Ads 468x60px

Jumat 31 Mei 2013

Beata es quee credidisti.”


Pesta Maria Mengunjungi Elisabeth
Zef 3:14-18a; Luk1:39-56

“Beata es quee credidisti - bergembiralah ia, yang telah percaya”. Inilah ungkapan iman Elisabeth yang kita kenangkan pada pesta Maria mengunjungi Elisabeth di akhir bulan Maria ini. Berangkat dari kabar malaikat yang telah memberitahukan kepada Maria bahwa Elisabet yang sebelumnya mandul, kini secara ajaib telah mengandung, maka Maria lalu segera mengunjungi kerabatnya itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria di sebuah kota Yudea "di daerah perbukitan" (kemungkinan di Yuttah, Yosua 15:55; 21:16, bersebelahan dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth).

Adapun “visitasi, kunjungan Maria dari Nazareth kepada Elisabet di Yudea ini sekaligus menjadi kunjungan cinta Tuhan sendiri kepada umat-Nya” (KGK. 717) dengan berporos pada tiga sikap dasar yang bisa kita petik dari perjumpaan iman mereka, al:

1.Berbagi kedamaian:
Kata pertama yang diucapkan Maria ketika mengunjungi Elisabeth adalah “salam”. Dalam bahasa Ibrani, kata “salam” ini berarti “damai”. Ia berbagi kedamaian kepada saudarinya yang sedang mengandung pada usia tua. Ia hadir untuk menguatkan kerapuhan dan mendamaikan kegalauan hati saudarinya yang mengandung pada usia tua. Berangkat dari kebaikan hati Maria sebagai Ratu Pecinta Damai inilah, maka Gereja juga mempunyai sebuah doa khusus untuk memberi salam kepada Maria, yakni: “Salam ya Ratu, Bunda yang berbelaskasih! Hidup, hiburan dan harapan kami. Salam ya Perawan Maria yang rahim, yang penuh belas kasihan dan yang manis. Salve, Regina, Mater misericordiae! Vita, Dulcedo, et Spes nostra! Salve, o clemens, o pia, o dulcis Virgo Maria!” Intinya: Maria mengajak kita untuk berbagi”salam” kepada sesama kita. Kedamaian iman yang telah diterima oleh Maria karena dipilih untuk mengandung dan melahirkan Yesus, itulah yang dibagikannya kepada Elisabeth, yang juga sedang berbahagia menanti kelahiran Yohanes. Disinilah, kita yang sudah menjawab “ya” akan tawaran keselamatan Allah dalam hidup Yesus, diajak untuk juga belajar memberi kedamaian kepada sesama, seperti Maria memberi kedamaian kepada Elisabeth: Spes nostra! Salve. Salam Maria, harapan kita!

2.Berbagi kepercayaan:
Begitu Maria tiba dan menyalami Elisabet, Elisabet dengan segera menyatakan Maria sebagai "ibu dari Tuhannya". Perjumpaannya dengan Maria membuahkan kepercayaan iman yang mendalam: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Ya, Elisabet sungguh bersukacita dan mengakui kepercayaannya bahwa Maria adalah sungguh ibu Tuhan yang diberkati. Seperti Elisabeth, kita juga diajak untuk berani mewartakan keyakinan iman kita kepada setiap orang dengan hati yang tulus dan penuh sukacita.

3.Berbagi kesaksian:
Kisah lawatan Maria ke rumah saudarinya Elisabet yang memuncak pada kidung magnificat juga menunjukkan figur Maria yang setia berbagi kesaksian sebab melihat tindakan Allah yang berkarya di tengah hidupnya: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya” (Luk 1: 46-48). Sebenarnya dalam masyarakat Yahudi tradisional, kidung magnificat ini merupakan bagian penting dalam hidup keagamaan yang disampaikan dari mulut seorang imam - hamba Yahwe. Tetapi magnificat kali ini keluar dari mulut seorang golongan anawim yang miskin dan diucapkan justru di rumah Zakaria, seorang imam. Jelaslah, bahwa Maria berbagi kesaksian karena ketulusan hati dan keyakinan imannya akan penyertaan Tuhan.

“Salam, ya Ratu surgawi. 
Salam, Bunda Putra Ilahi. 
Darimulah hidup kami. 
Memperoleh terang suci
Bersukalah, ya Maria. 
Bunda yang paling jelita. 
Hiduplah, Bunda mulia. 
Doakanlah kami semua.”

“Burung tekukur di Taman Ria-Kita bersyukur punya Bunda Maria.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui. 
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar