Yesus menghendaki agar kita tegas dalam melawan dosa. Tegas sejak awal proses berdosa. Ketika kecenderungan dosa masih merupakan gejala, hendaknya cepat-cepat kita menyadarinya dan melawannya. Jangan menunggu sampai api membakar rumah, baru mencari air. Pasti akan terlambat! Ketika api itu masih kecil, tentu lebih mudah dipadamkan daripada setelah api itu menjadi besar. Melawan kebiasaan yang tidak baik atau kecenderungan kepada dosa sering lebih sulit dan lebih berat daripada melawan pengaruh negatif yang berasal dari luar.
Mengakhiri kebiasaan buruk seperti ketagihan narkoba, minuman keras atau rokok, kecanduan seks, judi, ngrumpi, iri hati, emosional, kasar, pikiran negatif dsb sering terasa menyakitkan dan membuat kita menderita seperti kalau harus memotong tangan atau kaki. Namun penderitaan itu bukan sebuah pengorbanan apalagi salib. Menderita dalam usaha menghilangkan keburukan itu merupakan keharusan, sebuah tuntutan mutlak agar dapat diperkenankan mengalami kebahagiaan dalam Kerajaan Allah.
08.
Menghilangkan bad habit harus dimulai dengan kesadaran bahwa kebiasaan buruk itu merugikan serta membayangkan kebahagiaan yang akan dialami bila bisa bebas dari kebiasaan itu. Kemudian menumbuhkan niat yang kuat untuk merubah hidup kita ke arah yang lebih baik dan meyakinkan diri bahwa kita harus dan pasti bisa menghilangkan kebiasaan itu. Memutuskan dengan tegas untuk berubah mulai saat ini tanpa menunda. Kalau terlalu sulit menghilangkan kebiasaan buruk, kita bisa mencari dukungan keluarga, pasangan hidup, teman ataupun pacar agar selalu mengingatkan komitmen kita. Dan tentu saja disertai permohonan kepada Tuhan agar dianugerahi kemampuan untuk berubah dan meninggalkan kebiasaan buruk.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 30 September 2018
Hari Minggu Biasa XXVI
Bilangan (11:25-29)
(Mzm 19:8.10.12-13.14)
Yakobus (5:1-6)
Markus (9:38-43.45.47-48)
“Homo homini SOCIUS - Manusia adalah sahabat bagi sesamanya”.
Inilah semangat dasar yang coba saya tawarkan ketika di medio tahun 2008 kami mulai membentuk “rumah socius” dan mengumpulkan para eks narapidana dari pelbagai latar belakang agama.
Adapun satu kesadaran awalnya bahwa semua manusia adalah sama-sama citra Allah, walau memang berbeda latar belakang agama dan budayanya.
Premis “homo homini socius- manusia adalah sahabat bagi sesamanya” ini sendiri merupakan antitesis dari premis lama ala Hobessian yang berbunyi, “homo homini lupus- manusia adalah serigala bagi sesamanya.”
Pastinya, seperti Yesus yang hari ini bersabda: "Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita", bisa jadi kita diajak untuk mengenakan pola pikir “persahabatan” bukan “perseteruan”, menganggap sesama sebagai “sahabat”, bukan sebagai “serigala.” (Buku “HERSTORY”, Sahabat: “SA-tu dalam suka, HA-dir dalam duka, berja-BAT dalam doa”).
Dkl: Yesus mengajak kita untuk belajar berpikir positif dan bersahabat dengan sesama.
De facto, bukankah seringkali kita ini berpola negatif, entah lewat pikiran perkataan bahkan tindakan kita: permusuhan, balas dendam, iri hati, penyingkiran, memberi cap buruk?
Adapun tiga penyebab dasar pola negatif ini adalah “3K”, antara lain:
1. Kesombongan:
Kita kadang merasa bahwa diri kita atau kelompok kitalah yg paling baik.
Akibatnya, ketika ada “the others -yang lain”, kita mudah menganggapnya sebagai saingan yang harus disingkirkan, dimusuhi dan bahkan dipinggirkan dan dikambinghitamkan.
Kita mau menjadi super, tidak mau dikalahkan oleh yang lain, dalam hal supremasi maupun dominasi.
2. Kecurigaan:
Di sekitar kita, tampak bahwa keanekaragaman belum sungguh-sungguh menjadi, bagaikan indahnya susunan warna-warni pelangi yang enak dinikmati dan dikagumi.
Hati yang curiga, iri - dengki dan penuh dengan praduga buruk membuat hidup kita sulit terbuka dan pelit berdamai, terlebih dengan orang atau kelompok yang berbeda latar belakang dengan kita.
Kita mudah berasumsi macam-macam tentang orang lain sehingga membutakan hati nurani bahwa setiap orang adalah sama-sama datang dan kembali kepada Tuhan yang sama.
3. Ketertutupan:
Dunia kita memang satu, persis seperti apa yang dikatakan Stevie Wonder: "We are the world."
Kita ditantang untuk menanggapi persoalan yang justru menyentuh aspek kemanusiaan, yang tidak melulu berbicara tentang manusia dalam konteks primordial, karena masing-masing kita adalah manusia kembara yang sedang dalam berproses menjadi. Bukankah setiap pribadi tidak bisa berkembang dengan wajar tanpa kontak dengan yang lainnya?
Individu menemukan jati dirinya justru dalam keterkaitannya dengan individu lainnya, bukan? Sikap yang picik, tertutup dan ekslusif malahan membuat kita menjadi buta dan tidak berkembang. Human change the world by acting on it!
“Cari soto babat di kota Serang –
Mari bersahabat dengan semua orang.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Kutipan Teks Misa:
"Kekacauan dalam masyarakat adalah hasil dari kekacauan dalam keluarga."—St. Angela Merici
Antifon Pembuka (Dan 3:31.29.30.42.43)
Segala sesuatu yang Engkau perbuat atas kami, ya Tuhan, telah Engkau putuskan dengan benar. Sebab, kami telah berdosa terhadap-Mu dan tidak mematuhi perintah-perintah-Mu. Tetapi, muliakanlah nama-Mu, dan perlakukanlah kami seturut besarnya belas kasih-Mu.
All that you have done to us, O Lord you have done with true judgment, for we have sinned against you and not obeyed your commandments. But give glory to your name and deal with us according to the bounty of your mercy.
Omnia quƦ fecisti nobis, Domine, in vero iudicio fecisti, quia peccavimus tibi, et mandatis tuis non obedivimus: sed da gloriam nomini tuo, et fac nobiscum secundum multitudinem misericordiƦ tuae.
Mzm. Beati immaculati in via: qui ambulant in lege Domini.
Doa Pembuka
Ya Allah, Engkau selalu memberi kesempatan kepada kami untuk berbuat baik. Semoga kami senantiasa memanfaatkan setiap kesempatan yang Kauberikan kepada kami itu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Bilangan (11:25-29)
“Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi!”
Sekali peristiwa turunlah Tuhan dalam awan dan berbicara kepada Musa. Kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang ada pada Musa, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua Israel. Ketika Roh itu hinggap pada mereka, penuhlah mereka dengan Roh seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi. Pada waktu itu masih ada dua orang tinggal di perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama Medad. Mereka itu termasuk orang-orang yang dicatat tetapi mereka tidak turut pergi ke kemah. Ketika Roh itu hinggap pada mereka, penuhlah mereka itu dengan Roh seperti nabi di tempat perkemahan. Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa, “Eldad dan Medad penuh Roh seperti nabi di tempat perkemahan!” Maka menyahutlah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa, “Tuhanku Musa, cegahlah mereka!” Tetapi Musa berkata kepadanya, “Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi, karena Tuhan memberikan Roh-Nya kepada mereka!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 853
Ref. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan.
Ayat. (Mzm 19:8.10.12-13.14)
1 Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja.
2. Takut Tuhan itu suci, tetap utuh selama-lamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya.
3. Semua itu diperhatikan oleh hamba-Mu; memang besar ganjaran orang yang berpegang padanya. Tetapi siapa yang sadar akan kesesatannya? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.
4. Lindungilah pula hamba-Mu terhadap orang congkak; jangan sampai aku dikuasai olehnya! Maka aku akan menjadi tak bercela, dan bebas dari pelanggaran besar.
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (5:1-6)
“Kekayaan sudah membusuk.”
Hai kamu orang-orang kaya, menangis dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah membusuk, dan pakaianmu sudah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu, dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena kamu telah menahan upah para buruh yang telah menuai hasil ladangmu. Dan keluhan mereka yang menyabit panenmu telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam. Kamu telah hidup dalam kemewahan dan berfoya-foya di bumi! Kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang jujur, dan ia tidak dapat melawan kamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, Kanon, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 17:17b.a)
Firman-Mu adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut
Markus (9:38-43.45.47-48)
“Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah.”
Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus, “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu. Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi Yesus berkata, “Janganlah kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan ganjarannya. Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua belah tangan dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua kaki dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati, dan api tidak padam.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
"Qui non est adversum nos pro nobis est", siapa saja yang tidak melawan kita ada di pihak kita. Seringkali dalam hidup sehari-hari, kita cenderung melihat dunia dengan kacamata kita. Kita menilai dan memperlakukan orang lain sesuai dengan ukuran dan selera kita. Yesus melarang Yohanes mencegah seseorang yang bukan pengikut mereka mengusir setan demi nama Yesus (bdk. Bacaan Injil) sebab Roh Tuhan juga ada pada orang itu. Musa juga sama sekali tidak menolak para penatua Israel bahkan ketika dua di antara mereka bernubuat di luar kemah perjanjian (bdk Bacaan I). Musa mendorong umat-Nya agar terbuka pada karya-karya Allah melalui siapapun yang bernubuat untuk menentang kemewahan duniawi dan kekayaan yang sudah membusuk yang tidak akan membawa keselamatan (bdk. Bacaan II).
Antifon Komuni (Mzm 119:49-50)
Ingatlah, ya Tuhan, firman yang Engkau sampaikan kepada hamba-Mu, dengannya Engkau telah memberi harapan kepadaku. Itulah penghiburanku di saat aku terpukul.
Remember your word to your servant, O Lord, by which you have given me hope. This is my comfort when I am brought low.
Memento verbi tui servo tuo, Domine in quo mihi spem dedisti: haec me consolata est in humilitate mea.
B.
Tegas memilih dan melakukan yang baik
01.
Kalau perikop hari ini dibaca dalam konteks, situasinya memang sangat ironis. Dalam Mrk 9:18 dikisahkan bahwa para murid gagal atau tidak mampu mengusir roh jahat tetapi sekarang (ay. 38) ada seseorang yang tidak dikenal, maksudnya bukan dari kelompok para murid, yang justru berhasil mengusir roh jahat atas nama Yesus. Yohanes mencegahnya karena menganggap orang itu tidak mempunyai otoritas atau kewenangan bertindak dalam nama Yesus. Peristiwa itu mirip seperti yang terjadi pada zaman Nabi Musa (Bacaan I) ketika Yosua meminta agar Musa mencegah dua orang yang kepenuhan Roh Tuhan yaitu Eldad dan Medad, bernubuat seperti para nabi padahal mereka bukan bagian dari kelompok tua-tua Israel yang dianggap sebagai kelompok terpilih.
Secara mencolok Injil Markus menceritakan bahwa para murid Yesus yang terdekat pun, yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus, meskipun telah mendapatkan pengajaran khusus ternyata masih belum mampu memahami misteri karya penyelamatan Allah yang memuncak pada sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Petrus menegur Yesus ketika Dia menubuatkan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya (Mrk 8:32). Yohanes masih mempunyai cara pandang yang eksklusif dan sektarian (ay. 38). Yohanes dan Yakobus meminta kedudukan khusus saat Yesus mulia kelak (Mrk 10:35-37). Para murid nampaknya harus terus menerus menyesuaikan mind-set mereka dengan cara pandang Yesus karena kedekatan secara personal ternyata belum tentu menjamin kedekatan atau kesamaan sudut pandang.
02.
Nampaknya sikap Yohanes itu mewakili sikap sebagian jemaat dalam Gereja Perdana. Setelah memisahkan diri dari Yudaisme, Gereja berkembang pesat ke luar wilayah Palestina. Di daerah-daerah itu Gereja harus hidup berdampingan dengan masyarakat bukan Kristen. Dalam perjumpaan dengan masyarakat yang plural itu sering mereka menghadapi fenomena yang menarik: banyak orang tertarik kepada Yesus dan ajaran-Nya serta menghormati-Nya namun secara resmi mereka bukan anggota jemaat Kristen. Banyak paranormal atau dukun penyembuh bukan Kristen yang menyerukan nama Yesus dalam praksis penyembuhan mereka (lih. Kis 19:13).
Menghadapi hal itu bagaimana Gereja harus bersikap? Dengan tegas Yesus menolak sikap yang picik, sektarian dan intoleran: “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (ay. 40). Gereja tidak boleh memonopoli Yesus. Yesus adalah milik semua orang karena Dia datang untuk menyelamatkan semua. Apabila nama Yesus dipakai untuk melakukan kebaikan tidak ada alasan bagi para murid untuk melarangnya. Kebenaran dan kebaikan bukan hanya menjadi milik Gereja. Yang baik, benar dan kudus itu bisa berasal dari mana pun dan menjadi milik siapa pun. Semua orang yang berkehendak baik adalah teman seperjuangan untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. Justru kita harus bekerjasama dengan semua orang tanpa kecuali untuk memperkembangkan kehidupan bersama agar karya keselamatan Allah semakin terwujud. Sikap Yesus ini sama seperti sikap Musa yang menyambut positif segala sesuatu yang baik, yang berasal dari siapa saja, meskipun dari luar jemaat (lih. Bacaan I).
Sikap inklusif Yesus inilah yang mendasari Konsili Vatikan II merumuskan pandangannya terhadap agama-agama non-Kristen “Gereja Katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang” (NA art. 2).
03.
Kesejatian seorang murid ditentukan dari tindakannya, apakah dia dijiwai oleh Roh Kudus atau tidak, meskipun mungkin tidak menyadarinya. Siapa pun yang perbuatannya didorong oleh kasih, betapa pun sederhananya tindakan itu, mungkin hanya “memberi minum secangkir air” (ay. 41), orang itu menjadi milik Kristus dan pasti akan mendapatkan ganjaran. Namun sebaliknya meskipun dia mengaku sebagai murid Kristus dan memang secara formal menerima pembabtisan, tetapi tindakannya menyesatkan, membuat orang lain utamanya “anak-anak kecil” maksudnya orang beriman yang sederhana dan lugu, atau orang yang belum berpengalaman dan belum mempunyai prinsip yang mapan dalam hidupnya, jatuh ke dalam dosa atau mempengaruhi mereka bertindak jahat, orang itu sejatinya bukan milik Kristus. Betapa seriusnya dosa sandungan sehingga orang yang memberikan sandungan itu pantas mendapatkan hukuman yang sangat berat, yaitu pada lehernya diikatkan sebuah batu kilangan lalu dibuang ke dalam laut (lih. ay. 42), maksudnya orang seperti itu harus disingkirkan dari kehidupan bersama. Yesus tidak bermaksud mengesahkan hukuman mati, tetapi hanya ingin menegaskan betapa seriusnya kejahatan "memberi batu sandungan."
04.
Anjuran untuk melakukan mutilasi, yaitu pemotongan anggota tubuh yang menjadi sumber dosa harus dipahami sebagai metafor untuk menegaskan tuntutan Yesus yang radikal dan tanpa kompromi terhadap dosa. Yesus memakai kiasan tubuh manusia. Jika salah satu bagian tubuh terkena penyakit yang akan merembet ke bagian tubuh lainnya, maka bagian yang terkena penyakit itu harus diamputasi dari pada menyebabkan seluruh tubuh menjadi sakit. Untuk ikut serta dalam kemuliaan Allah, hidup tidak boleh setengah-setengah. Kebenaran, kebaikan dan kekudusan tidak dapat bercampur dengan dosa, maka "lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua belah tangan dibuang ke dalam neraka" (ay.43), atau "lebih baik bagimu dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua kaki dicampakkan ke dalam neraka" (ay. 45).
Dengan metafor itu Yesus mengingatkan bahwa godaan kepada dosa tidak hanya berasal dari luar, dari pengaruh lingkungan atau orang lain tetapi bisa juga berasal dari kecenderungan dalam diri kita, dari kebiasaan yang salah. Dosa itu berproses, mulai dari melihat lalu timbul keinginan dan niat jahat dalam hati, kemudian niat itu diwujudkan dalam tindakan. Karena itu kita diajak untuk waspada dan tegas sejak awal proses, maka "Jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka" (ay. 47). Yesus memakai gaya berbicara yang lazim dipakai dalam bahasa Aram yaitu gaya bicara yang melebih-lebihkan. Namun maksudnya jelas yakni bahwa kita harus menghindarkan diri dari kesempatan dan segala macam penyalahgunaan sarana untuk berbuat dosa serta dengan tegas menolak dosa sejak di awal prosesnya.
Allah menciptakan bagian-bagian tubuh manusia untuk membantu mewujudkan panggilan sebagai citra Allah. Kalau bagian-bagian tubuh itu disalahgunakan untuk berbuat dosa artinya melawan tujuan Allah menciptakannya dan dengan demikian kehilangan makna keberadaannya.
05. Kata “neraka” yang dipakai dalam ay. 43, 45, 47 merupakan terjemahan dari kata Yunani gehenna atau geenna (dalam bahasa Ibrani gehinnom). Gehinnom adalah nama sebuah lembah yang terletak di sebelah barat daya kota Yerusalem, yaitu lembah Hinnom. Pada zaman kuno di lembah itu didirikan mezbah untuk upacara pengorbanan anak laki-laki atau perempuan kepada dewa Moloch dengan membakar anak-anak itu hidup-hidup (lih. Yer 7:31-32; 19: 2-6 dan 32:35). Praktek itu dikutuk oleh nabi Yeremia dan menjadi salah satu alasan Allah akan menghancurkan Yerusalem (Yer 32:35-36). Praktek pengorbanan anak itu juga dilarang oleh Raja Yosia (2 Raj 23:10).
Setelah praktek pengorbanan itu menghilang, lembah itu menjadi tempat pembuangan sampah, termasuk bangkai hewan dan mayat para penjahat yang dihukum mati. Penduduk setempat membakar sampah maupun bangkai itu dan membiarkan apinya terus menyala agar sampah atau bangkai yang ada di tempat itu bisa terbakar habis. Kalau pun ada sebagian sampah atau bangkai yang belum terbakar, belatung atau ulat bangkai akan mengurainya sampai habis (Bdk. ay. 48 “di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam”). Dalam Injil Sinoptik Yesus 12 kali memakai “gehenna” sebagai simbol untuk menggambarkan hukuman kekal, kebinasaan atau kehancuran total dan abadi.
06.
Di masa kini agama masih belum berhasil menunjukkan rahmat yang mempersatukan. Bahkan agama-agama besar pun tidak luput dari bahaya eksklusivisme. Kehidupan beragama masih rawan konflik. Kehidupan antar agama masih belum menawarkan suasana teduh. Akibatnya, upaya mengabdi dan menyembah Tuhan mudah ditunggangi oleh berbagai kepentingan yang sebenarnya tidak ada kaitan dengan agama. Isu SARA dan terorisme yang dibumbui dengan motif keagamaan masih mengganggu ketenangan masyarakat kita. Agama-agama yang seharusnya mengajak orang berbuat baik malah menjadi alasan untuk merasa diri berbeda bahkan menjadi alasan untuk bermusuhan.
Yesus menegaskan bahwa karya keselamatan Allah menjangkau semua bangsa manusia, tanpa kecuali. Allah dapat memakai siapapun untuk melaksanakan karya keselamatan-Nya. Allah lebih besar dari agama. Jangan sampai agama justru menghambat karya keselamatan Allah yang menyapa setiap orang.
07.
Yesus menghendaki agar kita tegas dalam melawan dosa. Tegas sejak awal proses berdosa. Ketika kecenderungan dosa masih merupakan gejala, hendaknya cepat-cepat kita menyadarinya dan melawannya. Jangan menunggu sampai api membakar rumah, baru mencari air. Pasti akan terlambat! Ketika api itu masih kecil, tentu lebih mudah dipadamkan daripada setelah api itu menjadi besar. Melawan kebiasaan yang tidak baik atau kecenderungan kepada dosa sering lebih sulit dan lebih berat daripada melawan pengaruh negatif yang berasal dari luar.
Mengakhiri kebiasaan buruk seperti ketagihan narkoba, minuman keras atau rokok, kecanduan seks, judi, ngrumpi, iri hati, emosional, kasar, pikiran negatif dsb sering terasa menyakitkan dan membuat kita menderita seperti kalau harus memotong tangan atau kaki. Namun penderitaan itu bukan sebuah pengorbanan apalagi salib. Menderita dalam usaha menghilangkan keburukan itu merupakan keharusan, sebuah tuntutan mutlak agar dapat diperkenankan mengalami kebahagiaan dalam Kerajaan Allah.
08.
Menghilangkan bad habit harus dimulai dengan kesadaran bahwa kebiasaan buruk itu merugikan serta membayangkan kebahagiaan yang akan dialami bila bisa bebas dari kebiasaan itu. Kemudian menumbuhkan niat yang kuat untuk merubah hidup kita ke arah yang lebih baik dan meyakinkan diri bahwa kita harus dan pasti bisa menghilangkan kebiasaan itu. Memutuskan dengan tegas untuk berubah mulai saat ini tanpa menunda. Kalau terlalu sulit menghilangkan kebiasaan buruk, kita bisa mencari dukungan keluarga, pasangan hidup, teman ataupun pacar agar selalu mengingatkan komitmen kita. Dan tentu saja disertai permohonan kepada Tuhan agar dianugerahi kemampuan untuk berubah dan meninggalkan kebiasaan buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar