Ads 468x60px

Minggu, 26 Mei 2013

“Fides quarens intellectum.”
Hari Raya Tri Tunggal Mahakudus
Ams 8:22-31; Rm 5:1-5; Yoh 16:12-15

“Fides quarens intellectum - Iman mengandaikan pemahaman.” Inilah konsep Anselmus supaya kita sungguh “memahami”: mencecap dan mengalami apa yang kita yakini dan imani, termasuk pemahaman iman soal Tritunggal. Secara etimologis, kata “Tritunggal” sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni: “Trinitas”. Kata “trinitas” ini terdiri dari dua kata, yaitu “tres”=“tiga”, dan “unus”= “esa”, “tunggal” atau “satu”: Adanya keberadaan dari satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari keallahan ini ada tiga pribadi yang sama kekal, sama sepadan dan sama di dalam hakikat”. Dkl: Ada tiga sosok, yang semuanya adalah Yang Tidak Terbatas. Yang Tiga itu adalah Yang Satu yang tak terpisahkan yaitu Yang Tak Terbatas. Ebuah contoh: jika ada orang yang berkata: "Mana mungkin 1+1+1=1 ? Benar bahwa 1+1+1=1 adalah tidak mungkin, jika yang dijumlahkan itu bakpau, cincau atau kwetiau (yang terbatas). Tetapi jika ketiganya adalah Yang Tak Terbatas, maka persamaan itu menjadi mungkin. Satu Yang Tak Terbatas + satu Yang Tak Terbatas + satu Yang Tak Terbatas = satu Yang Tak Terbatas. Persamaan ini menjadi mungkin bukan? 

Dalam analogi sederhana yang tidak sepenuhnya tepat juga, api dapat digunakan sebagai penjelasan Tritunggal: Api terbagi menjadi tiga komponen, “panas, cahaya (tepatnya gelombang cahaya), dan daya bakar. Jadi walau api itu satu, namun api bisa kita temui dalam tiga wujud sesuai dengan keinginan kita, misal sebagai panas (waktu kita memasak), sebagai cahaya (waktu lampu mati dan kita menyalakan lilin), dan dalam wujud pembakar (waktu kita membakar kertas). Atau juga sebuah telur ayam: ia mempunyai kulit/cangkang, kuning telou dan putih telur. Atau seorang pribadi yang dipanggil dengan tiga nama, misalnya saya: ketika di rumah dipanggil sebagai “mas”, di gereja di panggil sebagai “romo”, ketika mengajar di kampus kerap dipanggil sebagai “bapak.” 

Lebih lanjut, seperti yang saya tulis dalam buku “XXX-Family Way” (Kanisius), adapun tiga ajakan dasar pada HR Tritunggal, yakni:

1. TRImalah dalam iman: 
Gereja mengimani bahwa Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: "Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel 1155: DS 421). Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530). "Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K.Lateran IV 1215: DS 804). Disinilah, bukankah tepat jika dikatakan: Tuhan itu Maha Sempurna dan Mahabesar, sedangkan manusia itu kecil dan sangat terbatas, baik panca indera maupun pikirannya. Berangkat dari pernyataan inilah, manusia dengan segala keterbatasannya sangat sulit untuk mengerti misteri Allah yang sesungguhnya kecuali dalam mata iman. 

2. BerganTUNGlah pada Tuhan: 
Ada sebuah kisah tentang pelindung kota Milano, Santo Agustinus yang mengajak kita belajar bergantung pada Tuhan. Begini cerita populernya: Ketika Agustinus sedang berjalan-jalan di pantai dan mencoba memikirkan Allah Tritunggal yang tak bisa dimengerti ini, ia melihat anak kecil yang bemain air di pantai. Agustinus mendekati anak itu dan bertanya: " Sedang apa kau di sini ?" Anak itu menjawab: "Saya ingin memasukkan seluruh air lautan ini dalam botol". Agustinus tertawa mendengar jawaban anak itu, katanya: "Bodoh benar kau ini, mana mungkin seluruh air lautan ini bisa kau masukkan dalam botol.” Anak itu menjawab balik: "Sama seperti kau juga, mana mungkin bisa memasukkan Allah dalam otak manusia yang juga sebesar botol ini.¨ Setelah berkata, anak itu langsung menghilang. Agustinus terkejut dan sekaligus sadar akan kebodohannya. Betapa benar kata-kata anak dalam penglihatannya itu. Ia ibarat anak kecil yang ingin memasukkan seluruh air lautan ini ke dalam botol, yang lupa bahwa hidupnya sesunggunya terbatas dan tergantung pada kerahiman Tuhan semata.

3. TangGALkanlah kegelapan: 
Dalam Katekismus 234, dikatakan bahwa: “Misteri Tritunggal adalah rahasia sentral iman dan kehidupan Kristen.” Disinilah bisa dikatakan bahwa merayakan Tritunggal berarti merayakan dan menyatakan misteri kasih Allah yang Esa demi keselamatan kita: Karya keselamatan yang direncanakan oleh Allah Bapa dilaksanakan oleh Allah Putera dan diteruskan oleh Allah Roh Kudus (bdk. Rm 5:1-5). Ketiga pribadi Tritunggal mewahyukan Diri masing-masing dalam tugas yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan karena ketiganya merupakan satu-kesatuan yang sempurna sehingga keesaan Allah tidak berubah. Karena Allah telah begitu baik maka kita juga diajak untuk hidup secara kudus dan menanggalkan kegelapan, seperti kata-kata Paulus: “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang!” 

“Ada pepaya ada buaya - Aku percaya akan Allah Tritunggal yg penuh daya.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar