Ads 468x60px

REQUIESCAT IN PACE.. Billy Graham



REQUIESCAT IN PACE..
" God's Machine Gun "
Billy Graham
Sang Pembimbing rohani 12 "POTUS"
President Of The United States
"My home is in Heaven. I'm just traveling through this world." -Billy Graham
Pewarta dan penginjil terkenal asal Amerika Serikat, Billy Graham meninggal dunia pada usia 99 tahun, Rabu, 21 Februari 2018, saat Amerika Serikat dirundung duka atas kematian sejumlah pelajar di satu SMA di Florida.
Juru bicara Billy Graham Evangelistic Association, Jeremy Blume mengatakan, Billy Graham wafat sekitar pukul 08.00 pagi di kediamannya di Montreat, North Carolina, AS.
Billy Graham semasa hidupnya banyak berkhotbah hampir di seluruh belahan dunia.
Konon, dia juga pergi ke Korea Utara untuk memberitakan tentang iman kristiani kepada almarhum Kim Il Sung (ayah Kim Jong Un).
Billy Graham juga sosok yang sangat dihormati para Presiden AS dari masa ke masa. Ia merupakan penasehat sejumlah presiden AS dari masa Richard Nixon, Bill Clinton, Barack Obama hingga Donald Trump.
Mengutip Reuters, Graham pertama kali bertemu dengan Presiden Harry Truman. Selanjutnya ia bermain golf dengan Presiden Gerald Ford. Ia kemudian juga berteman baik dengan Lyndon Johnson, mereka berdua berenang di kolam renang di Gedung Putih. Ia juga menghabiskan satu malam di Gedung Putih dengan Nixon yang saat itu baru sehari bertugas sebagai presiden. Nixon pun menjadi teman terdekat Graham.
Konon George W. Bush menghormatinya karena telah membantu untuk menemukan kembali keyakinan agamanya pada tahun 2010, bahkan Barack Obama juga berkenan menemui Graham di rumahnya di Blue Ridge Mountains di North Carolina saat ia sudah tidak kuat lagi bepergian.
Memasuki pertengahan karirnya, Graham sering menyuarakan pandangan politik dan sosialnya termasuk tentang sikapnya anti komunis. Beberapa tahun kemudian, ia mulai mengurangi suaranya tentang keyakinan politiknya dan fokus pada kegiatan pengabaran Injil.
Graham juga dikenal jagoan dalam menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan Injil melalui radio, penerbitan, jalur telepon, televisi, dan satelit agar dapat diterima setiap orang apakah di rumah, gereja, dan teater di seluruh dunia. Sekitar 77 juta orang telah mendengarkan kotbahnya secara pribadi dan hampir 215 juta orang menyaksikan dirinya di televisi atau via satelit. Dan menerbitkan lebih dari 12 lusin buku yang diberi tajuk How to Be Born Again.
Graham memasuki masa tuanya menderita berbagai penyakit seperti Parkinson yang dideritanya selama bertahun-tahun dan kanker prostat. Billy Graham yang dalam kotbahnya berbicara cepat dan meledak-ledak sehingga dijuluki God's Machine Gun sempat menjalani perawatan di rumah sakit pada tahun 2011, 2012 dan 2013.
Ia dikenal dengan sosok yang memiliki mata biru dan berkarakter kuat. Dia dikenal sangat gamblang dalam menyampaikan khotbah-khobahnya termasuk mengingatkan soal ajaran kristiani sebagai solusi masalah kemanusiaan di dunia.
Melalui rilis lembaga pelayanannya, Billy Graham disebut sebagai pengkhotbah yang paling banyak menjangkau jemaat di dunia yakni hingga ratusan juta orang baik melalui ceramah langsung, televisi, satelit dan media lainnya.
Selama ini, dia juga dipercaya menjadi penasihat Presiden AS. "Rasanya dia adalah pemimpin yang termasuk paling dominan di eranya," kata penulis AS William Martin yang menulis buku “A Prophet With Honor: The Billy Graham Story.” Adapun, tak lama setelah kabar duka beredar, Presiden AS Donald Trump langsung menyampaikan ucapan dukacita.
"Orang besar yang kita punya, Billy Graham sudah wafat, tak ada yang bisa menyamai sosoknya. Umat Kristen dan banyak orang di dunia pasti akan merindukan dia," kata Trump.
Bisa jadi, beberapa waktu terakhir ini, banyak orang kristiani di Amerika memang sedang berduka karena pelbagai "kasus penembakan" di sekolah dan kini juga karena 'Imam Besar" mereka, Billy Graham wafat kemarin, 21 Feb 2018 di usia nyaris seabad, 99 tahun. Konon, Amerika itu bangsa Kristen Protestan terbesar di dunia dan Billy Graham itu 'Paus Protestan Amerika', apalagi dia cukup bersih dari skandal harta, tahta dan wanita/seks.
Welcome home, brother.
GOING HOME - BERPULANG - SOWAN GUSTI"
Berpulang, aku berpulang
Tenang dan damai, aku berpulang
Tidaklah jauh, lewati pintu terbuka
Tugas telah usai, tiada cemas tersisa
Bunda menanti, ayah pun menunggu
Banyaklah wajah yang kukenal,
dari masa lalu
Ketakutan lenyap, kesakitan hilang
Rintangan musnah, perjalanan usai
Bintang fajar terangi jalanku
Mimpi buruk hilang sudah
Bayang-bayang telah berlalu
Terang kini tiba
Di hidup abadilah aku
Tiada jeda, tiada akhir
Hanya ada kehidupan
Tersadar penuh, dengan senyuman
Untuk selamanya
Berpulang, aku berpulang
Bayang bayang telah berlalu
Terang kini tiba
Hidup abadi kumulai
Aku kini berpulang
---------
Going home,
I am going home
Quiet like some still day
I am going home
It's not far, just close by
Through an open door
Work all done, care laid by
Never fear no more
Mother's there expecting me
Father's waiting too
Lots of faces gathered there
All the friends I knew
No more fear, no more pain
No more stumbling by the way
No more longing for the day
Going to run no more
Morning star lights the way
Restless dreams all gone
Shadows gone, break of day
Real life has begun
There's no break, there's no end
Just a living on
Wide awake with a smile
Going on and on
Going home,
I am going home
Shadows gone, break of day
Real life has begun
I'm just going home
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
About Billy Graham
If you didn't grow up listening to Billy Graham's Sunday radio show or watching his TV show -- you might not know the ubiquitous Christian televangelist from the WWE wrestler.
Outside of being the "pastor to the presidents," Graham -- who died Wednesday at the age of 99 -- was one of the first Christian preachers to harness the power of media to spread his religion's message.
Here are 10 facts about the man known as the "Protestant Pope":
1. Billy Graham once preached for more than 100 nights straight
Every night for 16 consecutive weeks, Billy Graham addressed the sold-out audiences in New York's Madison Square Garden at his so-called New York Crusade in 1957. The event was only supposed to last for six weeks.
2. He met 13 post-war presidents
From Harry Truman to Donald Trump, Billy Graham knew them all -- attending the inaugurations of six presidents and delivering the invocations for two: George H.W. Bush and Bill Clinton.
3. He helped George W. Bush stop drinking
In his 2010 book "Decision Points," former President George W. Bush said he was actually drunk when he first met Graham at his parents' family home in Maine in 1985. The two talked extensively the next day and later, Graham sent Bush a Bible and that he said helped him to better understand Christianity and change his life.
4. He apologized for anti-Semitic remarks caught on tape with President Nixon
In March 2002, tapes were released of private conversations between President Nixon and Graham in 1973, in which Graham joins Nixon in making anti-Semitic remarks. Graham later apologized.
5. His preaching has been heard in nearly every country
Billy Graham's preaching has been heard in more than 185 of the world's 195 countries, to 215 million people.
6. More than a million people came to see him on one day
On June 3, 1973, an estimated 1.1 million people attended the final day of a five-day crusade in Seoul, South Korea -- the largest single turnout for a Billy Graham rally. More than 3.2 million attended the entire crusade, the largest gathering he's ever had.
7. Mormonism no longer a "cult" after Romney meeting
After Graham met with Republican presidential candidate Mitt Romney -- a Mormon -- at his mountaintop retreat in 2012, the Billy Graham Evangelical Association removed a reference on its website that said Mormonism was a cult. The association's chief of staff Ken Barun explained that the reference was scrubbed "because we do not wish to participate in a theological debate about something that has become politicized during this campaign."
8. He was a registered Democrat
Despite his conservative views, Billy Graham told Katie Couric in 2005 that he was a registered Democrat, adding that it doesn't determine the candidates he supports. "I'm for whoever the best candidate is," he said.
9. He's converted more than 3 million people
While the actual number is unknown, at least 3.2 million people have decided to convert to evangelical Christianity as a result of his preaching, according to William Martin's book, "A Prophet With Honor: The Billy Graham Story."
10. Preaching kept him away from the birth of his first child
Billy Graham missed the birth of his first child, Virginia, known as Gigi, in 1945 because he was away on a preaching trip.
In his autobiography "Just As I Am," Graham talked about the sacrifices his wife Ruth made raising the couple's five children.
"What I missed!" he wrote. "And what Ruth missed by not having me to help her. Whenever I did get home, I got a crash course in the agony and ecstasy of parenting. If Ruth had not been convinced that God had called her to fulfill that side of our partnership and had not resorted constantly to God's Word for instruction and to His grace for strength, I don't see how she could have survived."
B.
Obituari Mini
William Franklin Graham adalah tokoh kebangunan rohani di Amerika pada abad ke-20, dikenal dengan nama Billy Graham.
Ia memiliki semangat penginjilan yang kuat. Perhatiannya terutama ditujukan kepada kaum muda yang acuh tak acuh terhadap gereja dan kekristenan. Ia pun mendirikan sebuah lembaga penginjilan yang bertujuan untuk mengadakan penginjilan kepada kaum muda, khususnya kepada siswa-siswa sekolah menengah yang bernama Youth fo Christ.
William Franklin Graham atau Billy Graham dilahirkan dalam sebuah keluarga kristiani yang saleh di Charlotte, Amerika Serikat, pada tahun 1918.
Sejak kecil ia telah bercita-cita untuk melayani pekerjaan Tuhan. Ia sendiri tidak mempunyai latar belakang pendidikan teologi akademik dan hanya mengikuti kursus teologi di Florida Bible Institute, sebuah kursus teologi fundamentalis.
Setelah menyelesaikan kursus teologinya, Billy menjadi pendeta Baptis di Southern Baptist Convention. Tahun 1943, ia menamatkan studi sarjana mudanya pada Wheaton College dalam bidang antropologi, dimana Wheaton College mempunyai latar belakang fundamentalisme yang kuat sehingga bisa jadi ikut mempengaruh Billy Graham.
Pada tanggal 13 Agustus 1943, Graham menikah dengan teman kuliahnya di Wheaton, Ruth Bell (1920–2007), yang orangtuanya bekerja sebagai misionaris Presbyterian di Tiongkok. Ayah Ruth, L. Nelson Bell, adalah seorang dokter ahli bedah umum.
Ruth Graham meninggal pada tangal 14 Juni 2007, pada usia 87 tahun. Mereka telah menikah selama 64 tahun. Graham dan istrinya mempunyai lima orang anak: Virginia Leftwich (Gigi) Graham (lahir tahun 1945; pembicara dan pengarang inspiratif); Anne Graham Lotz (lahir tahun 1948; menjalankan AnGeL ministries);
Ruth Graham (lahir tahun 1950; pendiri dan presiden "Ruth Graham & Friends", memimpin berbagai konferensi di Amerika Serikat dan Kanada); Franklin Graham (lahir tahun 1952), menjabat sebagai presiden dan CEO Billy Graham Evangelistic Association dan sebagai presiden dan CEO organisasi internasional bantuan sosial, Samaritan's Purse; Nelson Edman Graham (lahir tahun 1958; pastor yang menjalankan East Gates Ministries International, yang mendistribusikan literatur Kristen di Tiongkok).
Graham menulis buku-buku dan banyak yang menjadi "bestseller". Misalnya pada tahun 1970-an, buku "The Jesus Generation terjual 200.000 jilid dalam dua minggu setelah penerbitan; Angels: God's Secret Agents laku 1 juta jilid dalam waktu 90 hari setelah dirilis; How to Be Born Again membuat sejarah percetakan dengan cetakan pertama sebanyak 800.000 jilid.". Beberapa judul bukunya:
Calling Youth to Christ (1947)
America's Hour of Decision (1951)
I Saw Your Sons at War (1953)
Peace with God (1953, 1984)
Freedom from the Seven Deadly Sins (1955)
The Secret of Happiness (1955, 1985)
Billy Graham Talks to Teenagers (1958)
My Answer (1960)
Billy Graham Answers Your Questions (1960)
World Aflame (1965)
The Challenge (1969)
The Jesus Generation (1971)
Angels: God's Secret Agents (1975, 1985)
How to Be Born Again (1977)
The Holy Spirit (1978)
Evangelist to the World (1979)
Till Armageddon (1981)
Approaching Hoofbeats (1983)
A Biblical Standard for Evangelists (1984)
Unto the Hills (1986)
Facing Death and the Life After (1987)
Answers to Life's Problems (1988)
Hope for the Troubled Heart (1991)
Storm Warning (1992)
Just As I Am: The Autobiography of Billy Graham (1997, 2007)
Hope for Each Day (2002)
The Key to Personal Peace (2003)
Living in God's Love: The New York Crusade (2005)
The Journey: How to Live by Faith in an Uncertain World (2006)
Nearing Home: Life, Faith, and Finishing Well (2011)
The Heaven Answer Book (2012)
The Reason for My Hope: Salvation (2013)[9]
Graham juga sering menerima penghargaan dari berbagai survei, termasuk "Greatest Living American" dan secara konsisten termasuk ke dalam daftar orang yang paling dikagumi di Amerika Serikat dan di dunia.
Ia paling sering muncul dalam daftar Gallup untuk orang-orang yang paling dikagumi, dimana sejak tahun 1955, Graham telah diakui oleh Gallup dengan rekor 55 kali (49 kali berturut-turut)— lebih dari orang lain dalam sejarahnya.
Penghargaan lain nya:
The Salvation Army's Distinguished Service Medal
Who's Who in America annually since 1954
Freedoms Foundation Distinguished Persons Award (numerous years)
Gold Medal Award, National Institute of Social Science, New York, 1957
Annual Gutenberg Award of the Chicago Bible Society, 1962
Gold Award of the George Washington Carver Memorial Institute, 1964, for contribution to race relations, presented by Senator Javits (NY)
Speaker of the Year Award, 1964
American Academy of Achievement's Golden Plate Award, 1965
Horatio Alger Award, 1965
National Citizenship Award by the Military Chaplains Association of the U.S.A., 1965
Wisdom Award of Honor, 1965
The Torch of Liberty Plaque by the Anti-Defamation League of B'nai B'rith, 1969
George Washington Honor Medal from Freedoms Foundation of Valley Forge, Pennsylvania, for his sermon "The Violent Society," 1969 (also in 1974)
Honored by Morality in Media for "fostering the principles of truth, taste, inspiration and love in media," 1969
International Brotherhood Award from the National Conference of Christians and Jews, 1971
Distinguished Service Award from the National Association of Broadcasters, 1972
Franciscan International Award, 1972
Sylvanus Thayer Award from United States Military Academy Association of Graduates at West Point (The most prestigious award the United States Military Academy gives to a U.S. citizen), 1972
Direct Selling Association's Salesman of the Decade award, 1975
Philip Award from the Association of United Methodist Evangelists, 1976
American Jewish Committee's First National Interreligious Award, 1977
Southern Baptist Radio and Television Commission's Distinguished Communications Medal, 1977
Jabotinsky Centennial Medal presented by The Jabotinsky Foundation, 1980
Religious Broadcasting Hall of Fame award, 1981
Templeton Foundation Prize for Progress in Religion award, 1982
Presidential Medal of Freedom, the nation's highest civilian award,1983
National Religious Broadcasters Award of Merit, 1986
North Carolina Award in Public Service, 1986
Good Housekeeping Most Admired Men Poll, 1997, No. 1 for five years in a row and 16th time in top 10
Congressional Gold Medal (along with wife Ruth), highest honor Congress can bestow on a private citizen, 1996
Ronald Reagan Presidential Foundation Freedom Award, for monumental and lasting contributions to the cause of freedom, 2000
Honorary Knight Commander of the Order of the British Empire (KBE) for his international contribution to civic and religious life over 60 years, 2001
Many honorary degrees including University of Northwestern – St. Paul, Minnesota, where Graham was once president, named its newest campus building the Billy Graham Community Life Commons.
C.
REPOST:
Belajar Billy Graham
1.
Sang "giant"
Selamat bertemu dengan Juruselamatmu. Saya dapat mengatakan BG adalah satu dari penginjil paling efektif dan terkemuka abad 20-21, paling berintegritas, konsisten, alkitabiah, penuh dedikasi. Setelah Paulus, BG bisa jadi adalah salah satu yg layak disebut raksasa (giant) iman.
2.
Pemberitaan Firman:
Beberapa hal mengapa pemberitaan BG powerful adalah:
Pertama, dia selalu berkata, “the Bible says..”; “Jesus said,”; “God said.” Sangat beda dengan banyak penginjil dan pendeta, lbh banyak bicara pengalamannya.
Kedua, kotbah2 BG sangat Alkitabiah, walau sederhana tetapi ia mampu mengajukan kedalaman mengapa manusia harus kembali kepada Tuhan Allah.
Ketiga, pemberitaannya berpusat pada Kristus, bukan Taurat, bukan ide2 manusia dan bukan pula pada tokoh2 Alkitab. Karena berpusat pada Kristus, ia mampu mengkotbahkan Kristus yg seutuhnya, bukan Kristus yang didomestifikasi, bukan berpusat pada Yesus Sang pembuat mujizat (meskipun BG juga memberitakan mujizat2 Yesus), tetapi Yesus Kristus, Anak Allah, Perantara tunggal memperdamaikan manusia dengan Allah.
Keempat, BG pengkotbah yg selalu mengakhiri kotbahnya dengan solusi. Pada kotbah2nya ia sering membawa orang kpd rasa takut dan mengerihkan akan murka Allah atas dosa tetapi akhirnya memberitahu bahwa kalau mrk bertobat Allah sungguh mengasihi tanpa syarat.
Kelima, BG selalu tdk lupa menitipkan pesan pentingnya orang2 yg sdh menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan utk kemudian bergabung kepada grj lokal yang Alkitabiah.
3.
Sang "teolog".
Meskipun BG adalah penginjil, jangan dipikir dia tdk paham teologi. Tulisannya mengenai Roh Kudus sederhana sekaligus mendalam. Yang membuat saya kagum, topik Roh Kudus biasanya topik yg bisa menjadi “alat tes” utk melihat ke arah mana teologi seorang penulis, bahkan topik ini bisa menimbulkan polemik.
Saya membaca tulisannya mengenai Roh Kudus kira kira 23 tahun silam, namun saya masih ingat ulasannya yg seimbang. Bahkan BG bisa menghargai pandangan grj2 lain mengenai Roh Kudus. Sebagai seorang Baptist, BG tentu dapat dengan mudah menegaskan dia berada pada aliran cessationisme, tetapi ia tdk demikian.
Walaupun BG menekankan Roh Kudus dari aspek Roh sebagai Person, dimana dipimpin dan dipenuhi Roh artinya hidup yang memperhatikan perasaan Tuhan 24 jam setiap hari, namun BG tdk anti dengan aspek adikodrati dan supernatural dari Roh sebagai api, angin, air, dan pemberi charisma (karunia2) sebagaimana umumnya ditekankan oleh orang2 pentakostal/karismatik.
Legacy yang lain adalah BG adalah seorang penginjil yang dikelilingi oleh para teolog. Hampir langka ada penginjil yang mempunyai tim teolog pengkritik kotbahnya. BG sering mendiskusikan materi2 kotbahnya dengan para teolog sebelum dikotbahkan utk memastikan bahwa kotbah yang akan disampaikannya, Alkitabiah.
BG juga menghargai pentingnya pendidikan teologi yang baik bagi para pemberita firman. Bahkan di Southern Baptis Theological Seminary, ia mendirikan departemen khusus yaitu Billy Graham School of Evangelism and Mission dari mulai program S2 dan S3 utk bidang penginjilan dan misi. Ini legacy langka. Tdk banyak penginjil menaruh perhatian serius bagi pendidikan kader utk studi mendalam bidang penginjilan dan misi.
4.
Man of Dia.lo.gue
Dulu sering di Indonesia ada julukan2 kpd hamba2 Tuhan sebagai Billy Graham Indonesia, John Sung Indonesia dst yg disematkan kepada Stephen Tong, Jeremia Rim, Jusuf Ronny, S. Damaris, dll. Tetapi waktu membuktikan kualifikasinya tdk sesuai fakta.
Misalnya dalam perjalanan pelayanan Jusuf Ronny dan Stephen Tong, tampaknya mrk lbh tertarik kepada teologi denominasi tertentu, mrk pun menjadi “terpasung” pada segmen tertentu. Walau saya berkata tentu mrk mempunyai pencapaian2 luarbiasa.
Namun saya melihat keunikan Billy Graham adalah dia dan pemberitaannya dapat diterima semua kalangan termasuk oleh Ortodoks, Katolik, Pentakostal/Karismatik, bahkan para agnostik tdk dapat mengecamnya karena integritas hidup dan keseimbangan pengajarannya.
Ketika pendeta atau penginjil sdh lbh mengedepankan teologi denominasi (apakah reformed, pentakostal, anglikan, lutheran, dll), ia “hanya” mampu menjadi figur pada segmen tertentu.
Kehebatan BG adalah ia menjauh dari perdebatan2 doktrinal, tetapi lebih konsentrasi kepada berita universal sepanjang abad. Ia milik semua denominasi dan pemberitaan serta hidupnya beyond reproach!

LATIHAN ROHANI PAUS FRANSISKUS DAN KURIA ROMA Hari 3



LATIHAN ROHANI
PAUS FRANSISKUS DAN KURIA ROMA
(Hari 3 : 21 Februari 2018) :
"IMAN PARA PEREMPUAN MEMBUKA KABAR BAIK BAGI KITA"
Pada hari ketiga latihan rohani Paus Fransiskus dan Kuria Roma, Pastor José Tolentino de Mendonça, wakil rektor Universitas Katolik Portugal di Lisbon yang memimpin meditasi, menekankan bahwa keindahan iman para perempuan berada di garis terdepan. Meditasi pagi itu (21 Februari 2018) mengulas para pempuan dalam Injil Lukas.
"Para perempuan dalam Injil", ia menekankan, "lebih memilih untuk mengungkapkan diri mereka dengan tata gerak. Iman mereka mencari kenyamanan melalui jamahan - kasat mata, penuh perasaan, tanpa marah - tanpa menyita pikiran".
Menyadari bahwa cara para perempuan yang menyertai Tuhan tersebut berbeda dengan cara yang dilakukan para lelaki, ia menjelaskan, "Para perempuan 'bersama-sama dengan' Yesus persis sama seperti dua belas Rasul. Mereka menjadikan nasib-Nya nasib mereka sendiri. Tetapi teks menambahkan satu hal hanya mengenai mereka : 'mereka sedang melayani Yesus'".
Memberi kesan bahwa reaksi para perempuan sangat injili, Pastor Tolentino mengamati bahwa mereka tidak pernah mengajukan pertanyaan kepada Yesus seperti yang ditanyakan para murid, misalnya : "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" (Luk 13:23) atau "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Luk 10:25).
Sebaliknya, ia mencatat, pernyataan-pernyataani mereka bersifat nyata seperti, "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau" (Luk 11:27).
Bersama para perempuan, katanya, ada "riak kenyataan yang campur tangan agar bisa membentuk iman. Dengan cara ini, iman tidak tinggal dalam penjara - seperti yang sering terjadi pada iman kita - bersifat masuk akal, hidup secara mekanis sesuai dengan ajaran atau ritual. "Itu karena mereka berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga mereka memberi "wewangian terhadap iman".
Pastor Tolentino juga mengakui bahwa para perempuan dalam Injil Lukas, seperti para perempuan Yerusalem atau janda dari Nain, menangis. Santo Gregorius dari Nanzianze, katanya, menggambarkan air mata ini sebagai pembaptisan - yang telah dialami banyak orang kudus lainnya.
Mengakhiri meditasinya dengan gambaran perempuan yang membasuh kaki Yesus dengan air matanya, ia mencatat : "Apa yang diberikan perempuan ini dengan sedemikian rupa melayani Yesus adalah uji lakmus terhadap apa yang ditolak untuk diberikan oleh orang Farisi".
"Keramahtamahan yang tidak pernah terdengar ini yang ingin dipuji Yesus - rasa dahaga itu, yang dinyatakan dengan air mata - itulah yang giliran kita pelajari".
Sedangkan pada hari Selasa siang (20 Februari 2018), pastor berkebangsaan Portugal itu merenungkan sebuah ayat dari Injil Yohanes : "Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia -- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --: 'Aku haus!'" (Yoh 19:28).
Ada kejadian-kejadian lain dalam Injil Yohanes yang membantu kita memahami kata-kata Yesus, misalnya ketika Yesus haus dan meminta minum kepada perempuan Samaria (Yoh 4:13-15), dan pernyataan : "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" (Yoh 6:35).
Santa Bunda Teresa dari Kalkuta, ia menyoroti, mengalami dahaga akan Yesus "dalam sebuah pengalaman mistik". "Dengan cara jasmani yang hampir lumrah, ia merasa dahaga akan Yesus yang memanggilnya untuk memberikan hidupnya dalam pelayanan kepada kedahagaan orang yang miskin dan terlantar, kepada orang yang paling miskin dari orang miskin". Roh Kuduslah, katanya, karunia yang diberikan kepada kita untuk memuaskan dahaga kita.
"Kita dipanggil untuk hidup bahkan mengalami penderitaan, penganiayaan, penyakit, dan dengan sukacita. Kita dipanggil untuk menjalani setiap situasi dengan harapan yang hidup. Mengapa? Karena Roh Kudus, kekuatan, hembusan, angin sepoi-sepoi basa, nafas Allah, ada di dalam diri kita". (PS).

Sketsa Historiografi "First Pope" - "Simon Petrus".



HIK – HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
Sketsa Historiografi "First Pope" - "Simon Petrus".

Identitas Diri
Simon adalah nama Yunani, yang berasal dari kata Ibrani Syimon, singkatan dari nama Simeon (Kis 15:14; 2 Ptr 1:1; Luk 2:25).
Sedangkan Kefas adalah nama Ibrani-Aram untuk kata Yunani Petros dari kata Latin Petrus, yang artinya “batu karang”. Penginjil Yohanes kerap kali menggabungkan nama Simon Petrus, sehingga Simon menjadi nama pertama dan Petrus adalah gelar atau sebutan.
Dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya nama Simon digabungkan dengan nama bapak dan saudaranya, yakni Simon bin Yunus (Mat 16:17) atau Simon anak Yohanes (Yoh 1:42) dan saudaranya adalah Andreas.
Simon Petrus berasal dari Betsaida (Yoh 1:44). Ia menikah di Kapernaum dan hidup di sana bersama istri dan mertuanya (Mrk 1:30). Tentang panggilannya menjadi murid Yesus, para penginjil menceritakan dengan berbagai versi. Menurut Penginjil Markus, Matius dan Lukas, Simon dipanggil sewaktu bekerja di danau Genesaret (Mrk 1:16- 20; Mat 4:18-22; Luk 5:1-il). Sedangkan Penginjil Yohanes melaporkan panggilan Simon Petrus berkaitan dengan kegiatan Yohanes Pembaptis dan Andreas yang mempertemukannya dengan Yesus (Yoh 1:35-42).
Peran Simon Petrus yang sangat menentukan terjadi di Kaisarea Filipi saat Yesus bertanya kepada para murid: “Apa katamu, siapakah Aku ini?” Simon mewakili para murid menjawab dengan keyakinannya: “Engkau adalah Mesias!” (Mrk 8:27-33 // Mat 16:13-18 // Luk 9:18-21). Menurut Penginjil Matius, kepada Simon Petrus itu Yesus berkata: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga ... Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga” (Mat 6:17-19).
Sejak awal Simon Petrus sudah menjadi juru bicara bagi para murid Yesus (bdk. Luk 5:1-11). Di antara kedua belas murid, yang menjadi pengikut setia Yesus dan inti pembentukan umat Israel baru, Simon Petrus berada di tempat pertama (Mat 10:1-4; Mrk 3:13-19; Luk 6:12-16). Posisi pertama Simon Petrus juga tampak dalam kelompok kecil, tiga murid pilihan yang menyertai Yesus, sewaktu Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus (Mrk 5:37), Yesus berubah rupa di gunung Tabor (Mrk 9:2) dan Yesus berdoa di taman Getsemani (Mrk 14:33).
Yesus juga memilih Simon Petrus untuk memancing ikan dan dengan dirham yang ditemukan dalam mulut ikan itu ia harus membayar bea Bait Allah. Kisahnya demikian: “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu? Jawabnya: Memang membayar. Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: Apakah pendapatmu, Simon? Dan siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dan rakyatnya atau dan orang asing? Jawab Petrus: Dan orang asing! Maka kata Yesus kepadanya: Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga” (Mat 17:24-27).
Sementara itu sikap pemberani dan penyerahan Simon Petrus kepada Yesus begitu nyata dalam banyak tindakannya. Pada waktu Perjamuan Malam Terakhir, Simon Petrus menyatakan kesiapannya untuk memberikan nyawanya: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau” (Luk 22:33). Ketika Yesus mengatakan bahwa satu dan murid-murid-Nya akan mengkhianati-Nya, Simon Petrus meminta Yohanes menanyakan siapa orangnya (Yoh 13:21-26) dan ia berjanji akan setia tanpa syarat sampai mati: “Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu” (Yoh 13:37). Lagi katanya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak” (Mat 26:33); “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau” (Mrk 14:31).
Sebelum peristiwa itu, sewaktu banyak murid-murid mengundurkan diri, Simon Petrus mewakili kedua belas murid berkata: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6:68-69). Pada waktu Yesus mau ditangkap oleh para prajurit hanya Simon Petrus yang berani melawan dengan menghunus pedang dan memutuskan telinga kanan Malkhus (Yoh 18:10 // Mat 26:51 // Mrk 14:47 // Luk 22:50). Ketika murid-murid Yesus lari meninggalkan-Nya, Simon Petrus mengikuti dari jauh sampai ke dalam halaman Imam Besar dan di situ ia duduk di antara pengawal-pengawal sambil berdiang dekat api (Mrk 14:54/! Mat 26:58/! Luk 22:54- 551/ Yoh 18:15-16).
Di sisi lain, kenyataan bahwa Simon Petrus juga orang yang lemah tampak dalam berbagai kesempatan. Yesus dengan tegas mengingatkannya: “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali” (Yoh 13:38; 18:17-18, 25-27 // Mat 26:34, 69-75 // Mrk 14:30, 66-72 // Luk 22:34, 56-60). Waktu bersama dengan Yakobus dan Yohanes tertidur di taman Getsemani pun Yesus mengingatkan Simon Petrus: “Simon, sedang tidurkah engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mrk 14:37-38 /1 Mat 26:40-41 II Luk 22:46).
Meski demikian Simon Petrus itulah, yang bersama dengan murid yang dikasihi Yesus, berlari-lari ke kubur dan masuk ke dalamnya ketika Yesus bangkit (Yoh 20:1-10) dan kedua murid dari Emaus bersaksi: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan teIah menampakkan diri kepada Simon” (Luk 24:34). Penampakan itu terjadi di Danau Tiberias waktu Simon Petrus dan murid-murid lainnya pergi menjala ikan (Yoh 21:1-15) dan Yesus menguji kesetiaan Simon Petrus sampai tiga kali: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” (Yoh 21:15-17). Simon Petrus menjawab dengan tegas: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa Aku mengasihi Engkau,” sehingga Yesus menugaskannya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku,”
Kuasa Simon Petrus untuk menggembalakan domba-domba didasarkan pada kasihnya kepada Yesus yang bangkit. Kasih kepada Yesus itu penting, sebab domba-domba yang harus ia gembalakan bukan miliknya sendiri, melainkan milik Yesus. Karena itu ia akan mengalami penderitaan dan kematian demi kemuliaan Allah: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki. Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah” (Yoh 21:18-19).
Karya Kerasulan
Sesudah kenaikan Yesus ke surga, sambil menantikan datangnya Roh Kudus, Simon Petrus mengumpulkan para murid Yesus dan bersama-sama memilih Matias untuk menggantikan tempat lowong yang ditinggalkan Yudas Iskariot (Kis 1:12- 26). Pada hari Pentakosta, Simon Petrus berkhotbah untuk pertama kalinya bahwa Yesus adalah Mesias terjanji: “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus” (Kis 2:36).
Selanjutnya bersama Yohanes, Simon Petrus berkhotbah di Serambi Bait Allah dan di hadapan Mahkamah Agama, dan ia pun menyembuhkan orang lumpuh dengan kuasa Yesus (Kis 3:1-4:22) dan membuat berbagai mukjizat (Kis 5:1-16; 9:32- 43). Bersama dengan kesebelas rasul lainnya, Simon Petrus memilih ketujuh diakon untuk melayani orang-orang miskin (Kis 6:1-7). Bersama Yohanes, Simon Petrus pergi ke Samaria untuk meminta turunnya Roh Kudus atas orang-orang percaya dan menobatkan Simon si tukang sihir (Kis 8:14-24). Lalu ia menobatkan perwira Kornelius, seorang kafir di Kaisarea, dan mempertanggungjawabkan baptisan itu kepada orang-orang percaya di Yerusalem (Kis 10:1-11:18). Dalam Sidang di Yerusalem, ia juga menegaskan bahwa orang-orang kafir yang percaya dan dibaptis dalam nama Yesus tidak perlu mengambil alih seluruh hukum Yahudi (Kis 15:1-11).
Dari kesaksian Paulus dalam Gal 2:7-8, Simon Petrus disebut rasul untuk orang-orang bersunat yang di Antiokhia sikapnya ditentang oleh Paulus, “karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat dan orang-orang Yahudi yang lain pun turut berlaku munafik dengan dia” (Gal 2:11-13).
Tentang sunat dan tidak sunat itulah yang menjadi problem jemaat di Antiokhia, sebab menurut beberapa orang Yahudi, “orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa” (Kis 15:5), sebab “jikalau tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, tidak dapat diselamatkan” (Kis 15:1).
Maka, dalam Sidang di Yerusalem Simon Petrus berbicara dengan tegas: “Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga” (Kis 15:7-11).
Yerusalem adalah tempat Simon Petrus berkarya hingga terjadi pengejaran terhadap orang-orang percaya oleh Herodes Agrippa (41-44), yang bersama dengan Yakobus anak Zebedeus, ia dipenjarakan. Sejak saat itu sekitar tahun 42/43 ia dijauhkan dari Yerusalem dan tahun 49 tinggal di Antiokhia Siria.
Menurut Surat Pertama Clement bab 5 dan penemuan arkeologis di bawah Basilika St. Petrus, Simon Petrus sampai di Roma sebelum tahun 67. Surat Pertama Petrus ditulis di Roma sebelum tahun 64, sebelum penganiayaan terhadap orang-orang Kristen dilancarkan oleh Kaisar Nero. Eusebius memperkirakan bahwa Simon Petrus mati sebagai martir di Roma tahun 68 dalam pemerintahan Kaisar Nero. Gereja Katolik Roma menurut otoritas Paus sampai pada Simon Petrus diduga karena Simon Petrus adalah uskup Roma pada waktu ia meninggal.
Tertulianus dan Origenes menulis bahwa Simon Petrus dihukum mati dengan disalibkan dan posisi kepala di bawah, di taman Kaisar Nero, tepatnya di kompleks Vatikan sekarang dan dikuburkan dekat kaki bukit Vatikan.
Konon, ketika Kaisar Valerianus mulai menganiaya orang-orang Kristen pada tahun 258, tulang-tulang Simon Petrus disimpan di makam Jl. Apius. Lalu dikembalikan ke kubur semula dan sekitar tahun 352 Kaisar Konstantinus mendirikan sebuah basilika di kaki bukit Vatikan itu, yang pada abad ke-16 diberi nama Basilika St. Petrus.
Pada awal tahun 1960-an para arkeolog Vatikan mengadakan penggalian di bawah Basilika St. Petrus dan menemukan sebuah kuburan Romawi dari abad pertama, dengan sebuah makam yang digali secara tergesa-gesa, yang mungkin adalah makam Simon Petrus.
Tempat-tempat khusus penghormatan kepada Simon Petrus adalah: Basilika St. Petrus di Roma, tempat dikuburkan jenazahnya; Gereja Quo Vadis di Via Appia; Penjara Mamertine, tempat ia dipenjarakan di Roma; Gereja St. Petrus di Grado dekat Pisa di mulut sungai Arno, tempat ia pertama kali mendarat di Roma. Gereja Petrus Galicantu di Yerusalem, tempat ia menyangkal Yesus; Gereja St. Petrus di Kapernaum yang dibangun di atas rumah tinggalnya. Pestanya dirayakan bersama dengan Paulus setiap tanggal 29 Juni.
Catatan:
Meskipun penulis Surat Kedua Petrus memperkenalkan dirinya bernama Petrus (2 Ptr 1:1), namun itu bukanlah suatu bukti kalau surat itu ditulis oleh Simon Petrus. Banyak ahli berpendapat bahwa surat itu ditulis baru sekitar tahun 125 untuk jemaat yang terancam ajaran bidaah.
Refleksi dan Aksi
Simon Petrus adalah orang yang realistis, yang tampil apa adanya dengan penuh percaya diri. Ia tipe orang yang polos, yang bertindak tanpa banyak kompromi dan manipulasi. Karena itu sesudah sesumbar mau ikut dan cinta Yesus sampai mati, tiba-tiba bisa ingkar janji sebab berhadapan dengan ancaman yang membahayakan keselamatan dirinya. Demi guru-Nya ia melawan musuh dengan pedang, tetapi guru-Nya itu juga yang ia sangkal karena takut mati. Namun spirit Yesus Sang Guru telah menjiwai dan menggerakkan seluruh hidupnya menjadi murid sejati. Ia mati-matian mewartakan Yesus Kristus sampai benar-benar mati sebagai martir.
Siapa dan apa yang kita wartakan? Mengapa kita pun sering hanya mau enaknya dan menyingkir dari beban tanggung jawabnya. Ikut Yesus berarti ikut jalan salib-Nya. Karena itu kalau takut mati karena Kristus, seharusnya kita hidup demi Kristus. Mau hidup untuk apa kita sekarang?
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Gereja Petrus Callicantu
Cium pengkhianatan Yudas Iskariot menjelang tengah malam itu telah menghantar Yesus ke hadapan pengadilan Mahkamah Agama. Para prajurit menangkap-Nya, membelenggu dan membawa-Nya ke rumah Imam Besar, Yusuf alias Kayafas, di mana di situ telah berkumpul imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua (Mat 26:57-68).
Sementara Yesus diadili oleh Mahkamah Agama, di luar rumah Petrus bergabung dengan orang-orang yang berdiang di halaman. Saat itulah tiga kali ia menyangkal Yesus sebelum ayam berkokok: “Aku tidak kenal orang itu” (Mat 26:69-75). Karena itu di tempat bekas rumah Kayafas itu dibangun sebuah gereja dengan nama Petrus Gallicantu, yang artinya “Petrus Kokok Ayam”.
Gereja itu awalnya berupa gereja Bizantin yang didirikan pada abad ke-4 untuk mengenang air mata Petrus yang menetes di tempat itu setelah sadar akan penyangkalannya. Namun gereja itu dihancurkan oleh pasukan Persia tahun 614 dan baru pada abad ke-12 dibangun lagi oleh para pejuang Perang Salib dengan nama Gereja Petrus Gallicantu. Di gereja itu terdapat sebuah penjara dari abad pertama dengan tiang batu berlubang yang diduga untuk memasung para tahanan. Ada pula satu ruangan yang disebut penjara Kristus, sebab di tempat itu dahulu Yesus diadili dan dipenjarakan sebelum dihadapkan kepada Pontius Pilatus.

Kamis, 22 Februari 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 22 Februari 2018
Pesta Takhta St. Petrus, Rasul
1 Petrus (5:1-4)
(Mzm 23:1-3.3b-4.5.6; Ul: 1)
Matius (16:13-19)
"Pastor bonus - Gembala Baik!"
Inilah salah satu keutamaan dasar yang dikenangkan ketika Gereja merayakan pesta tahta suci kepausan/Santo Petrus.
Petrus yang adalah paus pertama kita, "pastor bonus" dan yang identik dengan pemegang "kunci surga" ("Kuasa Untuk Nampakkan Cinta Ilahi") memberikan 3 semangat dasar supaya kita semua juga bisa mempunyai "kunci", "kuasa untuk menampakkan cinta ilahi", antara lain:
1."Servant": Hamba.
Ia mengajak kita untuk rendah hati menggembalakan karena didorong oleh semangat pengabdian, bukan untuk mendapatkan keuntungan/ketenaran pribadi seperti motto kepausan "servus servorum/hamba segala hamba."
Adapun 3 ciri pokok seorang "servant", yakni: melayani/service, mendukung/support dan memberdayakan/empowerment.
2."Shepherd": Gembala.
Ia ajak kita menggembalakan dengan murah hati, yakni sukarela, bukan karena terpaksa/sukar-rela, mempunyai "intentio pura" (tulus) bukan "intentio pura-pura" (penuh akal bulus) sehingga benar-benar menjadi "pastor aeternus/gembala abadi.
Adapun 3 ciri pokok "shepherd", yakni: peduli/caring, berani/courage dan berbelarasa/compassion.
3."Steward": Minister.
Ia mengajak kita menjadi gembala yang baik hati, yang tidak suka banyak memberi perintah tetapi yang banyak menjadi model dan memberi teladan, yang tidak suka memberi instruksi tapi banyak berkomunikasi.
Adapun 3 ciri pokok "steward" yakni: dapat dipercaya/trustworthy, dapat bertanggungjawab/responsibility, dapat digugat/accountability.
"Mas Wayan mencari pita - Jadilah pelayan dengan penuh sukacita."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1."Caritas Pastoralis" – “Cinta kasih kegembalaan”.
Itulah salah satu "core values" yang saya tulis dalam buku "HERSTORY" (RJK, Kanisius) dan yang juga menjadi dasar iman ketika kita merayakan Pesta Tahta Santo Petrus hari ini, saat Yesus memberikan kuasa pada Petrus yang menjadi "raison d'etre", alasan adanya Gereja (Bhs Porto: "Igreja - persekutuan umat beriman").
Adapun 3 semangat dasar dari "gembala baik", al:
A. GEMbira dalam karya:
“Engkaulah Petrus” (Mat 16:18). Ia diajak berubah oleh Tuhan. Dari Simon (pendengar) menjadi Petrus (batu karang), penjala ikan menjadi penjala manusia, nelayan menjadi pelayan, hamba menjadi sahabat, dari murid menjadi guru, dari orang yang penakut dan mudah menyangkal Yesus menjadi orang yang berani dan rajin bersaksi tentang Yesus, serta dari karyanya hanya di sekitar danau Galilea berubah menjadi karyanya bagi segala dan seluruh penjuru dunia.
Angelo Roncalli alias Paus Yohanes XXIII juga pernah mengatakan, “Setiap hari adalah panggilan bagi kita untuk berubah, jangan sampai hari-hari kita menjadi menakutkan seakan-akan kita tak dapat berkembang lebih baik lagi.” Dalam bahasa Davis Miles, “Marilah kita belajar memenuhi panggilan Ilahi untuk mencipta, karena “Aku selalu berpikir mengenai mencipta. Masa depanku mulai ketika aku bangun tiap pagi. Tiap hari aku menemukan sesuatu yang baru, yang kreatif dalam hidupku.”
Yang pasti, bukankah perubahan yang baik itu selalu mendatangkan sukacita dan kegembiraan dalam karya? Gaudete - Bersyukurlah!
B. BAjaga dalam doa:
Ketika Yesus ditangkap, Petrus ketakutan. Saat itulah, Petrus berbuat dosa dengan menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Tapi, syukurnya Petrus berdoa dan bertobat: ia menyesali perbuatannya dengan sepenuh hati. Ia menangisi penyangkalannya sepanjang hidupnya.
Di Israel, ada sebuah gereja dengan nama Gereja Petrus Ayam Berkokok (St.Peter Galicantu) bekas rumah Kayafas. Sebuah permenungan singkat: Yesus bisa jadi sangat sedih karena penyangkalan Petrus, murid kepercayaanNya.
Sekarang ini, Yesus yang sama juga sedang menatap kita. Dia berharap bahwa kita pun akan mau belajar seperti Petrus: mau berdoa dan bertobat - mengeluarkan air mata penyesalan atas dosa-dosa kita. Bukankah benar isi sebuah teks yang tertulis pada Scala Santa, “semakin kita berdoa dan bertobat, menangis dan menyesali dosa kita karena menyebabkan kesedihan yang mendalam terhadap Yesus, akan semakin kuat cinta kita akan Yesus.”
Scala Sancta sendiri adalah “Tangga Suci”, yang dipercaya sebagai tangga marmer dari bagian luar bekas rumah Pontius Pilatus di Yerusalem, yang dilalui Yesus saat hari penghukumanNya. Scala Santa ini sendiri terdiri 28 buah anak tangga yang ditutupi dengan papan kayu untuk melindunginya. Para peziarah dapat memperoleh indulgensi dengan cara naik tangga ini sambil jalan berlutut.
Yang pasti, kita bersama Gereja diutus seperti domba ke tengah "serigala", simbol carut marut dunia yang "SRakah iRI+GALAk". Bukankah doa membuat segalanya lebih ringan? Bukankah segala sesuatu jika dibuat bersama Allah pasti terasa lebih indah dan lebih mudah, dan itu bisa dibuat dengan doa-doa dan "latihan rohani" bukan? Orate - Berdoalah!
C. LAyani dalam cinta:
Petrus pergi dari Israel menuju kota Roma. Roma sendiri adalah pusat seluruh Kerajaan Romawi pada waktu itu. Di sanalah, Petrus berkarya: mewartakan Injil sekaligus mempertobatkan banyak orang. Di akhir hidupnya, Petrus meminta juga agar ia bisa menjalani hukuman mati dengan cara disalibkan, tetapi dengan kepalanya berada di bawah, sebab ia merasa tidak layak menderita seperti Yesus. Ia akhirnya wafat sebagai martir di Bukit Vatikan sekitar tahun 67.
Sebuah informasi: pada abad keempat, karena cintanya kepada Gereja, Kaisar Konstantinus membangun sebuah gereja besar di atas tempat sakral tersebut.
Dari sikap yang ketiga ini, baiklah juga kalau kita ingat bahwa tidak akan ada cinta yang diterima sebelum kita juga berani belajar memberikan cinta buat orang lain. Maka adalah tindakan yang amat baik, bila kita berani berkarya dalam pelayanan yg penuh cinta kasih: memberi cinta sekaligus per-HATI-an, menunjukkan dan membuktikan cinta dan kehangatan kita terlebih dahulu. Kadang kita juga lupa, semua karya baik kita: kehangatan, cinta kasih dan dukungan, ternyata juga bisa meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan kita sendiri.
Yang pasti, sebagai paus pertama dan "ketua" (bidel/pelayan) para rasul, Petrus menasihati kita: "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan terpaksa tapi sukarela sesuai kehendak Allah, jangan mau mencari keuntungan tapi dengan pengabdian diri.
Itu sebabnya setiap ada paus yang terpilih dalam konklav di Kapel Sistine Roma, selalu ditampil-ulangkan motto kepausan, "Servus servorum - hamba dari segala hamba". Bukankah kita sebagai Gereja menjadi exist karena karya playanan yang murah hati di tengah dunia? Servite - layanilah!
"Cari kemeja dan kardus sepatu buat mas Kelik – Kita adalah Gereja yang Satu Kudus Katolik dan Apostolik".
2."Founding Father - Bapa Pendiri."
Inilah julukan yang bisa kita berikan pada St Petrus: "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini akan Kudirikan GerejaKu."
Pastinya, kita bisa belajar beberapa keutamaan dari orang kudus ini, antara lain:
A."Reformatio vitae - Perubahan hidup":
Petrus dulunya adalah Simon. Ia mengalami "perubahan", dari nelayan menjadi pelayan, dari penjala ikan menjadi penjala manusia, dari pecundang menjadi pejuang. Dengan kata lain: Ia mengajak kita untuk lahir baru setiap harinya.
B."Imitatio Christi"- Mengikuti jejak Kristus:
Ia menjadi murid yang bergulat jatuh dan bangun dalam mengikutiNya. Ia seperti Yesus: sama-sama pernah dipenjara dan wafat sebagai martir (Yun: saksi). Petrus wafat pada era Kaisar Nero pada tahun 64 M dengan cara disalib kepala di bawah karena merasa tidak layak menyamai penyaliban Yesus. Jenazahnya dimakamkan di bukit Vatikan yang di kemudian hari, oleh Kaisar Konstantinus dibangun basilika Santo Petrus dengan altar utama persis di atas makamnya.
C."Illuminatio cum Deo - Pencerahan bersama Tuhan:
Petrus mengalami sapaan dan perjumpaan pribadi dengan Yesus. Hal inilah yang menguatkan dan mencerahkan kendati ia harus menghadapi risiko yang besar: Petrus ditangkap dan dipenjarakan dengan terbelenggu serta dijaga ketat oleh para prajurit (Kis 12:4-6). Bisa jadi, satu keyakinan imannya karena dicerahkan Tuhan, yakni: "Cukuplah kasih karuniaKu bagimu sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna" (2 Kor 12:9).
"Dari Belarus ke Sukabumi - Santo Petrus doakanlah kami."
3.“Unam sanctam catholicam et apsotolicam Ecclesiam – Gereja yang satu kudus katolik dan apostolik.”
Inilah salah satu ciri Gereja Katolik ketika Yesus bersabda kepada Simon: "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya!"
Dengan kata-kata ini, Yesus berjanji untuk mendirikan gereja-Nya berlandaskan kebenaran apostolik dari pengakuan Petrus, Paulus dan para rasul lainnya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup (Mat 16:16; Kis 2:14-26). Yesus sendiri menyebut muridNya itu "Petrus" (Yun: Petros, batu kecil) tapi Ia melanjutkan dengan mengatakan: "di atas batu karang ini (Yun: petra, batu karang besar) Aku akan mendirikan jemaatKu."
Jelas bahwa Yesus sendirilah yang menjadi Batu Karang, landasan utama dan pertama dalam Gereja (1 Kor 3:11). Dalam bahasa St Petrus: “Yesus adalah batu hidup dan terpilih, batu penjuru yang mahal" (1Pet 2:4,6-7). Pada saat yang bersamaan, Petrus-Paulus serta kita semua merupakan batu-batu hidup untuk mendirikan rumah rohani yang dibangun oleh Allah (1Pet 2:5), dimana alam maut yakni iblis dan semua usaha jahatnya tidak akan menguasai gerejaNya (Mat 16:18).
Lebih lanjut, Yesus memberikan “kunci” kepada Petrus, ”Kuasa Untuk Nampakkan Cinta Ilahi” lewat Gereja untuk:
(1) Menegur dosa dan melaksanakan hdp gerejani (Mat 18:15-18)
(2) Berdoa bagi terjadinya kehendak Allah (Mat 18:19-20);
3) Mengikat kuasa setan serta membebaskan orang yg tertawan
(4) Memberitahukan kesalahan dosa+kebenaran Allah (Kis 2:23; 5:3,9)
(5) Memberitakan keselamatan+pengampunan dosa (Yoh 20:23; Kis 2:37-40; Kis 15:7-9).
"Bang Jaja masuk majalah HIDUP - Jadilah Gereja yang benar-benar hidup!"
4.
"Be merciful as your Father is merciful"
A.
Gospel Reading: Luke 6:36-38
Alternate reading: Matthew 16:13-19
Be merciful, even as your Father is merciful. "Judge not, and you will not be judged; condemn not, and you will not be condemned; forgive, and you will be forgiven; give, and it will be given to you; good measure, pressed down, shaken together, running over, will be put into your lap. For the measure you give will be the measure you get back."
B.
Old Testament Reading: Daniel 9:4-10
I prayed to the LORD my God and made confession, saying, "O Lord, the great and awesome God, who keeps covenant and steadfast love with those who love him and keep his commandments, we have sinned and done wrong and acted wickedly and rebelled, turning aside from your commandments and ordinances; we have not listened to your servants the prophets, who spoke in your name to our kings, our princes, and our fathers, and to all the people of the land. To you, O Lord, belongs righteousness, but to us confusion of face, as at this day, to the men of Judah, to the inhabitants of Jerusalem, and to all Israel, those that are near and those that are far away, in all the lands to which you have driven them, because of the treachery which they have committed against you. To us, O Lord, belongs confusion of face, to our kings, to our princes, and to our fathers, because we have sinned against you. To the Lord our God belong mercy and forgiveness; because we have rebelled against him, and have not obeyed the voice of the LORD our God by following his laws, which he set before us by his servants the prophets.
C.
Meditation
Do you know and experience the mercy God has for you through the blood of Jesus Christ that was shed for you and for your sins upon the cross? The Lord Jesus took our sins upon himself and nailed them to the cross so that we could receive pardon rather than condemnation, freedom rather than slavery to sin, and healing for the wounds caused by sin, injustice, and evil.
God's mercy knows no limits
God the Father never tires of showing his steadfast love and mercy to those who seek him. Scripture tells us that his mercies never cease. "The steadfast love of the Lord never ceases, his mercies never come to an end; they are new every morning; great is your faithfulness" (The Lamentations of Jeremiah 3:22-23). What can hold us back from receiving God's mercy and pardon? Anger, resentment, an unwillingness to forgive or to ask for pardon can hold us back from the healing power and merciful love that has power to wash away guilt and condemnation, fear and anger, pride and resentment. The Lord Jesus offers us freedom to walk in his way of love and forgiveness, mercy and goodness.
Imitate God the Father's mercy
We are called to be merciful towards one another just as our heavenly Father has been merciful towards each one of us. Do you quickly forgive those who wrong you or cause you grief or pain, or do you allow ill-will and resentment to grow in your heart? Do you pray for those who have lost sight of God's mercy, pardon, truth, and justice?
In the Old Testament we see the example of Daniel, a man of great faith in God's mercy and just ways, who prayed daily, not only for himself, but for his own people, and for his persecutors as well. Daniel was 'shamefaced' before God because he recognized that his own people who had been called and chosen by God as the people of Israel, were now suffering in exile due to their sins and unfaithfulness to the covenant God had made with them (see Daniel 9:4-10). Daniel did not sit in judgment over the failings and sins of his own people, instead he pleaded with God for compassion, pardon, and restoration. Our shame will turn to joy and hope if we confess our sins and ask for God's healing love and mercy..
Do not judge
Why does Jesus tell his followers to "not judge lest they be judged"? Jesus knew the human heart all too well. We judge too quickly or unfairly with mixed motives, impure hearts, and prejudiced minds. The heart must be cleansed first in order to discern right judgment with grace and mercy rather than with ill will and vengeance.
Ephrem the Syrian (306-373 AD), a wise early Christian teacher and writer, comments on Jesus' exhortation to not condemn:
Do not judge, that is, unjustly, so that you may not be judged, with regard to injustice. With the judgment that you judge shall you be judged. This is like the phrase "Forgive, and it will be forgiven you." For once someone has judged in accordance with justice, he should forgive in accordance with grace, so that when he himself is judged in accordance with justice, he may be worthy of forgiveness through grace. Alternatively, it was on account of the judges, those who seek vengeance for themselves, that he said, "Do not condemn." That is, do not seek vengeance for yourselves. Or, do not judge from appearances and opinion and then condemn, but admonish and advise. (Commentary on Tatian's Diatessaron 6.18B)
Grace and mercy
What makes true disciples of Jesus Christ different from those who do not know the Lord Jesus and what makes Christianity distinct from any other religion? It is grace - treating others not as they deserve, but as God wishes them to be treated - with forbearance, mercy, and loving-kindness. God shows his goodness to the unjust as well as to the just. His love embraces saint and sinner alike. God always seeks what is best for each one of us and he teaches us to seek the greatest good of others, even those who hate and abuse us. Our love for others, even those who are ungrateful and unkind towards us, must be marked by the same kindness and mercy which God has shown to us. It is easier to show kindness and mercy when we can expect to benefit from doing so. How much harder when we can expect nothing in return. Our prayer for those who do us ill both breaks the power of revenge and releases the power of love to do good in the face of evil.
Overcome evil with mercy and goodness
How can we possibly love those who cause us grief, harm, or ill-will? With God all things are possible. He gives power and grace to those who trust in his love and who seek his wisdom and help. The Lord is ready to work in and through us by his Holy Spirit, both to purify our minds and hearts and to help us do what is right, good, and loving in all circumstances. Paul the Apostle reminds us that "God's love has been poured into our hearts through the Holy Spirit which has been given to us" (Romans 5:5) God's love conquers all, even our hurts, injuries, fears, and prejudices. Only the cross of Jesus Christ and his victory over sin can free us from the tyranny of malice, hatred, revenge, and resentment, and give us the courage to overcome evil with good (Romans 12:21). Such love and grace has power to heal, restore, and transform us into the image of Christ. Do you know the power of Christ's redeeming love and mercy?
"Lord Jesus, your love brings freedom, pardon, and joy. Transform my heart with your love that nothing may make me lose my temper, ruffle my peace, take away my joy, or make me bitter towards anyone."
D.
Psalm 79:8-11,13
Do not remember against us the iniquities of our
forefathers; let your compassion come
speedily to meet us, for we are brought very
low.
Help us, O God of our salvation, for the glory of
your name; deliver us, and forgive our sins,
for your name's sake!
Why should the nations say, "Where is their
God?" Let the avenging of the out-poured
blood of your servants be known among the
nations before our eyes!
Let the groans of the prisoners come before you;
according to your great power preserve those
doomed to die!
Then we your people, the flock of your pasture,
will give thanks to you for ever; from
generation to generation we will recount your
praise.
E.
Daily Quote from the Early Church Fathers
"The practice of mercy is twofold: when vengeance is sacrificed and when compassion is shown. The Lord included both of these in his brief sentence: 'Forgive, and you shall be forgiven; give, and it shall be given to you.' This work has the effect of purifying the heart, so that, even under the limitations of this life, we are enabled with pure mind to see the immutable reality of God. There is something holding us back, which has to be loosed so that our sight may break through to the light. In connection with this the Lord said, 'Give alms, and behold, all things are clean to you.' Therefore the next and sixth step is that cleansing of the heart." (Augustine of Hippo, 354-430 A.D., excerpt from Letter 171A.2)
5.
Kutipan Teks Misa:
“Dari seluruh dunia hanya seorang, yaitu Petrus telah dipilih untuk mengetuai panggilan para bangsa, semua rasul dan para Bapa Gereja” (St. Leo Agung)
Antifon Pembuka (Luk 22:32)
Tuhan bersabda kepada Simon Petrus, "Aku sudah berdoa bagimu, hai Simon supaya imanmu jangan luntur dan supaya engkau setelah bertobat meneguhkan saudara-saudaramu."
The Lord says to Simon Peter: I have prayed for you that your faith may not fail, and, once you have turned back, strengthen your brothers.
Pada Misa ini ada Madah Kemuliaan
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahakuasa, Engkau telah mendirikan Gereja-Mu di atas wadas, dan mendasari iman kami dengan pengakuan iman para rasul. Kami mohon, selamatkanlah kami dan jangan sampai Gereja-Mu digoncangkan oleh kekuatan apa pun. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (5:1-4)
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu."
Saudara-saudara yang terkasih, sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak, aku menasihati para penatua di antara kamu: Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2,4, PS 849/646
Ref. Tuhanlah gembalaku, tak'kan kekurangan aku
Ayat. (Mzm 23:1-3.3b-4.5.6; Ul: 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kausiapkan hidangan bagiku di hadapan lawanku. Kauurapi kepalaku dengan minyak dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu sepanjang umur hidupku. Aku akan diam di rumah Tuhan sekarang dan senantiasa.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Mat 16:18)
Engkau adalah Petrus, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:13-19)
"Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku."
Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.
Demikianlah Injil Tuhan.
U.Terpujilah Kristus.
Renungan
Di dunia politik, kita mengenal dengan perebutan kursi. Ada kursi presiden, kursi DPR, kursi gubernur atau bupati. Para politikus selalu berebut kursi ini. Apa yang terbayang di sini: kursi kekuasaan. Kursi menjadi simbol posisi terhormat, pemegang kekuasaan dengan segala hak dan kewajiban. Dengan menduduki kursi itu, orang menjadi penguasa dan sangat dihormati rakyat atau khalayak. Bila orang terhormat dan penguasa itu lewat di jalan, mobilnya diiringi oleh barisan polisi dan voorijder atau motor pengawal dengan suara sirine yang mengaum-aum. Semua orang di jalan harus memberi tempat dan jalan bagi orang terhormat itu. Itulah sebabnya, orang berebut betul dengan segala cara untuk meraih kekuasaan kursi kehormatan itu
Hari ini kita merayakan Pesta Takhta Santo Petrus Rasul. Pertanyaannya: apakah kita juga merayakan kekuasaan dan kehormatan Santo Petrus sebagai pemimpin Gereja pertama, Paus pertama? Memang dari sisi penampilah, Paus yang menggantikan Santo Petrus selalu juga dihormati di mana-mana. Tetapi sebenarnya ada perbedaan mendasar antara kursi jabatan politis di atas dan takhta Santo Petrus di sini. Untuk meraih kursi jabatan presiden atau gubernur, orang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum. Sedangkan Santo Petrus ataupun para Paus penggantinya, meskipun dipilih dalam sebuah konklav (pemilihan Paus), seorang Paus dipilih oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri, bukan oleh umat Katolik katakanlah melalui pemilihan umum sedunia. Itulah makna sabda Yesus dalam Injil hari ini: "Dan Aku pun berkata kepadamu (Petrus): Engkaulah Petrus dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku." Tuhan Yesus sendirilah yang mendirikan Gereja dan memilih para pemimpinnya, sebab Ia pun bersabda: "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yoh 15:16). Dengan demikian, Pemimpin Utama dan Gembala Utama Gereja cuma ada satu sepanjang zaman yakni Yesus Kristus sendiri! Lalu takhta Santo Petrus justru lambang pelayanan seorang pemimpin Gereja yang dipilih Tuhan untuk menggembalakan domba dengan sukarela, pengabdian dan menjadi teladan, seperti dikatakan oleh Santo Petrus dalam suratnya.
Marilah kita mensyukuri pemimpin Gereja kita, Sri Paus yang sekaligus Uskup Roma. Bukan kekuasaan duniawinya yang kita pestakan tetapi perutusannya sebagai gembala dan wakil Kristus di dunia yang tugas utamanya adalah melayani umat dan bahkan semua bangsa manusia serta sekaligus mempersatukan seluruh Gereja dan umat manusia pula. Akhirnya menghadirkan kemuliaan Kristus bagi semua orang adalah tugas paling pokok bagi Sri Paus, para uskup, dan para Imam yang dibantu oleh para Diakon. Kita doakan mereka semua.
Antifon Komuni (Bdk. Mat 16:16,18)
Petrus berkata kepada Yesus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.
Dan Yesus menjawab: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku.
Peter said to Jesus: You are the Christ, the Son of the living God. And Jesus replied: You are Peter, and upon this rock I will build my Church