“Fortiter In Re!”
Imamat 25:1.8-17, Matius 14:1-12
“Fortiter In Re - Tegas dalam prinsip!” Seorang ahli seni instalasi, Arahmaiani pernah tegas-cerdas membacakan penggalan puisi di Dusun Ampel, Merapi: “waktu kecil aku ditanya apa cita-citaku/aku jawab, aku ingin menjadi nabi/tapi bapakku marah/katanya/anak perempuan boleh menjadi apa saja/tapi tidak untuk menjadi nabi/sebab nabi hanya untuk para laki-laki….
Hari ini, bersama dengan Yohanes Pembaptis yang dipenggal kepalanya karena suara kenabiannya yang tegas pada prinsip, kita semua termasuk perempuan juga dipanggil menjadi nabi (Ibr: naba, kabar/warta/ berita/sabda), seorang yang mendapat kabar/berita/sabda ilahi (messenger/prophet, pembawa berita). Para nabi sendiri berasal dari pelbagai macam latar belakang: Dari kalangan bangsawan: Yesaya. Ada yang menjadi Raja: Daud. Ada yang berasal dari rakyat jelata seperti Yehezkiel Ada yang berintelektual tinggi seperti Daniel. Ada yang masih kecil, Samuel. Ada juga yang masih muda, Yeremia. Ada juga yang sudah berusia tua, Zakaria. Ada yang gagap, seperti Musa. Ada yang kaya, seperti Ayub. Ada yang miskin, seperti Yunus. Ada juga Amos yang seorang penggembala dan Natan yang tinggal di istana raja. Apapun latar belakang kita, Tuhan memanggil kita sebagai nabi.
Imamat 25:1.8-17, Matius 14:1-12
“Fortiter In Re - Tegas dalam prinsip!” Seorang ahli seni instalasi, Arahmaiani pernah tegas-cerdas membacakan penggalan puisi di Dusun Ampel, Merapi: “waktu kecil aku ditanya apa cita-citaku/aku jawab, aku ingin menjadi nabi/tapi bapakku marah/katanya/anak perempuan boleh menjadi apa saja/tapi tidak untuk menjadi nabi/sebab nabi hanya untuk para laki-laki….
Hari ini, bersama dengan Yohanes Pembaptis yang dipenggal kepalanya karena suara kenabiannya yang tegas pada prinsip, kita semua termasuk perempuan juga dipanggil menjadi nabi (Ibr: naba, kabar/warta/ berita/sabda), seorang yang mendapat kabar/berita/sabda ilahi (messenger/prophet, pembawa berita). Para nabi sendiri berasal dari pelbagai macam latar belakang: Dari kalangan bangsawan: Yesaya. Ada yang menjadi Raja: Daud. Ada yang berasal dari rakyat jelata seperti Yehezkiel Ada yang berintelektual tinggi seperti Daniel. Ada yang masih kecil, Samuel. Ada juga yang masih muda, Yeremia. Ada juga yang sudah berusia tua, Zakaria. Ada yang gagap, seperti Musa. Ada yang kaya, seperti Ayub. Ada yang miskin, seperti Yunus. Ada juga Amos yang seorang penggembala dan Natan yang tinggal di istana raja. Apapun latar belakang kita, Tuhan memanggil kita sebagai nabi.
Mengacu pada buku saya, “BBM” (Kanisius), ada 4 sifat dasar nabi, al:
a. Nampakkan Tuhan:
Yoel, nampakkan Tuhan yang penuh Roh Kudus.
Ayub, nampakkan Tuhan yang menguji.
Yunus, nampakkan Tuhan yang sabar.
Amos, nampakkan Tuhan yang penuh cinta akan keadilan.
Hosea, nampakkan Tuhan yang setia.
Obaja, nampakkan Tuhan yang marah.
Mikha, nampakkan Tuhan yang cinta terhadap orang miskin.
Zefanya, nampakkan Tuhan yang murka. Ada juga Natan yang berani. Salomo yang bijak. Dan ada juga Daud, yang mempunyai kuasa suara merdu, kecerdasan akal, mengerti bahasa burung dan bisa melembutkan besi serta suaranya pernah membuat 400 orang langsung meninggal dunia. Seperti Yohanes Pembaptis dkk yang nampakkan Tuhan yang mencintai kebenaran: “bertobatlah, luruskanlah jalan untuk Tuhan, kerajaan Allah sudah dekat” apakah kita juga sudah menampakkan wajah Tuhan lewat kata kata dan tindakan nyata kepada setiap orang yang kita jumpai?
b. Arahkan Tujuan:
Setiap nabi punya visi bagi Kerajaan Allah. Musa mengarahkan diri ke Gn. Sinai untuk mendapatkan 10 Perintah Allah, Yunus tegas memperingati orang Niniwe, Natan tegas menegur raja, Amos juga berani menegur pemerintah. Seperti Yohanes Pembaptis yang setia arahkan tujuan dengan berani menegur Herodes, sudahkah kita tegas “on track” mengarahkan tujuan hanya kepada Tuhan?
c. Binasakan Setan:
Saya yakin kalau hidup doa kita kuat, maka setan menjadi takut dan terbinasakan. Nabi Daniel, berdoa pagi hari, tengah hari dan sore hari. Nabi Daud berkata: "tujuh kali sehari aku memuji Engkau" (Mazmur 119:164). Seperti Yohanes Pembaptis yang setia mendekati Tuhan dan menjauhi setan dengan hidup asketis dan bermatiraga di Padang Gurun, apakah kita juga berani bermatiraga dengan hidup sederhana dan setia mendekat pada Tuhan?
D. Ikuti Jalan Iman:
Nabi Modern, Edith Stein, yang tadinya seorang atheis akhirnya menjadi seorang Katolik yang beriman bahkan sampai menjadi seorang martir karena cintanya untuk ikuti jalan iman kepada Kristus. Yunus mesti masuk ikan paus, Ayub ditinggal mati keluarganya, Yeremia dipenjara, Yesaya digergaji dan hari ini Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya di atas tilam. Dalam Katekismus Gereja Katolik, bab II (Misteri Masa Kecil dan
Kehidupan Yesus yang Tersembunyi), nomor 523, dikatakan bahwa, “Yohanes Pembaptis adalah perintis Tuhan yang langsung; ia diutus untuk menyiapkan jalan bagi-Nya. Sebagai "nabi Allah yang mahatinggi" (Luk 1:76) Ia menonjol di antara semua nabi. Ia adalah yang terakhir dari mereka dan sejak itu Kerajaan Allah diberitakan. Ia sudah bersorak gembira dalam rahim ibunya mengenai kedatangan Kristus dan mendapat kegembiraannya sebagai "sahabat mempelai" (Yoh 3:29), yang ia lukiskan sebagai "Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia" (Yoh 1:29). Ia mendahului Yesus "dalam roh dan kuasa Elia" (Luk 1:17) dan memberikan kesaksian untuk Dia melalui khotbahnya, pembaptisan pertobatan, dan akhirnya melalui mati syahidnya.” Yang pasti, Yohanes Pembaptis setia ikuti jalan iman untuk Tuhan yang dikasihinya, karena 'di dalam kasih tidak ada ketakutan dan kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan.
“Cari baju di Pangandaran - Mari maju membela kebenaran."
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar