Ads 468x60px

Rabu 17 April 2013


PUNCTA RENUNGAN HARIAN
@RomoJostKokoh.
“Soli Deo"

Paskah III
Kis 8:1b-8; Yoh 6:35-40

“Soli Deo - Hanya bagi Tuhan “. Medio tahun 2009-2011, s
aya pernah berkarya di kawasan Tanjung Priok, tepatnya di sebuah gereja tua karya Romo Mangun di pinggiran Cilincing, Jakarta Utara. Disanalah saya bertemu dengan beberapa orang Batak (“Bersama Allah Tambah Aku Kuat”), salah satunya adalah pak Silaban-“Siap + reLA berkorBAN”. Hari ini, kita juga diajak untuk ”SIap+reLA berkorBAN” seperti Stefanus dan jemaat perdana yang berani mengorbankan diri bagi Kristus. Adapun 3 semangat dasar orang yang siap dan rela berkoban, antara lain:
1.Berakar pada iman: 
Dalam kacamata iman, ada keyakinan dasar bahwa pengorbanan hidup adalah salah satu cara untuk datang kepada Tuhan. Bukankah tepat juga kata orang Jawa, “jer basuki mawa beya-“keberhasilan” kita diperoleh dengan pengorbanan? Hari ini, dikatakan juga bahwa barangsiapa yang datang kepadaNya tidak akan dibuang tapi dianugerahi hidup kekal. Itulah janji iman Kristus, “Sang Roti Hidup” yang juga telah banyak berkorban untuk kita dan sekaligus mendasari setiap pengorbanan hidup kita. Karena itu jangan takut, percayalah selalu pada berkat Tuhan walaupun banyak "pengorbanan": hambatan dan  kekecewaan yang mesti kita alami dan jalani.

2. Bertumbuh pada harapan: 
Harapan akan adanya kebangkitan
dan kehidupan kekal juga mengobarkan semangat kita untuk lebih berani bersikap “magis”, optimal mengorbankan diri (waktu-tenaga-pikiran-dana dll) demi semakin terwujudnya “pacem in terris pacem in cordis-damai di bumi damai di hati“. Selain itu, bukankah "Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara" - manusia hidup di dunia harus terus mengusahakan keselamatan-kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak: "Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku".

3. Berbuah pada kasih: 
Or
ang yang siap dan rela berkorban pastinya berguna bagi yang lain. Tepatlah orang Jawa mengatakan, “Urip Iku Urup - Hidup itu Nyala”. Bukankah hidup orang beriman itu seharusnya memberi manfaat bagi orang lain? Seperti Kristus yang berguna bagi hidup banyak orang dengan rela menjadi pribadi ekaristis, yang siap dipilih-diberkati-dipecah dan dibagi-bagi, semoga kita juga siap berguna bagi yang lain, dengan setia memaknai dan menghidupi makna “ekaristi” (Elok KArena kRIStus ada di hatI) dalam setiap kata dan  warta tindakan nyata kita. 

“Ada kelinci naik pohon jati
- Hiduplah suci dengan sepenuh hati” 
Tuhan memberkati
+ Bunda merestui. 
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar