Ads 468x60px

Cerita Lusia tentang Bunda Maria Fatima

Pada tanggal 13 Juli 1917 Santa Perawan Maria dari Fatima kembali menampakkan diri untuk ketiga kalinya kepada Lucia dos Santos (10 tahun), sepupunya Fransisco Marto (9 tahun) dan Jacinta Marto (7 tahun).

Berikut adalah cerita Lucia: 
"Bunda Maria merentangkan kedua tangannya, dan dari sana terpancarlah berkas-berkas sinar yang kelihatan menembusi bumi dan kami melihat seolah suatu lautan api. Dalam lautan api itu terdapat roh-roh jahat dan jiwa-jiwa dalam rupa manusia, seperti bara-bara api menyala yang transparan, sepenuhnya hitam hangus atau kilap perunggu, terapung-apung dalam lautan api, sebentar naik ke udara oleh nyala-nyala api yang beasal dari dirinya sendiri bersama dengan kepulan-kepulan asap besar, sebentar jatuh kembali di sana-sini bagai percikan-percikan api pada kobaran api yang besar, tanpa berat ataupun keseimbangan, disertai pekikan dan erangan kesakitan dan keputusasaan yang menakutkan kita dan membuat kita gemetar karena ngeri. Roh-roh jahat dapat dikenali dari keserupaan mereka yang mengerikan dan menjijikkan dengan binatang-binatang tak dikenal yang menakutkan, hitam dan tranparan seperti batu-batu bara yang menyala. 

Sungguh mengerikan keadaan mereka. Bunda Maria berkata penuh iba dan sedih: "Kalian telah melihat tempat di mana jiwa-jiwa para pendosa akan pergi." "Berdoalah, berdoalah dan bawalah banyak korban bagi orang berdosa. Sebab betapa banyak yang masuk api neraka karena tidak ada yang berdoa dan berkorban bagi mereka." "Bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah pada akhir setiap peristiwa:

"Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami dari api neraka dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga, teristimewa jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu. Amin."

Lalu di penampakannya yang terakhir pada 13 Oktober 1917. Pagi itu hujan deras turun seperti dicurahkan dari langit. Ladang-ladang tergenang air dan semua orang (sekitar 70.000 orang) basah kuyub. Menjelang siang, Lucia berteriak agar orang banyak menutup payung-payung mereka karena Bunda Maria datang. Lucia mengulangi pertanyaannya pada penampakan terakhir ini, "Siapakah engkau dan apakah yang kau kehendaki daripadaku?" Bunda Maria menjawab bahwa dialah Ratu Rosario dan ia ingin agar di tempat tersebut didirikan sebuah kapel untuk menghormatinya. Ia berpesan lagi untuk keenam kalinya bahwa orang harus mulai berdoa Rosario setiap hari. "Manusia harus memperbaiki kelakuannya serta memohon ampun atas dosa-dosanya." Kemudian dengan wajah yang amat sedih Bunda Maria berbicara dengan suara yang mengiba: "MEREKA TIDAK BOLEH LAGI MENGHINA TUHAN YANG SUDAH BEGITU BANYAK KALI DIHINAKAN."

Bunda Maria kemudian pergi ke pohon oak sebagai tanda penampakan berakhir. Awan hitam yang tadinya bagaikan gorden hitam menyingkir ke samping memberi jalan matahari untuk bersinar. Kemudian matahari mulai berputar, gemerlapan berwarna-warni, berhenti sejenak dan mulai berputar-putar menuju bumi. Orang banyak jatuh berlutut dan memohon ampun. Sementara fenomena matahari terjadi, ketiga anak melihat suatu tablo Keluarga Kudus di langit. Di sebelah kanan tampak Ratu Rosario. Di sebelah kirinya St. Yosef menggandeng tangan Kanak-kanak Yesus dan membuat tanda salib tiga kali bagi umatnya. Menyusul visiun yang hanya tampak oleh Lucia seorang diri: Bunda Dukacita bersama Tuhan berdiri di sampingnya dan Bunda Maria dari Gunung Karmel dengan Kanak-kanak Yesus di pangkuannya. Matahari meluncur seolah-olah akan menimpa orang banyak, tiba-tiba ia berhenti dan naik kembali ke tempatnya semula di langit. 70,000 orang yang berkerumun di Cova itu menyadari bahwa pakaian mereka yang tadinya basah kuyub oleh hujan lebat, tiba-tiba menjadi kering. Demikian pula tanah yang tadinya becek dan berlumpur akibat hujan tiba-tiba menjadi kering. Mukjizat matahari selama 15 menit itu disaksikan bukan hanya oleh orang-orang di Cova da Iria saja, tetapi juga oleh banyak orang di sekitar wilayah itu sampai sejauh 30 mil.

PER MARIAM AD JESUM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar