Ads 468x60px

Rabu 24 April 2013

Lumen Gentium"

Paskah IV
Kis 12:24 - 13:5a; Yoh 12:44-50

“Lumen Gentium - Terang Para Bangsa”. Inilah salah satu judul dokumen Konsili Vatikan II yang terpenting bahwa Tuhan datang sbg “Lux Aeterna – Terang Abadi”: "Aku datang sebagai terang supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan." Secara ideal, inilah misteri Allah yg harus kt maknai: Belajar menerangi tanpa menyakiti, tegar menghangatkan tapi tidak menyilaukan 

Secara real, kita senyatanya hidup di dunia yang gemerlap dengan terang “hedonis-egois dan materialis, dimana segala sesuatu kini terang-terangan menjadi sangat komersial sekaligus dangkal: Uang menjadi seakan ”hosti”, mall menjadi seakan “gereja”, komputer dan televisi menjadi seakan “tabernakel”, bahkan kedirian seakan menjadi “Tuhan” bagi sesama. 

Di tengah terang dunia yang tidak benar-benar terang inilah, kita kadang turut masuk dalam pusaran dan lingkaran kegelapan. Hidup menjadi seolah seperti komedi putar: makin cepat dan makin cepat, namun tidak bisa keluar dari putaran itu sendiri. Dunia yang kita tinggali adalah dunia yang instan: ambil uang tinggal tekan tombol, ingin makan tinggal pesan di KFC atau Mc D, malas mencuci pakaian-langsung bawa ke laundry. Jelasnya, kita hidup di dunia pasca-aksara, di mana mimpi+kenyataan berlapis-lapis, yg nyata kadang seperti maya atau sebaliknya, yg maya mjd nyata.Implikasinya: banyak orang beriman yang mengalami “malam gelap”: kaya harta tapi miskin cinta, cantik tapi kadang terjerat narkotik, sibuk "di luar" tapi hampa "di dalam", terkenal tapi sebenarnya kesepian dan pelbagai topeng kepalsuan yang dialami oleh banyak pribadi dari pinggir desa sampai tengah kota.


Berangkat dari konteks real-aktual inilah, adapun tata nilai dasar yang saya usulkan supaya kita bisa menjadi “terang sejati” bagi yang lain adalah "4S", seperti yang saya tulis dalam buku “Via Veritas Vita”, al: 

1."Solitude/Kesendirian”: 
Bukankah Yesus punya kebiasaan untuk pergi dan sendirian bersama Allah di tempat yang sunyi? Setiap kali kembali dari “persembunyiannya”, wajahnya menjadi bercahaya. Harus diakui bahwa kita pasti memerlukan kesendirian “alone with GOD”-hanya bersama Allah yang sangat mencintai , supaya wajah kita juga bisa memancarkan terang Allah yang mendamaikan .

2."Silence/Keheningan”: 
Bukankah seorang empu pembuat keris tidak hanya membuat pisau tajam berkelak-kelok belaka, tapi harus ada pamor nya? Bukankah seorang penari tidak hanya menari dengan baik, tapi harus memiliki greget nya? Dan, bukankah itu menjadi lebih ranum dan harum dalam keheningan? 

3."Stillness/Ketenangan”: 
“Lilin Lilin Kecil”. Inilah lagu yg mengajakku untuk perlahan tapi pasti setia menanggalkan “gelap” dan mengenakan “terang”: Yang lemah akan mjd kuat-yg kuat akan mjd lemah, yg skrg brjalan akan brhenti, dan yg skrg brdiri akan jatuh. Siapa yang tenang tentu dialah yang siap “menang”, ya walau kadang terang kita diperdaya oleh iri dan dengki sesama, tapi kita diajak untuk berani terus menerus berdaya-cahaya dengan tenang, karena bukankah tepat kata Yeremia bahwa kita berharga di mataNya? (Bdk: Yer 29:11-14). 

4."Simplicity/Kesederhanaan: 
Bukankah lebih banyak orang yang jatuh dan salah arah, dari pada mereka yang berkembang? Untuk sampai pada kesempurnaan hidup rohani, orang yang demikian harus mengalami proses 'dark night of the soul'. Satu sikap yang paling utama untuk bisa berkembang mengatasi situasi itu adalah "simplicity"-kesderhanaan yang dekat-lekat dengan 'humility-kerendahan hati', karena membiarkan Allah yang benar-benar menyelenggarakannya. Harapannya: In nomine Dei feliciter, dalam nama Tuhan semoga makin berbuah krn jelaslah kita hanyalah pantulan sinar dari matahari, hanyalah air yang mengalir dari sumbernya bukan?

“Bintang Lux tinggal di Tangerang - Fiat Lux Jadilah Terang.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar