Ads 468x60px

Minggu 21 April 2013


“Pastores Dabo Vobis"

Paskah IV - Minggu Panggilan
Kis 13:14,43-52; Why 7:9,14b-17; Yoh 10:27-30,22

“Pastores Dabo Vobis - Aku memberikan kamu para gembala”. Inilah salah satu janji Yesus yang bisa kita kenangkan pada Minggu Paskah IV yang sejak tahun 1963 juga dijadikan sebagai Hari Minggu Panggilan. Bacaan Injil jelasnya mengajak kita untuk merenungkan figur dan tutur Yesus sebagai “Gembala Baik” (Lat: Pastor Bonus).

Adapun tiga kebaikan dasarNya, yakni: 
- menyelamatkan/salvator, 
- menghidupkan/animator dan 
- membebaskan/liberator. 

Bersama dengan Minggu Panggilan inilah, kita juga terpanggil dan terpilih untuk menjadi “pastor bonus” yg mau berjuang menyelamatkan, menghidupkan dan membebaskan hidup setiap orang di sekitar kita, entah sebagai rasul-rasul awam maupun secara khusus sebagai imam, bruder, dan suster. 

Adapun sebuah cara sederhana spy kita bs mjd “pastor bonus” adl “dia.lo.gue” (baca: dialog), yakni sebuah ruang perjumpaan diri kita dengan “the others", yang lain - liane” yang kaya dan terbuka akan kontak sosial, al:
1. ”Dia.lo.gue” dengan Tuhan: 
Inti masa Paskah yang masih kita rayakan pada hari ini adl mengenangkan dan mensyukuri karya penyelamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Dengan adanya kesadaran iman yang terus di dialogkan dalam doa dan olah rohani inilah, kita memiliki akar yang kuat untuk selalu BERSYUKUR karena telah diselamatkan. Inilah makna teologisnya.

2. ”Dia.lo.gue” dengan sesama: 
Kesadaran dan syukur atas karya keselamatan Allah yang berlaku universal ini menumbuhkan semangat kita untuk juga terus BERBAGI dengan sesama, terlebih orang yang kecil dan tersingkir, tanpa pandang bulu dan suku, lintas agama, gaya dan budaya, tentunya demi keselamatan jiwa-jiwa, atau dalam bahasa Romo Mangun: “mengangkat manusia-memuliakan Allah”. Inilah juga yang diwartakan Paulus dan Barnabas dalam bacaan pertama (Kis 13:47), bahwa mereka juga diutus “menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah dan membawa keselamatan sampai ke ujung bumi” Inilah makna sosiologisnya.

3. ”Dia.lo.gue” dengan alam:
Universalitas keselamatan Allah juga ditegaskan dalam bacaan kedua, dimana Yohanes menyampaikan penglihatannya bahwa orang-orang yang diselamatkan itu “merupakan kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa” (Why 7:9). Mereka yang telah mengalami keselamatan itu “tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi; matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi” (Why 7:16). Yah, semua alam semesta dari pelbagai belahan dunia turut mengalami “syalom” karena telah turut diselamatkanNya. Kesadaran akan universalitas kasih Allah ini membuat kita juga seharusnya bisa selalu BERPEDULI terhadap alam sekitar. Inilah makna ekologisnya.

Adapun ketiga “dia.lo.gue” dasar ini mengandaikan sudah adanya juga kebiasaan untuk ber-“dia.lo.gue” dengan diri sendiri sebagai ruang untuk selalu ber-refleksi dan ber-instrospeksi. Untuk melengkapi pelbagai “dia.lo.gue” di atas, baiklah kita ingat sepenggal pesan Bapa Suci Benedictus XVI (emeritus) untuk hari Minggu Panggilan ke-50 ini: “Tuhan tinggal di tengah komunitas para murid, yaitu Gereja, dan hingga hari ini Dia masih memanggil orang-orang untuk mengikuti Diri-Nya. Panggilan dapat muncul setiap saat. Hari ini juga Yesus terus-menerus berkata: Datanglah ke mari dan ikutilah Aku” 

“Naik skuter di Taman Sari - Ayo jadi suster dan masuk seminari”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui. Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar