Ads 468x60px

Kamis, 21 Februari 2019

HIK – HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
Kamis, 21 Februari 2019
Hari Biasa Pekan VI
Kejadian (9:1-13)
(Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; R: 20b)
Markus (8:27-33)
"Vade retro satana - Enyahlah engkau iblis!"
Inilah hardikan Yesus kepada Petrus: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mrk 8,33)
Dalam diri Petrus ada dua kekuatan atau kuasa yang bekerja sekaligus, yakni kuasa Allah dan iblis.
Dengan kuasa Allah, ia dapat berkata dan berwarta dengan benar bahwa Yesus adalah Mesias. Namun, tidak lama berselang, iblis dalam dirinya membelokkan pemahaman dan pemaknaan yang ia miliki tentang jati diri Mesias. Ia memikirkan Mesias yang berjaya, bukan Mesias yang menderita sengsara. Apa yang ia pikirkan ini tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan Allah. Dengan kata lain, iblis yang menguasai Petrus menjadikan dirinya berpikir, berkata dan bertindak secara tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Bicara soal iblis, menurut St. Ignatius, ada 3 karakter dasar iblis (LR 313-327): seperti perempuan/pintar merayu, seperti pria playboy/pintar berpura-pura dan seperti panglima/pintar mencari titik lemah.
Secara sederhana, iblis/setan ini juga kerap hadir di kitab suci sebagai "serigala" yang rakus, "ular" yang licik dan "naga" yang pemarah. Dengan kata lain: Jika kita mudah rakus-licik dan marah, kita membuat iblis lahir di hati dan hidup kita.
Adapun Yesus yang diakui Petrus sebagai "Mesias" ("yang terurapi"), yang selalu hadir untuk mengenyahkan iblis mengatakan bahwa sebelum mengalami pemuliaan dan kebangkitan, Ia harus menanggung banyak penyaliban dan kesakitan, antara lain: ditolak dan dibunuh oleh para tua, imam kepala dan ahli Taurat.
Nah, sebenarnya kitapun juga diajak untuk selalu mengenyahkan iblis dengan berani mengikuti 4 jalan iman seperti yang saya dapatkan ketika memberi sesion untuk para suster rubiah Claris di Singkawang, antara lain:
1."Lihat salibNya":
Kita diajak untuk selalu mengarahkan mata dan hati kepada misteri Tuhan yang tersalib.
2."Pegang salibNya":
Kita diajak untuk dekat-erat dan bersahabat dengan salibNya, berani memegang dan mengarahkan tangan kita kepada tanganNya, pergulatan salib kita kepada salibNya.
3."Pikul salibNya":
Kita diajak u/rela memikul aneka salib dengan ringan dan terbuka, dengan sabar dan tegar karena kita boleh ikut sedikit merasakan apa yang dulu dialamiNya.
4."Bawa salibNya":
Kita diajak untuk selalu berani membawa salibNya dalam segala gerak-polah, doa karya dan pergulatan harian kita karena didasari keyakinan ala Camara, "Tuhan bila salib menimpa kami maka hancurlah kami tapi bila Engkau yang datang bersama salib - Engkaulah yang setia memeluk kami."
"Bunga tulip banyak di Belanda - Bersama salib kita bersih dari aneka noda."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Hidup lepas bebas dan ikhlas
Yes 50:5-9a; Yak 2:14-18; Mrk 8:27-35
01. Perikop tanya jawab tentang identitas Yesus di mata orang banyak serta bagi para murid ini merupakan pusat Injil Markus, mengakhiri paruh pertama dan mengawali paruh kedua. Paruh kedua ini ditandai dengan perjalanan Yesus dari Galilea naik ke Yerusalem. Kalau dalam paruh pertama Yesus selalu melarang semua pihak entah roh-roh jahat, setan, orang banyak dan bahkan para murid sekali pun untuk mewartakan identitas-Nya sebagai Mesias (the Mesianic Secret, lih. Mrk 1:25.34; 3:12; 5:43; 7:36 dan 8:30), dalam paruh kedua sedikit demi sedikit Yesus mewahyukan dan menjelaskan isi Rahasia Mesias itu yang memuncak pada peristiwa salib, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Yesus merasa perlu menyembunyikan jati diri-Nya untuk menghindari kesalahpahaman. Jati diri Yesus sebagai Mesias, Putra Allah tidak mungkin dipahami secara tepat bila hanya berdasarkan mukjizat yang dilakukan-Nya dengan penuh kuasa, seperti memberi makan 5000 orang (Mrk 6:30-44), berjalan di atas air (Mrk 6:45-52), menyembuhkan orang-orang sakit (Mrk 6:53-56), orang tuli (Mrk 7:31-37) dan buta (Mrk 8:22-26). Pemahaman akan mesianitas Yesus baru utuh bila telah menyaksikan misteri salib yakni sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya (Mrk 9:9).
02. Pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” (ay. 27b) mengantar pada pertanyaan yang kedua dan pemberitahuan tentang penderitaan-Nya dalam ayat 31-33. Dengan pertanyaan ini, Yesus ingin mendengar pendapat orang-orang yang tidak termasuk kelompok para murid tentang diri-Nya, tanggapan dan kesan mereka akan sabda dan karya-Nya. Orang-orang memang melihat Yesus sebagai pribadi yang luar biasa tetapi tidak lebih dari seorang nabi seperti nabi Elia, Yohanes Pembaptis, atau seperti para nabi pada zaman dahulu (Matius menambahkan nama “Nabi Yeremia”). Kekaguman mereka hanyalah sebatas kekaguman kepada seorang nabi.
Asosiasi pertama orang banyak terhadap Yesus adalah Yohanes Pembaptis. Nampaknya kemasyuran, kuasa dan wibawa Yohanes dalam menyerukan pertobatan menjadi salah satu alasan mengapa orang mengasosiasikan Yesus sebagai Yohanes yang berinkarnasi, sebagaimana diungkapkan dalam Mrk 6:14, “… orang mengatakan: “Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.”
Ada juga yang mengasosiasikan Yesus dengan nabi Elia, sosok nabi penuh kuasa yang telah datang kembali seperti yang dijanjikan Allah dalam kitab Maleakhi 4:5, “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu”.
Seorang ekseget, William L. Lane, berpendapat bahwa menyamakan Yesus dengan seorang nabi seperti Yohanes Pembabtis atau Elia atau para nabi lain yang pernah hadir di sepanjang sejarah Israel menunjukkan kegagalan orang banyak untuk mengenali keistimewaan Yesus. Pendapat-pendapat itu nampaknya merupakan indikasi penolakan terhadap Yesus sebagai kepenuhan wahyu Allah dan pelaksana definitif karya penyelamatan Allah.
03. Di sepanjang sejarah, umat Israel pada umumnya, termasuk juga para murid Yesus, mengharapkan kehadiran seorang Mesias yang berperan sebagai pemimpin politis yang diutus Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan asing. Mesias diyakini berasal dari keturunan raja Daud yang akan melanggengkan tahta Daud dan mengembalikan umat menjadi umat Allah yang setia pada perjanjiannya dengan Allah. Bahkan Sang Mesias itu juga digambarkan adalah tokoh dunia yang bukan hanya memimpin bangsa Israel tetapi juga bangsa-bangsa lain agar menyembah Allah yang satu di gunung Sion. Petrus dan para murid pun mempunyai gambaran Mesias seperti itu.
Harapan ini dilatar-belakangi oleh situasi Israel yang selalu berada dalam penderitaan dan tekanan bangsa asing yang menjajah mereka. Karena itu ketika kekaisaran Romawi menguasai Israel, berulangkali muncul orang-orang yang dianggap sebagai Mesias, yang memimpin perjuangan untuk membebaskan dari penjajahan oleh kekaisaran Romawi. Umat Israel selalu mengharapkan kedatangan seorang Mesias yang agung, tangguh, tidak terkalahkan dan mampu membawa mereka kepada kemerdekaan politis. Maka ketika menyaksikan kuasa Yesus dalam melakukan berbagai mukjizat, harapan mereka kepada-Nya melambung. Mereka mengharapkan Yesus dari Nazaret inilah yang mampu membebaskan dari penjajahan Romawi dan memberikan kesejahteraan dengan kuasaNya. Kuasa itu telah ditunjukkan dengan menaklukkan alam dan menggandakan roti.
Harapan seperti itu pulalah kiranya yang ada dalam benak Petrus ketika dia mewakili para murid yang lain mengungkapkan pengakuan imannya bahwa Yesus bagi mereka adalah Mesias. Karena itu mereka sangat terkejut saat Yesus menyatakan: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (ay. 31).
Pernyataan itu sulit dipahami, maka Petrus langsung bereaksi dengan menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Reaksi Petrus mewakili ketidakpahaman para murid bahkan semua orang Yahudi mengenai citra Mesias yang diwahyukan oleh Yesus. Dengan sangat tegas Yesus memarahi Petrus, "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Dapat dibayangkan betapa terkejutnya para murid menyaksikan kemarahan Yesus. Gambaran Mesias yang penuh kuasa, kekuatan, kemuliaan duniawi, kudus dan menjadi utusan Allah seperti yang selama ini mereka idolakan ternyata disebut sebagai "pemikiran manusia". Bahkan Yesus menegur Petrus dan menyebutnya Iblis. Yesus tidak menolak sebutan Mesias bagi diri-Nya. Namun ada satu aspek dari Mesianitas Yesus yang tidak mudah dimengerti karena mengandung sejumlah ironi. Ironi tersebut adalah citra Mesias yang menderita, ditolak dan dibunuh oleh para tokoh agama. Bagaimana mungkin Sang Mesias yang menjadi utusan Allah ditolak oleh tokoh-tokoh agama?
04. Dalam Perjanjian Lama gelar “Anak Manusia” (Ibrani : "BEN ADAM" atau dalam bahasa Aram "BAR NASHA") dapat diartikan seorang manusia (lih. Ayb 25:6, Bil 23:19; Mzm 8:4; Sir 17:30), dengan segala keterbatasannya. Istilah itu juga dipakai untuk sebutan seorang nabi, seperti Yehezkiel, nabi yang mengalami banyak penderitaan dan kesulitan di masa pembuangan (lih. Yeh 2:1.3; 4:9; 5:1 dst). Mirip dengan gambaran akan Hamba Yahwe dalam kitab nabi Yesaya. Hamba Yahwe adalah gambaran seorang tokoh penuh iman yang harus menderita sengsara untuk keselamatan orang lain meskipun dia tidak melakukan kesalahan apapun bahkan mati dibunuh. Dia dapat bertahan dalam penderitaan karena percaya bahwa Tuhan Allah adalah kekuatannya. Dan karena kesalehan dan kesetiaannya itu ia tidak ditinggikan oleh Allah (Yes 50:5-9a, bacaan pertama).
Namun mengacu pada penglihatan Nabi Daniel, istilah “Anak Manusia” juga dipakai untuk seorang tokoh eskatologis yang meraja dalam kemuliaan untuk selama-lamanya, “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” (Dan 7:13-14). Kedua makna “anak manusia” itu disatukan dalam Diri Yesus. Dalam Dia kesusahan, penderitaan dan kematian menyatu dengan kekuasaan dan kemuliaan.
05. Mengikuti berarti berjalan di belakang yang diikuti. Jalan yang ditempuh oleh yang diikuti dan cara yang dipilih untuk menempuh jalan itu menjadi jalan dan cara yang harus dipilih oleh pengikutnya juga. Yesus tidak hanya menubuatkan penderitaan-Nya sendiri tetapi juga salib yang harus ditanggung oleh para pengikut-Nya. Bahkan dengan tegas Yesus menetapkan prasyarat untuk menjadi pengikut-Nya, “Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (ay. 34). Pertanyaan Yesus “Siapakah Aku menurut kamu?” tidak membutuhkan jawaban verbal tetapi jawaban nyata dalam tindakan seperti yang ditegaskan oleh Santo Yakobus dalam suratnya yang dibacakan hari ini bahwa iman tanpa disertai perbuatan pada hakekatnya mati.
06. Menyangkal diri dan memikul salib berarti hidup bebas lepas dengan melepaskan beban hidup yang membuat langkah hidup ini menjadi berat dan menjalani hari demi hari dengan keikhlasan. Beban itu bisa berupa kenangan yang menyakitkan atau kegagalan. Membersihkan pikiran, melepaskan kekawatiran dan prasangka buruk, ikhlas menerima kenangan pahit dan tidak menyimpannya tetapi membiarkan hal-hal itu berlalu akan menjadikan kita memiliki banyak ruang dan waktu untuk mengalami kebahagiaan.
07. Menyangkal diri maksudnya melawan kecenderungan diri yang mengarah kepada dosa, yang membawa kita kepada kebinasaan. Melatih tersenyum ramah yang berasal dari ketulusan hati dengan berusaha mengubah apa yang kita rasakan di dalam hati, memandang hidup dengan positif, melihat sisi baik dari setiap pribadi yang dijumpai atau peristiwa yang dialami, berusaha untuk melakukan dan menjadi yang terbaik adalah bentuk-bentuk konkret menyangkal diri. Kebahagiaan itu sebenarnya sederhana. Hanya membiarkan diri kita merasa bahagia dan percaya pada diri sendiri, bahwa kita dapat memiliki kehidupan yang berharga.
Belajar menerima kenyataan dengan tenang, belajar menghadapi krisis dengan ikhlas dan lebih memilih bekerja keras daripada mengeluh merupakan bentuk-bentuk konkret memanggul salib. Mengeluh dan menyerah adalah halangan yang akan mencegah datangnya keberhasilan dan kebahagiaan. Menerima kegagalan dengan tenang adalah cara cerdas mengelola pengalaman negatif. Mengeluh tidak dapat mengubah kenyataan, hanya kerja keras yang bisa membawa kembali harapan. Meskipun tidak semua mimpi dapat menjadi kenyataan, namun impian indah dapat membawa keindahan pada hidup kita. Dengan pemahaman ini menyangkal diri dan memanggul salib merupakan sebuah keharusan dan jalan satu-satunya menuju kebahagiaan.
Pada kesempatan lain Yesus mengingatkan, "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:62). Sabda ini mengingatkan kita untuk mengambil tindakan dengan cepat dan sigap, tanpa ragu-ragu. Setelah mengambil keputusan, jangan ragu untuk melaksanakannya. Melangkah maju, mengarahkan pandangan ke masa depan dan jangan menoleh ke belakang. Kesempatan muncul sekejab dan hanya kecepatan dan ketegasan yang dapat menangkapnya. Bila merasa yakin bahwa tindakan kita baik, bertindaklah secepat bisa melakukannya, jika Anda melihat peluang yang baik, tangkaplah. Keraguan akan mengakibatkan penyesalan dalam hidup.
Berkah Dalem.
B.
“Ad maiorem natus sum - Aku dilahirkan untuk hal-hal yang lebih luhur".
Inilah panggilan dasar yang saya ingat ketika pernah diminta memimpin acara rohani di Group 2 - Kandang Menjangan Kopassus Kartasura.
Sebenarnya, kitapun juga dipanggil sebagai "kopassus", yakni "komando pasukannya Yesus" dengan "three costs of discipleship", 3 tuntutan kemuridan yang dikemukakan Yesus, yakni "sangkuli": antara lain:
1."SANG"kal diri:
Ia mengajak kita untuk mengosongkan diri, lepas dari keterikatan pada harta dan gegap gempita/cinta dunia. Ia memberi teladan pengosongan diri (kenosis), yang “menganggap diri sendiri tak ada”, membiarkan diri “terlupakan" demi Tuhan, tidak lagi egois-narsis dan autis tapi hidup berpola “kristus-sentris”. Dengan kata lain: Yesus mengajak kita menomorsatukan kehendak Allah dimana hal-hal sorgawi jauh lebih penting daripada hal-hal duniawi. Kita akan memperoleh "hidup kekal" karena kita tidak begitu mengindahkan dunia ini dan kita bersedia mengorbankannya semata-mata demi Tuhan. (Mat 16:24-25; Mrk 8:34-35).
2.pi"KUL" salib:
Kita diajak untuk siap menghadapi semua resiko/kemungkinan, seperti dialami Yesus karena kesetiaan iman kepada Allah. Memikul salib juga merupakan salah satu cara kita untuk "mengenakan Kristus" secara real setiap hari yang bisa diartikan bahwa perjuangan iman ini butuh konsistensi untuk mematikan “HEM - Hedonisme-Egoisme dan Materialisme”.
3."I"kuti Tuhan:
Petrus yang tadinya dipuji Yesus kini disebut sebagai iblis, "vade retro satana - enyahlah iblis!" Hal ini terjadi karena ia menjadi batu sandungan bagiNya karena hanya mengikuti kemauan sendiri dan bukan kemauanNya Tuhan.Indahnya, kata “mengikut Aku” dalam bahasa Yunani, ”apisw”, artinya: “di belakang”, "menjadi murid/pengikut/pergi bersamanya."
Nah, bukankah kalau kita berani mengikuti Tuhan kita juga harus berani "ada di belakangNya", ikut dalam sengsara dan wafatNya supaya layak juga untuk bangkit bersamaNya? Inilah jalan iman bahwa penderitaan mendahului kemuliaan, kasih Allah yang mulia mewujud melalui salib yang hina.Yesus sendiri berbicara tentang kematian-Nya sebagai suatu kemuliaan abadi dan bukan sebagai tragedi.
“Ikan louhan di Kramat Jati – Jadilah murid Tuhan sepenuh hati."
C.
Kutipan Teks Misa.
Hendaklah lidahmu hanya mengatakan apa yang benar, hingga kamu menjauhi dosa dan tidak tergelincir dalam cakap hampa. (St. Ambrosius)
Antifon Pembuka (Kej 9:9.11.13)
Aku mengadakan perjanjian dengan kalian dan keturunamu. Sejak kini segala yang hidup takkan dilenyapkan air bah, dan takkan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi. Busur-Ku akan Kutempatkan di awan sebagai tanda perjanjian antara Aku dan bumi.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahabaik, berilah kiranya kami sabda-Mu dan sesuaikanlah kami dengan Putra-Mu. Semoga kedamaian di dunia ini menjadi tanda kesanggupan-Mu kepada kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Setelah peristiwa air bah, Allah membarui perjanjian-Nya dengan Nuh. Alah menegaskan kembali bahwa peristiwa air bah tak akan terulang lagi. Perjanjian tersebut ditandai dengan busur yang ditempatkan di awan.
Bacaan dari Kitab Kejadian (9:1-13)
"Pelangi-Ku akan Kutempatkan di awan sebagai tanda perjanjian antara Aku dan bumi."
Sesudah air bah, Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta bersabda kepada mereka, "Beranakcucu dan bertambahbanyaklah, serta penuhilah bumi. Kalian akan ditakuti oleh segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut. Ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak dan hidup akan menjadi makananmu. Aku memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kalian makan. Tetapi mengenai darahmu, yakni nyawamu, Aku akan menuntut balasnya. Dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia menurut gambar-Nya sendiri. Tetapi kalian, beranakcucu dan bertambahbanyaklah, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambahbanyaklah di atasnya". Bersabdalah Allah kepada Nuh dan anak-anaknya, "Camkanlah, Aku mengadakan perjanjian dengan kalian dan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang ada besertamu; yakni burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi, segala yang keluar dari bahteramu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kalian, bahwa sejak kini segala yang hidup takkan dilenyapkan oleh air bah lagi dan takkan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi". Allah bersabda pula, "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kalian serta segala makhluk hidup yang ada sertamu, turun-temurun untuk selama-lamanya: Busur-Ku akan Kutempatkan di awan sebagai tanda perjanjian anta Aku dan bumi".
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan memandang dari surga ke bumi.
Ayat. (Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; R: 20b)
1. Bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
2. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi, untuk mendengarkan keluhan orang tahanan, dan membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.
3. Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu, supaya nama Tuhan diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem, apabila para bangsa berkumpul bersama-sama dan kerajaan-kerajaan berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
Petrus dan para murid mengakui Yesus sebagai Mesias. Namun, bukan mesias seperti yang dipikirkan manusia, tetapi seperti yang dipikirkan Allah. Mesias yang diakui karena sungguh mengenal secara pribadi dan diamini sebagai bentuk pelaksanaan kehendak Allah.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-33)
"Engkaulah Kristus.... Anak Manusia harus menderita banyak."
Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Aku ini?" Para murid menjawab, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi". Yesus bertanya lagi kepada mereka, "Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini" Maka Petrus menjawab, "Engkaulah Mesias!" Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, katanya, "Enyahlah Iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia".
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Dalam doa Bapa Kami, kita mendoakan, "Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga." Namun , yang sering terjadi atau kita harapkan adalah, "Jadilah kehendakku". Memang membahagiakan kalau dalam hidup ini apa yang kita harapkan bisa terjadi. Hanya saja, tidak semua yang kita inginkan itu baik untuk kita. Tuhanlah yang paling tahu apa yang paling baik untuk kita. Oleh karena itu, kita mesti selalu "memikirkan apa yang dipikirkan Allah". Bukankah hal ini yang diajarkan Yesus hari ini?
Antifon Komuni (Mrk 8:31)
Putra Manusia harus menanggung banyak penderitaan, ditolak para tua-tua, imam kepala, dan ahli Taurat, lalu dibunuh, tetapi bangkit sesudah tiga hari.
Doa Malam
Tuhan, Engkau sungguh mencintai manusia dengan mengorbankan hidup-Mu sendiri. Berilah rahmat yang kubutuhkan agar aku dapat melakukan korban-korban kecil dalam hidup demi silih atas dosaku. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar