Ads 468x60px

Kamis 7 Febr 2013


Ibr 12:18-19.21-24; Mzm 48:2-4.9-11; Mrk 6:7-13

“Ite missa est
 - Pergilah kamu diutus!” Itulah kata-kata di akhir misa yang juga saya tulis dalam buku “HERSTORY” (Kanisius). Ya, kita diutus untuk bermisi sebagai “duta cinta”, tergerak-bergerak dan berarak dari altar perjamuan ke pasar kehidupan.

Jelasnya, kita
 diutus ber-misi sebagai “model”/teladan iman umat Allah, “mediator”/perantara kuasa Allah dan “messenger/pembawa pesan Allah”. Dalam bahasa Dom Helder Camara yang saya tulis dalam buku “XXI-Interupsi” (Kanisius), bermisi sebagai duta cintaNya berarti meninggalkan, pergi dan keluar dari diri sendiri, memecah dinding egoisme, yang memenjarakan kita, dalam ke”AKU”an. Misi berarti berhenti berkisar pada diri sendiri. Misi selalu berarti meninggalkan, tapi tidak selalu mengadakan perjalanan. Di atas semua itu, misi berarti membuka diri dan hati bagi Tuhan dan bagi yang lain, sebagai saudara dan saudari, menemukan dan menjumpai mereka dalam Tuhan. Adapun 3 semangat dasar sebuah karya misi ilahi, al: 


1. "Societas: Kebersamaan". Ia memanggil 12 murid dan mengutus mereka berdua-dua. Iman kita tidak hanya berdimensi personal tapi juga sosial (socius: sahabat, sosial:bersahabat). Gereja sebagai “Umat Allah” diajak berjalan bersama sebagai sahabat seperjalanan, sebagai suatu gerakan komunio, “societas perfecta” menuju surga abadi.

2. "Simplicitas: Kesederhanaan". M
ereka dilarang membawa banyak bekal, kecuali tongkat-sehelai baju dan alas kaki, supaya lebih fokus pada tugas perutusan dan bersemangat “lepas bebas” - tidak terbebani dengan kelekatan tak teratur pada berbagai bekal jasman dan materi. Bukankah Yesus yang ber-“knosis”- yang mengosongkan diri juga sekaligus datang sebagai “yang sederhana”: terbaring di palungan dan terpaku di penyaliban?

3. "Totalitas: Kepercayaan", semacam sikap berserah secara utuh
, penuh dan menyeluruh. Mereka diajak untuk cuma bersandar pada Tuhan, terlebih mereka telah diberi “bekal ilahi”, kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Nilai dasar yang ditawarkan adalah “Deus providebit - Tuhan yang menyelenggarakan”, semacam kepercayaan akan “providential divina - penyelenggaraan ilahi”, bahwa Tuhan akan selalu ikut berkarya dalam suka duka hidup dan gulat geliat karya kita.

“Ikan louhan cari makan
 - Ikut Tuhan semuanya akan dicukupkan".

Tuhan memberkati+Bunda merestui.
Fiat Lux! (@romojost.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar