Ads 468x60px

Rabu 12 Juni 2013

“Ubi concordia, ibi victoria” 

Pekan Biasa X
2 Kor 3:4-11; Mzm 99:5,6,7,8,9; Mat 5:17-19

“Ubi concordia, ibi victoria - Di mana ada keselarasan, di sana ada kemenangan.” 
Yesus hari ini menampilkan dirinya sebagai penyelaras pelbagai hokum: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.Demikian pula, Yesus tidak pernah menyingkirkan atau meniadakan kita tetapi justru menyempurnakan hidup kita bukan?

Adapun tiga sikap dasar yang bisa kita petik dari Yesus, al:

1.Caritas:
Cinta kasih adalah dasar dari semua kata dan warta Yesus. Ya, cinta vertikal kepada Allah juga horizontal kepada sesama seharusnya menjadi dasar dari segala aturan dan hukum yg sebenarnya berarti baik, yakni “Hadir Untuk Kesejahteraan Umat Manusia.” Bukankah jika tanpa didasari cinta yang tulus akan Tuhan dan sesama, hukum sangat bisa disalahgunakan dan dijadikan ajang kemunafikan serta instrument pembenaran diri? Bukankah kalau tidak didasari cinta kasih, wajar jika ada saudara/i yang dianggap melakukan kesalahan, kita lebih mudah menyingkiri dan menyingkirkannya? Bahkan ketika jelas bahwa sebenarnya orang tersebut tidak salah, kita masih terus mencari-cari kesalahannya sehingga ia semakin tersingkir bukan? 

2.Unitas:
Semangat persatuan adalah pendorong dari semua pelaksanaan hukum, tentunya dengan tetap menghargai keanekaragaman karakter dan parameter setiap pribadi (“unitas in diversitas-bhineka tunggal ika-bersatu dalam perbedaan”). Hal ini berangkat dari sebuah kesadaran iman bahwa Yesus sendiri bersatu dengan BapaNya dan pergulatan hidup semua orang di sekitarnya. Ia mengerti “bahasa”: suka duka masyarakatnya dan selalu menginginkan persatuan dan bukan perpecahan maka Ia tidak begitu saja menghapuskan hukum Taurat dan peran para nabi tapi menggenapi dan menyelaraskannya dengan kehadiranNya yang benar-benar mempersatukan. Ia sekaligus mengajak kita mengingat bahwa kita semua adalah saudara (se-udara), satu dalam bumi yang sama dan satu dalam Tuhan yang sama. Bukankah dengan semangat persatuan, maka salah satu tujuan hukum yang adalah menciptakan kosmos/keteraturan dan bukan chaos/kekacauan semakin lebih mudah tercapai? 

3.Libertas:
Kebebasan sebagai anak-anak Allah adalah buah dan tujuan dari pelbagai pelaksanaan hukum taurat, karena hukum jelasnya ada untuk manusia, bukan manusia untuk hukum. Disinilah, Yesus sungguh menjadi Tuhan yang humanis (terbukakan pada aspek pastoralis/penggembalaan yang manusiawi) bukan sekedar legalis (terbutakan melulu pada aspek yuridis/hukum belaka). Bukankah benar pepatah latin yang berkata, “salus animarum suprema lex – hukum yang tertinggi adalah keselamatan jiwa, jadi yang penting adalah manusianya bukam sekedar hukumnya. Manusia menjadi subyek hukum yang jelas-jelas memerdekakan. Oleh karena itu, marilah kita meneruskan penggenapan ajaran Yesus melalui semua perbuatan baik yang benar-benar memerdekakan dengan “HIK-Hidangan Istimewa Katolik” setiap harinya yakni: Harapan, Iman dan Kasih.

“Kalkuta kota sukacita - Kalikanlah kuatnya rasa cinta
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar