skip to main |
skip to sidebar
Suatu ketika, Lao Tsu sedang
bepergian dengan murid-muridnya dan mereka menemukan hutan dimana para penebang
pohon sedang menebangi semua pohon, kecuali sebuah pohon besar dengan ribuan
cabang.
Pohon itu begitu
rindang hingga banyak orang bisa berteduh di bawahnya. Waktu murid-murid Lao
Tsu disuruh bertanya kenapa pohon itu tak ditebang, para penebang berkata,
“Pohon ini sama sekali tak berguna. Mau bikin apa dari pohon seperti ini karena setiap cabangnya penuh
benjolan dan tidak lurus”. Waktu jawaban itu disampaikan pada guru, Lao Tsu
tertawa. “
Alkisah di ruang
kelas SMP Swasta Katolik, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang guru,
dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan
kelas: "Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir
bersekolah di sini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuatmu
bahagia? Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini?"
Ada yang berceritera bahwa ia baru saja mendapat motor
sport yang sudah diidamkannya sejak kecil. Ada anak yang baru saja mendapatkan
sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.
Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan.
Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara dari arah belakang.
Adalah seorang ayah
yang mendadak berubah menjadi pemabuk dan menjadi kasar sejak isteri
tercintanya meninggal. Putri satu-satunya yang baru berusia 7 tahun juga
menjadi pemurung karena kerap diperlakukan ayahnya dengan kasar.
Suatu hari si putri
membungkus suatu kado istimewa bagi ayahnya yang sedang berulang tahun. Ayahnya
terhenyak dan terharu menerima bungkusan kado itu. Tetapi waktu ia membukanya, amarahnya meledak. Bungkusan
itu ternyata kosong. ‘ayah’, sedu si putri, ‘Kado itu tidak kosong, Aku telah
meniupinya hingga penuh dengan ciuman kasih sayang.’
Ada sebuah kisah tentang dua
orang yang saling berkasih-kasihan. Sepasang kekasih itu, sebut saja, Luno dan
Luna namanya. Sewaktu mereka baru berpacaran, Luno melipat 1000 burung kertas
buat Luna, dan menggantungkannya di dalam kamar Luna. Luno mengatakan, “1000
burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan kasih dalam hatiku”. Waktu itu,
mereka setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua. Tetapi pada suatu saat, Luna tiba-tiba
menjauhi Luno. Ia memutuskan untuk pergi ke Perancis, ke kota Paris, tempat
yang diimpikannya selama ini.
Sewaktu Luna hendak memutuskan hubungan dengan
Luno, ia berkata kepada Luno, “Kita harus melihat dunia ini dengan pandangan
yang dewasa, menikah bagiku adalah kehidupan kedua kalinya! Aku harus bisa
memegang kesempatan ini dengan baik. Kamu terlalu miskin, sungguh, aku tidak
berani membayangkan bagaimana kehidupan kita nanti setelah menikah...!!"