“Servite in
humilitate!”
1 Tes 1:2b-5.8b-10 ; Mat 23:13-22
“Servite in humilitate – Layanilah dengan penuh kerendahan hati”. Inilah semangat dasar sebagai obat untuk melawan “kesombongan rohani” yang dikecam Yesus hari ini: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik.” (“Munafik”: MUlutnya pedas, NAlurinya iri, FIkirannya positif).
Mengacu pada nasehat Paulus terhadap jemaat di Tesalonika pada bacaan I: "Saudara-saudara, kami selalu mengenangkan kalian dalam doa-doa kami. Sebab kami selalu teringat akan amal imanmu, akan usaha kasihmu dan ketekunan harapanmu di hadapan Allah dan Bapa kita," selain saling mendoakan, terdapatlah tiga sikap dasar yang bisa kita lakukan untuk menghindari “kesombongan rohani” dan mencapai pelayanan yang penuh kerendahan hati, al:
1 Tes 1:2b-5.8b-10 ; Mat 23:13-22
“Servite in humilitate – Layanilah dengan penuh kerendahan hati”. Inilah semangat dasar sebagai obat untuk melawan “kesombongan rohani” yang dikecam Yesus hari ini: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik.” (“Munafik”: MUlutnya pedas, NAlurinya iri, FIkirannya positif).
Mengacu pada nasehat Paulus terhadap jemaat di Tesalonika pada bacaan I: "Saudara-saudara, kami selalu mengenangkan kalian dalam doa-doa kami. Sebab kami selalu teringat akan amal imanmu, akan usaha kasihmu dan ketekunan harapanmu di hadapan Allah dan Bapa kita," selain saling mendoakan, terdapatlah tiga sikap dasar yang bisa kita lakukan untuk menghindari “kesombongan rohani” dan mencapai pelayanan yang penuh kerendahan hati, al:
1. Iman yang diamalkan:
Inilah sebuah upaya “meng-horisontal-kan” Kerajaan Allah karena iman mesti diamalkan dengan pewartaan nyata lewat tingkah laku kita setiap harinya, sehingga hidup kita sungguh menjadi seperti apa yang disebut dalam ensiklik pertama Paus Fransiskus, yakni “Lumen Fidei” (Cahaya Iman).
2. Kasih yang diusahakan:
Kita diajak untuk selalu berusaha memiliki nada dasar c, yakni cinta kasih. Walau kita kadang disakiti, terluka atau dikecewakan oleh sesama, kita tetap diajak untuk selalu mengusahakan kasih (“Karena Allah Slalu Ingin Hadir”). Tentunya, semua hal ini didasari oleh keyakinan pokok seperti judul ensiklik pertama Paus Emeritus Benediktus XVI, “Deus Caritas Est” bahwa Allah adalah kasih, sehingga hidup kita tidak menjadi batu sandungan tapi malahan bisa menjadi berkat bagi semuanya.
3. Pengharapan yang ditekuni:
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan di waktu yang akan datang. Dkl: Kita diajak untuk terus menekuni harapan, karena harapan berarti impian dan itu berarti pekerjaan. Tentunya, bukan "harapan palsu", karena kita bertekun dalam pengharapan akan Tuhan yang setia menepati janjiNya: "Spes salvi facti sumus"—kita diselamatkan dalam pengharapan, bukan? Jelasnya, seseorang yang memiliki harapan akan hidup dengan cara yang berbeda. Seseorang yang memiliki harapan sekaligus dianugerahi hadiah hidup baru.”
“Cari sepatu di kompleks Kopassus - Mari bersatu dalam nama Yesus.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar