Ads 468x60px

Tata Perayaan Ekaristi Sakramen Perkawinan

A. RITUS PEMBUKA
Berdiri

1. Upacara Penyambutan di Depan Gereja
(Kedua calon mempelai - pria di sebelah kiri, wanita di sebelah kanan -dan seluruh pengiring siap di pintu Gereja. Imam dan Putra Altar menyambut calon mempelai di depan pintu Gereja dan kemudian memberi salam).
Imam : Sudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan, selamat datang di gereja ini dan selamat berbahagia. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus beserta kita.
Umat : Sekarang dan selama-lamanya.

Imam : Semoga kalian berdua diberkati oleh Allah, diterangi dengan sinar-Nya serta disucikan oleh Roh Kudus agar pantas mengikuti perayaan ini. Marilah kita bersama-sama menghadap Allah sebagai sumber segala cinta untuk memohon berkat-Nya bagi kedua calon mempelai ini.
(Imam memerciki kedua calon mempelai dengan air suci)

W.Kel : Romo yang kami hormati, atas nama Keluarga Bapak/Ibu ................. dan ..................... , yang ingin saling menerimakan Sakramen Perkawinan. Kami mohon agar pernikahan mereka diberkati Tuhan, dengan perantaraan Romo dan disaksikan oleh para saksi serta didukung oleh doa restu saudara-saudari dan umat yang hadir di sini. Semoga Romo berkenan untuk meresmikan dan meneguhkan perkawinan mereka menurut ajaran dan tata cara Gereja Katolik.

Imam : Terima kasih kepada Bapak Ibu yang telah mempercayakan putera-puterinya kepada Gereja agar pernikahan mereka diberkati oleh Tuhan. Dengan senang hati, saya atas nama Gereja, menerima Hastuti dan Ignatius, dan memenuhi permintaan Saudara untuk memberkati dan meneguhkan pernikahan mereka menurut tata cara iman dan ajaran Gereja Katolik. Marilah kita bersama-sama masuk rumah Bapa, sumber segala cinta untuk memohon berkatNya.



2. Perarakan ke Depan Altar
(Mempelai mengikuti imam masuk ke dalam Gereja dengan urutan: putra altar, kedua mempelai –Hastuti kanan dan Ignatius kiri-, orang tua dari kedua mempelai, para saksi, keluarga lainnya, dan Lektor serta Imam dengan diiringi lagu “Berserah Setia”).
Berserah Setia
Berbahagia, bergembira, tiba saatnya berserah setia
Berbahagia, bergembira, cinta bersinar bagai cahaya
Lajulah bahtera hidupku, mercusuarlah tujuanmu
Berbahagia, bergembira, dua sejoli berseri-seri
Berbahagia, bergembira, Sehidup semati kuberjanji
Kayuhlah bahtera hidupmu, mercusuarlah tujuanmu

3. Tanda Salib
(Imam dan umat menandai diri dengan TANDA SALIB sambil berkata
Imam : † Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
Umat : Amin.

4. Salam
(Sambil membuka tangan, imam menyampaikan SALAM kepada umat)
Imam : Tuhan sertamu
Umat : Dan sertamu juga
Berlutut

5. Pengantar:
(Imam MENGARAHKAN umat kepada inti Misteri yang dirayakan )

Imam :Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, saudara kita Hastuti dan Ignatius Kantus akan saling meneguhkan janji kesetiaan mereka di hadapan Allah dan kita semua. Dalam Perayaan Ekaristi ini, marilah kita memohon kepada Allah, sumber kasih yang sejati, agar berkenan memberkati kedua calon mempelai. Dan dengan penuh rasa syukur atas segala anugerah yang telah kita terima dan dengan kesadaran akan keterbatasan dan kelemahan kita untuk dapat terus bertekun, bertumbuh dalam iman, harapan dan kasih.

6. Tobat : Saudara-Saudari, marilah kita menyesali dan mengakui bahwa kita telah berdosa, supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.
.....Hening sejenak......

7. Pernyataan Tobat :
(Imam mengajak umat untuk menyesali dan mengakui dosa dengan kata-kata berikut)
Imam dan Umat :
Saya mengaku,
kepada Allah yang mahakuasa
dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya telah berdosa
dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian
(baris berikut diucapkan sambil menepuk dada)
Saya berdosa, saya sungguh berdosa.
oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria
kepada para malaikat dan orang kudus
dan kepada Saudara sekalian,
supaya mendoakan saya kepada Allah Tuhan kita.
Imam : Semoga Allah yang Mahakuasa mengasihi kita, mengampuni dosa kita, dan menghantar kita ke hidup yang kekal
Umat : Amin

8. Tuhan Kasihanilah Kami (MB. No. 182)

9. Madah Kemuliaan (MB. No. 197)
Berdiri
10. Doa Pembuka
(Tangan imam terkatup)
Imam : Marilah berdoa, ...........................Hening berdoa dalam hati.......
Allah pencipta dan penebus kami, Engkau menghendaki agar pria dan wanita membangun keluarga yang bahagia. Engkau memanggil pria dan wanita untuk menjadi satu daging. Engkau pun telah menguduskan cinta kasih suami istri serta mengangkat pernikahan menjadi lambang persatuan Kristus dengan GerejaNya. Semoga kedua calon mempelai ini semakin menyadari kesucian hidup berkeluarga dan berusaha menghayatinya dalam suka maupun duka. Berkatilah mereka yang telah Engkau pertemukan dalam cinta kasih-Mu, teguhkanlah usaha mereka untuk saling mencintai dan setia, serta bimbinglah jalan hidup mereka sesuai dengan kehendak-Mu. Demi Yesus Kristus Putera-Mu dan Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus kini dan sepanjang masa.
Umat : Amin



B. LITURGI SABDA
Duduk

1. Bacaan I
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus Kepada Jemaat di Korintus (I Korintus 12:31 –13:8a)
Saudara-saudaraku, berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi. Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.

Imam : Demikianlan Sabda Tuhan.
Umat : Syukur kepada Allah.
(Umat hening sejenak untuk meresapkan Sabda Allah)

2. Lagu antar bacaan (“Madah Kasih” MB. No. 66)

Berdiri

3. Bait Pengantar Injil :
(Seluruh umat berdiri sebagai ungkapan hormat pada Sabda Tuhan)
Refren : Alleuya….Alleluya
Ayat : Jika kita saling mengasihi Allah tinggal dalam kita dan cinta Allah bagi kita jadilah sempurna.

4. Bacaan Injil Suci (Yoh 2:1-11)
(Imam berdoa dalam hati sebagai berikut )
Imam : Sucikanlah hati dan budiku, Ya Allah mahakuasa supaya aku dapat mewartakan Injil dengan baik

(Tangan Imam Terkatup)
Imam : Tuhan sertamu.
Umat : Dan sertamu juga.
(Sambil membuat tanda salib dengan ibu jari pada Kitab Injil, Imam berkata/bernyanyi)
Imam : Inilah Injil Tuhan kita Yesus Kristus, menurut Santo Yohanes.
Umat : Dimuliakanlah Tuhan
Pada hari ketiga ada pernikahan di Kana yang di Galilea dan ibu Yesus ada di situ, Yesus dan muridNya diundang juga ke pernikahan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, Ibu Yesus berkata kepadaNya : “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya : “Mau apa Engkau dariku, Ibu? Saatku belum tiba.” Tetapi Ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan : “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya ada tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu : ”Isilah tempayan-tempayan itu dengan air.” Dan merekapun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka, “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu merekapun membawanya. Setelah itu pemimpin pesta itu mengecap air yang telah menjadi anggur itu dan tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan itu mengetahuinya. Ia memanggil mempelai laki-laki dan berkata kepadanya, “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” Hal itu dibuat Yesus di Kanna di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya.
(Setelah pembacaan Injil selesai, imam menyerukan/menyanyikan aklamasi)
Imam : Berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Umat : SabdaMu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami
(Umat hening sejenak untuk meresapkan Sabda Allah Sesudah itu imam mengecup Kitab Injil sambil berkata )

Imam : Semoga karena pewartaan Injil ini dileburkan dosa-dosa kita
Umat Duduk

5. Homili oleh Imam (Terlampir)

6. Upacara Sakramen Perkawinan
Setelah homili imam dan koor menyanyikan lagu “Berkatilah” sebagai pengiring pemberkatan nikah. Setelah lagu selesai imam mengajak umat untuk mendukung upacara pemberkatan

Berkatilah
Bapa yang di surga kami berdua
Bersujud di depanMu, di altar mulia
Saling mengucap kata berserah setia
Ingin hidup berdua dengan penuh cinta
Smoga Engkau berkati niat suci ini
Padu menjadi satu di dalam tanganMu
Bapa yang di surga bimbinglah kami
Agar cinta yang suci kekal dan abadi
Berkatilah mereka semoga bahagia
Tiada hari berlalu tanpa kasih mesra
Terima kasih bapa atas karuniaMu

7.a. Mempelai dan Saksi Menempati Tempat yang Disediakan
Imam : Hastuti dan Ignatius yang berbahagia kedatangan kalian di sini bermaksud saling menerima Sakramen Perkawinan di hadapan Allah, Imam, keluarga dan umat beriman. Kristus memberkati dan meneguhkan kalian berdua agar saling mencintai dengan setia dan saling menunaikan tanggung jawab sebagai suami istri. Saya persilahkan anda berdua untuk menyatakan keinginan anda
.................dan ................... :Romo yang kami hormati, sesuai dengan rencana Tuhan, kami berdua bertekat, bersatu hati dengan niat yang kuat untuk membangun rumah tangga. Kami mohon kesediaan Romo untuk meresmikan hubungan kami sebagai suami istri yang sah menurut tata cara Gereja Katolik serta mengukuhkan niat kami dengan Sakramen Pernikahan.

7.b. Imam bertanya kepada para saksi
Imam : Saudara sekalian yang hadir di sini, sebelum perkawinan ini diresmikan perkenankan saya menanyakan sesuatu kepada saksi:
Para saksi yang terhormat, menurut saudara-saudara adakah sesuatu yang menghalangi perkawinan ini menurut tata cara Gereja Katolik?
Saksi : Sejauh pengamatan dan pengetahuan kami, tidak ada halangan untuk sahnya perkawinan ini menurut tata cara Gereja Katolik. Maka kami mendukung kedua mempelai ini.
Imam : Terima kasih. Mempelai berdua yang berbahagia, setelah diadakan penyelidikkan seperlunya serta didukung pernyataan para saksi saya selaku pejabat Gereja meluluskan permohonan kalian.

7.c. Pernyataan Kesediaan
Imam :Untuk merestui peneguhan kedua mempelai, saudara sekalian kami persilahkan berdiri. Saudara sekalian, sebelum perkawinan ini diresmikan perkenankanlah saya menanyakan dihadapan anda sekalian, keikhlasan kedua mempelai.

7.c.1. Pertanyaan diajukan kepada mempelai Pria:
Imam : Saudara ............. , apakah Engkau meresmikan pernikahan ini sungguh dengan iklas hati?
MP: Ya, dengan iklas hati.
Imam : Bersediakah Engkau menjadi suami ................ sepanjang hidupmu?
MP : Ya, saya bersedia.
Imam : Bersediakah Engkau mengasihi dan menghormati istrimu selama hidupmu?
MP : Ya, saya bersedia.
Imam : Bersediakah Engkau menjadi Bapak yang Kristiani bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepadamu?
MP : Ya, saya bersedia.

7.c.2. Kemudian Imam bertanya kepada mempelai wanita
Imam : Saudari ......................, apakah Engkau meresmikan pernikahan ini sungguh dengan iklas hati?
MW: Ya, dengan iklas hati.
Imam : Bersediakah Engkau menjadi istri ....................., sepanjang hidupmu?
MW: Ya, saya bersedia.
Imam : Bersediakah Engkau mengasihi dan menghormati suamimu selama hidupmu?
MW: Ya, saya bersedia.
Imam : Bersediakah Engkau menjadi ibu yang Kristiani bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepadamu?
MW : Ya, saya bersedia.

7.d. Janji Perkawinan
Imam : Saudara sekalian, tibalah saatnya sekarang untuk meresmikan dan memberkati pernikahan Yohana Hastuti dan Ignatius Kantus. Saya persilahkan calon mempelai menumpangkan tangan di atas Injil dan bergantian mengucapkan janji.

(Para hadirin saya persilahkan berdiri untuk ikut serta menyaksikan dan memberikan semangat atas janji setia mereka masing-masing yang akan diucapkan demi Allah dan Injil Suci. Tangan mempelai diletakan di atas Kitab Suci)

MP : Di hadapan Allah, imam, dan para saksi, saya menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa mulai saat ini ................yang hadir di sini menjadi istri saya yang sah. Saya berjanji akan selalu setia padanya dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, dalam keadaan sehat ataupun sakit. Saya akan mencintai serta menghormatinya sepanjang hidup. Demikian janji saya demi Allah dan Injil Suci.

MW: Di hadapan Allah, imam, dan para saksi, saya menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa mulai saat ini MP yang hadir di sini menjadi suami saya yang sah. Saya berjanji akan selalu setia padanya dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, dalam keadaan sehat ataupun sakit. Saya akan mencintai serta menghormatinya sepanjang hidup. Demikian janji saya demi Allah dan Injil Suci.

7.e. Peneguhan oleh Gereja
Imam : Atas nama Gereja, di hadapan para saksi serta hadirin sekalian, dengan ini saya menegaskan bahwa pernikahan yang telah diresmikan ini adalah pernikahan Katolik yang sah. Demikian mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Oleh karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah….
Umat : Jangan diceraikan oleh manusia.

7. f. Doa Bagi Mempelai Berdua
Imam : Saudara-saudara terkasih, marilah kita berdoa dengan rendah hati supaya Tuhan rela mencurahkan berkat dan rahmat-Nya atas kedua mempelai yang telah menikah dalam Kristus ini. Semoga mereka seumur hidup rukun dan setia merasakan berkat Tuhan.

(Setelah hening sejenak Imam merentangkan kedua tangan di atas kepala mempelai berdua; dan kedua mempelai berlutut.)

Imam: Bapa yang Maha Kudus, Engkau menciptakan manusia menurut citraMu. Engkau memilih ikatan cinta kasih suami istri guna melambangkan kasih sejati antara Kristus dan GerejaMu dalam Sakramen Pernikahan. Oleh karena itu, kami mohon ulurkanlah tanganMu dengan rela atas keluarga baru ini. Berkatilah mereka dalam nama-Mu yang suci. Semoga mereka saling menyalurkan anugerah cintaMu dan saling menandakan kehadiranMu dalam kerukunan yang akrab lagi mesra. Semoga merekapun mampu membangun rumah tangga bahagia serta mampu mendidik anak-anak menurut Injil Kristus.

Bapa, pandanglah dengan rela mempelai wanita, semoga rahmat cinta kasih, damai sejahtera tinggal dalam hatinya. Semoga ia menjadi istri yang setia dan menjadi ibu anak-anak yang baik dalam menghiasi diri guna menciptakan suasana akrab dan betah dalam rumah tangga yang penuh dengan keramahan dan kemesraan.
Bapa, berkatilah mempelai pria, semoga rahmat kebijaksanaan senantiasa menyertainya. Semoga ia menjadi suami yang setia dan menjadi ayah anak-anak yang bijaksana, penuh tanggung jawab dalam memimpin keluarga.

Bapa yang penuh kasih sayang, semoga Hastuti dan Ignatius , tetap berpegang teguh pada iman dan perintah-perintahMu, serta pada janji setia yang mereka ucapkan dalam pernikahan ini. Semoga mereka bersatu sebagai suami istri dan bapak ibu yang bahagia. Kuatkanlah mereka dalam semangat Injil, sehingga mereka berani dengan tabah menjadi saksi Kristus bagi semua orang, dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, semoga mereka berbahagia dapat melihat anak cucu mereka kelak boleh memasuki hidup bahagia abadi dalam keluarga Kerajaan Surga. Doa ini kami panjatkan kepadaMu ya Bapa demi pengantaraan Kristus Tuhan dan juru selamat kami kini dan selama-lamanya.
Umat: Amin.

7.g. Pemberkatan Cincin
(Kedua mempelai berdiri dan saksi menyerahkan cincin kepada Imam untuk diberkati dengna pecikan air suci; koor menyanyikan lagu “Cincin Kami”)
Cincin Kami
Cincin tanda cinta kasih sejati, tlah melingkar di jemari
Cincin tanda cinta kasih sejati, tlah mengikat dua hati
Di hadapan altar yang suci ini, kita saling serah diri
Di hadapan altar suci ini, cinta kita kan abadi
Badai dan taufan kan menghadang, namun cinta kita takkan goyang
Tuhan memberi jalan serta cahayaNya mengarungi samudera cinta
Tuhan bimbinglah kami berdua, berlayar dalam bahtera
Tuhan bimbinglah kami berdua hidup seturut sabdaMu
Badai serta taufan kan menghadang, namun cinta kita takkan goyang
Tuhan beri kami kasih cinta, spanjang jalan hidup kami

(Imam memberkati cincin yang telah disediakan)
Imam: Ya Bapa, kami mohon berkatilah † sepasang cincin perkawinan ini yang merupakan lambang kesetiaan dan cinta Kristus dengan GerejaNya. Semoga cincin ini selalu mengingatkan janji mereka di hari bahagia ini, dan kedua mempelai yang mengenakannya tetap bersatu dalam kesetiaan seperti Engkaupun tetap setia pada kami, dan semoga mereka saling mencintai dan menghormati, serta hidup dalam damai seturut kehendakMu. Demi Kristus Pengantara kami
Umat : Amin
(Imam memerciki cincin dengan air suci, kemudian menyerahkan kepada mempelai pria)
Imam : (Sambil menyerahkan cincin kepada Ignatius)
Ignatius , kenakanlah cincin ini pada jari manis istrimu sebagai lambang cinta dan kesetiaanmu
Ignatius : (Sambil mengenakan cincin ke jari manis Hastuti) Kenakanlah cincin ini sebagai lambang kesetiaan dan cinta kasihku padamu.
Imam : (Sambil menyerahkan cincin kepada Hastuti)
Hastuti, kenakanlah cincin pada jari manis suamimu sebagai lambang cinta dan kesetiaanmu.
Hastuti : (Sambil mengenakan cincin ke jari manis Ignatius)
Kenakanlah cincin ini sebagai lambang kesetiaan dan cinta kasihku padamu.
Imam: Semoga ikatan cinta kasih kalian berdua yang diresmikan dalam perayaan ini menjadi sumber kebahagiaan sejati.

7.h. Pemberkatan dan Penyerahan Kitab Suci, Salib dan Rosario
(Orang tua mempelai putri maju ke depan untuk menyerahkan Salib, Kitab Suci dan Rosario kepada imam untuk mohon berkat khusus).

Imam: Tuhan Yang Mahakasih, berkatilah † Kitab Suci, salib, dan rosario ini agar Salib ini selalu menjadi tanda kekuatan dan kehadiranMu di tengah keluarga mereka dan Kitab Suci ini selalu menjadi inspirasi bagi hidup keluarga mereka. Dan rosario ini semoga juga menjadi tanda kehadiran Bunda Maria di tengah keluarga ini dan memberi dorongan untuk berani saling berkorban satu sama lain.
Umat : Amin.
(Kedua orang tua mempelai menyerahkan Kitab Suci, Salib dan Rosario tersebut kepada kedua mempelai, sambil mengungkapkan pesan berikut ini)
OrangTua :Anak-anakku, dengan Kitab Suci ini semoga tradisi iman Kristiani yang kami wariskan kepada kalian berdua kalian teruskan kepada anak-anak kalian. Jadikanlah Kitab Suci ini sebagai inspirasi hidup kalian berdua dalam membangun keluarga dan semoga salib ini menguatkan kamu berdua dalam hidup perkawinanmu dan jadikanlah rosario ini sebagai lambang kesetiaan kalian berdua seperti Bunda Maria yang selalu setia dalam hidupnya.

7.i. Mohon Doa Restu
Imam: Ignatius dan Hastuti yang berbahagia, walaupun kalian berdua akan hidup mandiri, hormatilah selalu orang tuamu yang telah bersusah payah dan dengan penuh kasih sayang mendidik kalian sampai sekarang. Maka selain mohon berkat Tuhan bagi bekal perjalanan kalian, pada saat yang bahagia ini ungkapkanlah rasa hormat itu kepada mereka dan mohon restu atas pernikahan ini.

(Kedua mempelai menghampiri orang tua mereka untuk mohon doa restu, koor menyanyikan lagu “Di Doa Ibuku”)
Di Doa Ibuku
Di waktuku masih kecil gembira senang
Tiada duka kukenal tak kunjung mengerang
Di sore hari nan sepi Ibu ku bertelut
sujud berdoa kudengar namaku disebut
Di doa ibuku namaku disebut (2x)
Kini bidukku tlah siap kudayung sendiri
Mengarung samudera luas berjuang mandiri
Terlintas gHastuti ibuku sewaktu bertelut
Kembali sayup kudengar namaku disebut
Di doa ibuku nama ku disebut (2x)

7.j. Penandatanganan Dokumen Pernikahan
(Kedua mempelai dan kedua saksi maju untuk menandatangani surat nikah)

8. DOA UMAT
(Tangan imam terkatup dan mengajak umat untuk memanjatkan DOA UMAT)
Imam: Saudara-saudari yang terkasih, Allah telah menciptakan manusia menurut citraNya dan menghendaki agar pria dan wanita bersatu. Kedua mempelai ini telah mengikat hidup mereka di hadapan Allah dan Gereja. Maka marilah kita bantu keteguhan hati dan kesetiaan mereka dengan doa-doa kita.

Doa 1 : Bapa yang maha kasih, semoga mempelai berdua menghayati hidup perkawinan mereka dalam cinta kasih dan damai, sehingga rahmat dan kebaikan Kristus selalu bersinar dalam rumah tangga mereka. Kami mohon….
Umat : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.

Doa 2 : Bapa yang Mahakasih, semoga mereka mendasarkan hidup keluarganya atas iman, harapan dan cinta kasih, sehingga dapat menjadi teladan hidup dan mendekatkan orang lain kepadaMu. Kami mohon….
Umat : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.

Doa 3 : Bapa yang Mahakasih, semoga cinta kasih mereka diberkati dengan kurnia yang berlimpah, sehingga anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka sungguh-sungguh menggembirakan hati mereka. Kami mohon…
Umat : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.

Doa 4 : Bapa yang Mahakasih, semoga bahtera rumah tangga mereka semakin kokoh dan tak tergoyahkan oleh ketimpangan jaman, sehingga mereka mampu menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak yang Kau percayakan kepada mereka sesuai ajaran iman katolik. Kami mohon…
Umat : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.
Imam : Allah Bapa yang Mahakuasa, peliharalah saudara-saudara ini dalam rahmat dan cintaMu seumur hidup mereka dan bimbinglah mereka dalam usaha membangun keluarga bahagia dan beriman, kini dan sepanjang masa.
Umat : Amin

(Kedua mempelai bertukar tempat duduk, Ignatius di sebelah kanan, Hastuti di sebelah kiri)



C. LITURGI EKARISTI
Umat Duduk

1. PERSIAPAN PERSEMBAHAN
(Petugas persembahan membawa persembahan kepada Romo, diiringi lagu persembahan “Tiada yang Lebih Indah” MB. No.237)

Tiada yang Lebih Indah
Terurai sulur niat suci, menjadi kembang yang asri
Terurai arum harum janji, semerbak segala hari
Tiada yang lebih seimbang, tiada yang lebih indah
Selain ikhlas yang terbentang, dalam menhaturkan diri

2. Menghunjukan Persembahan
(Imam mengambil patena dengan roti di atasnya, lalu mengangkatnya sedikit sambil berkata:)
Imam :Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahanMu kami menerima roti yang kami siapkan ini. Inilah hasil dari bumi dan dari usaha manusia yang bagi kami akan menjadi roti kehidupan.
(Imam menaruh patena di atas korporale dan umat menanggapinya dengan aklamasi)
Umat : Terpujilah Allah selama-lamanya
(Kemudian imam menuangkan anggur dan sedikit air ke dalam piala sambil berkata dengan suara lembut).
Imam :Sebagaimana dilambangkan oleh percampuran air dan anggur ini, semoga kami boleh mengambil bagian dalam keallah Kristus, yang telah berkenan menjadi manusia seperti kami.
(Imam mengambil piala berisi anggur lalu mengangkatnya sedikit sambil berkata:)
Terpujilah Engkau ya Tuhan, Allah semesta alam sebab dari kemurahanMu kami menerima anggur yang kami siapkan ini. Inilah hasil dari pohon anggur dan dari usaha manusia yang bagi kami akan menjadi minuman rohani.
(Imam menaruh piala di atas korporale. Umat menanggapi dengan aklamasi)
Umat : Terpujilah Allah selama-lamanya.
(Kemudian imam membungkuk khidmat dan berdoa dengan suara lembut: )
Imam :Dengan rendah hati dan tulus kami menghadap kepadaMu ya Allah, Bapa kami. Terimalah kami dan semoga persembahan yang kami siapkan ini berkenan kepadaMu.
(Imam membasuh tangan di sisi meja altar sambil berdoa dalam hati
Ya Tuhan bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan sucikanlah aku dari dosaku.

Berdiri
Imam kembali ke tengah menghadap arah umat. Ia membuka tangan dan mengatupnya kembali sambil berkata :
Imam : Berdoalah, Saudara-saudari, supaya perkembahanku dan persembahanmu berkenan kepada Allah, Bapa yang mahakuasa.
Umat : Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
(Kemudian sambil merentangkan tangan, imam mengucapkan Doa Persembahan)
Imam : Ya Tuhan, kabulkanlah dengan rela, doa kami dan sudilah menerima persembahan yang kami hunjukkan kepadaMu untuk kedua mempelai ini. Mereka telah Kau persatukan dalam pernikahan, semoga karena perayaan Ekaristi ini mereka semakin mencintai dan mengasihi Dikau. Demi Kristus Pengantara kami.
Umat : Amin.

3. DOA SYUKUR AGUNG III
Berdiri
3.a. Prefasi
(Sambil membuka tangan, imam bernyanyi/berkata)
Imam : Tuhan sertamu
Umat : Dan sertamu juga
(Sambil mengangkat tangan, imam melanjutkan
Imam : Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan
Umat : Sudah kami arahkan
Imam : Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita
Umat : Sudah layak dan sepantasnya.
Imam : Sungguh layak dan sepantasnya
Ya Tuhan, Bapa yang kudus Allah yang kekal dan kuasa,
bahwa di mana pun juga - kami senantiasa bersyukur kepadaMu.
Sebab Engkau berkenan menciptakan manusia
dan menganugerahinya martabat yang luhur.
Persatuan mesra antara suami dan istri
mencerminkan cinta kasihMu sendiri.
Engkau menciptakan manusia untuk mengenalkan cinta,
dan Engkau mempersatukan mereka
untuk menikmati cintaMu dengan tali kesetiaan yang tak terputuskan.
Dengan demikian
misteri perkawinan menandakan kemurnian cinta insani,
yang secara mengagumkan telah Kau atur
sehingga dengan kuasaMu
dapat berkembang menjadi sebuah persekutuan
dasar iman dan tempat persemaian iman sejati.
Maka bersama para malaikat dan orang kudus
kami bermadah memuliakan Dikau
dengan tak henti-hentinya bernyanyi :
(Pada akhir prefasi imam mengatup tangan, dan bersama umat menyanyikan Kudus)
3.b. Kudus (MB. No. 253)
Umat Berlutut
(ambil merentangkan tangan, imam berkata
Imam: Sungguh kuduslah Engkau ya Bapa, segala ciptaan patut memuji Engkau. Sebab, dengan pengantaraan PutraMu dan dengan daya kekuatan Roh Kudus, Engkau menghidupkan dan menguduskan segala sesuatu. Tak henti-hentinya Engkau menghimpun umatMu, sehingga dari terbitnya matahari sampai terbenamnya di seluruh bumi dipersembahkan kurban yang murni untuk memuliakan namaMu.
(mam mengatupkan tangan. Kemudian sambil mengulurkan tangan di atas roti dan anggur, ia berkata)
Maka kami mohon ya Bapa sudilah menguduskan persembahan ini dengan RohMu
(mam mengatupkan tangan, lalu membuat tanda salib satu kali atas roti dan anggur sambil berkata
agar bagi kami menjadi Tubuh dan † Darah PutraMu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus,
(mamengatupkan tangan)
yang menghendaki kami merayakan misteri ini.
(ambil mengatupkan tangan, imam melanjutkan)
Sebab pada malam Ia dikhianati,
(Imam mengambil roti, dan sambil mengangkatnya sedikit di atas meja altar, ia melanjutkan)
Yesus mengambil roti, Ia mengucap syukur dan memuji Dikau, memecah-mecahkan roti itu, dan memberikannya kepada murid-muridNya seraya berkata :
(Imam membungkuk sedikit. Sabda Tuhan berikut hendaknya dibawakan dengan ucapan yang jelas, sesuai dengan sifatnya)
TERIMALAH DAN MAKANLAH :
INILAH TUBUHKU YANG DISERAHKAN BAGIMU
(Imam memperlihatkan hosti suci kepada umat, lalu meletakkannya kembali pada patena. Kemudian ia berlutut menyembah. Konselebran menghormatinya dengan membungkuk khidmat. Sesudah itu, sambil mengatupkan tangan, ia melanjutkan
Demikian pula, sesudah perjamuan,
(Imam mengambil piala dan sambil mengangkatnya sedikit di atas meja altar, ia melanjutkan: )
Yesus mengambil piala. Sekali lagi Ia mengucap syukur dan memuji Dikau, lalu memberikan piala itu kepada murid-muridNya seraya berkata :
(Imam membungkuk sedikit. Sabda Tuhan berikut hendaknya dibawakan dengan ucapan yang jelas, sesuai dengan sifatnya)
TERIMALAH DAN MINUMLAH
INILAH PIALA DARAHKU, DARAH PERJANJIAN
BARU DAN KEKAL YANG DITUMPAHKAN
BAGIMU DAN BAGI SEMUA ORANG DEMI
PENGAMPUNAN DOSA.
LAKUKANLAH INI
UNTUK MENGENANGKAN DAKU.

(Imam memperlihatkan piala kepada umat, lalu meletakannya di atas korporale. Kemudian ia berlutut menyembah. Konselebran mengghormatinya dengan membungkuk. Sesudah itu imam mengajak umat mengucapkan aklamasi
Imam : Marilah menyatakan misteri iman kita
Umat : Wafat Kristus kita maklumkan,
KebangkitanNya kita muliakan
KedatanganNya kita rindukan. Amin.
(Kemudian sambil merentangkan tangan, imam berkata
Imam : Bapa, kami mengenangkan sengsara PutraMu yang menyelamatkan, dan kenaikanNya ke surga. Sambil mengharapkan kedatanganNya kembali dengan penuh syukur kami mempersembahkan kepadaMu kurban yang hidup dan kudus ini. Kami mohon, pandanglah persembahan GerejaMu ini dan indahkanlah kurban yang telah mendamaikan kami dengan Dikau ini.
Kuatkanlah kami dengan Tubuh dan DarahNya, penuhilah kami dengan Roh KudusNya, agar kami sehati dan sejiwa dalam Kristus.
Semoga kami disempurnakan olehNya menjadi suatu persembahan abadi bagiMu agar kami pantas mewarisi kebahagiaan surgawi, bersama para pilihanMu, terutama bersama Santa Perawan Maria, Bunda Allah, para rasulMu yang kudus, dan para martirMu yang jaya, dan semua orang kudus yang selalu mendampingi dan menolong kami.
Ya Bapa, semoga berkat kurban yang mendamaikan ini, damai sejahtera dan keselamatan semakin dirasakan di seluruh dunia.
Kuatkanlah iman dan cinta kasih GerejaMu yang kini masih berziarah di bumi ini, bersama hambaMu, Paus kami Johanes Paulus II, Uskup kami Ignatius Suharyo, serta semua uskup, para imam, diakon serta semua pelayan umat dan seluruh umat kesayanganMu. Dengarlah doa-doa umatMu yang Engkau perkenankan berhimpun di sini. Demi kerahiman dan kasih setiaMu, ya Bapa, persatukanlah semua anakMu di manapun mereka berada.
Terimalah dengan rela ke dalam kerajaanMu : saudara-saudari kami dan semua orang yang berkenan kepadaMu, yang telah beralih dari dunia ini.
Kami berharap, agar bersama mereka kamipun menikmati kemuliaanMu selama-lamanya dengan perantaraan Kristus Tuhan kami.
Imam mengatupkan tangan
Sebab melalui Dialah Engkau melimpahkan segala yang baik kepada dunia.
(Imam mengangkat piala dan patena dengan hosti di atasnya sambil berkata:)
Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia,
dalam persekutuan dengan Roh Kudus,
bagiMu, Allah Bapa yang Mahakuasa
segala hormat dan kemuliaan sepanjang masa
Umat: Amin.

4. KOMUNI
Berdiri

5. BAPA KAMI
(Dengan tangan terkatup, imam mengajak umat menyanyikan) Doa Bapa Kami (MB. No. 144)
Imam: Atas petunjuk penyelamat kita dan menurut ajaran Illahi, maka beranilah kita bernyanyi
Umat: Bapa kami…

6. Doa Damai:
Imam: Saudara-saudara, Tuhan Yesus Kristus bersabda kepada para rasul, “Damai kutinggalkan bagimu, damaiKu Keberikan kepadamu.” Maka marilah kita mohon damai kepadaNya. Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman GerejaMu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendakMu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
Umat: Amin.
(Sambil membuka tangan imam mengucapkan SALAM DAMAI)
Imam: Damai Tuhan kita Yesus Kristus selalu beserta kita.
Umat : Sekarang dan selama-lamanya.


7. Salam Damai (dinyanyikan)
Pemecahan Roti (diiringi seruan Anak Domba Allah)
Umat Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia,
Kasihanilah kami
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia,
Kasihanilah kami
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia,
Berilah kami damai

(Imam mengambil roti besar, memecah-mecahkannya, lalu memasukan pecahan kecil ke dalam piala sambil berdoa dalam hati).
Imam : Semoga percampuran Tubuh dan Darah
Tuhan kita Yesus Kristus ini memberikan kehidupan abadi
Kepada kita semua yang menyambutnya
Duduk

8. Persiapan Komuni
(Dengan tangan terkatup, imam berdoa dalam hati. Umat mempersiapkan diri dengan sikap doa pribadi)
Imam : Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup, karena taat kepada Bapa dan dalam kuasa Roh Kudus, Engkau telah menanggung kematian untuk menghidupkan dunia. Bebaskanlah aku dari segala kejahatan dan dosa berkat Tubuh dan DarahMu yang maha kudus ini. Semoga aku selalu setia pada perintah-perintahMu, dan janganlah Engkau biarkan aku terpisah dariMu
Ya Tuhan Yesus Kristus, semoga Tubuh dan DarahMu, yang akan kusambut, melindungi dan menyehatkan jiwaku.
(Imam berlutut, mengambil roti kudus, mengangkatnya sedikit di atas patena atau piala, lalu berkata kepada seluruh umat )
Imam: Inilah Anak Domba Allah yang karena cinta kasihNya telah menghapus dosa-dosa dunia, berbahagialah kita yang diundang ke perjamuaanNya.
Umat: Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh.
(Membagi Tubuh dan Darah Kristus Imam berkata dalam hati )
Imam : Semoga Tubuh Kristus selalu melindungi aku
(Dengan Khidmat imam menyantap Tubuh Kristus. Kemudian imam mengambil piala berisi anggur dan berdoa dalam hati)
Imam : Semoga Darah Kristus selalu melindungi aku
(Dengan khidmat imam menyambut Darah Kristus. Kemudian imam mengambil patena dan piala ke kedua mempelai, dan kedua mempelai saling memberikan Tubuh dan Darah Kristus. Konselebran membawa sibori kepada umat)

9. Komuni (Koor menyanyikan lagu MB. No. 72)

10. Membersihkan Piala
(Setelah komuni selesai imam membersihkan patena dan piala sambil berdoa dalam hati)
Imam :Ya Tuhan, semoga anugerahMu yang kami sambut sungguh meresap ke dalam hati, dan memulihkan kekuatan iman kami.

11. Doa Mohon Perlindungan Bersama Keluarga Kudus
Imam : Marilah kita sekarang mohon perlindungan dari Keluarga Kudus Nazaret.
(Imam bersama kedua mempelai berarak ke arca Keluarga Kudus Nazaret, diiringi lagu: Ave Maria oleh koor/solis.)
Ignatius &Hastuti:
Ya Yesus, Maria Bunda Yesus, Bunda kami tercinta dan Santo Yosep Engkau telah mengenal kami berdua. Tengoklah kami yang datang padamu, terimalah ucapan syukur dan terima kasih kami pada hari pernikahan ini.

Hastuti:
Ibu Maria dan Santo Yosep, teladan bagi keluarga, doakanlah kami agar tahan uji dalam segala suka duka hidup perkawinan ini. Semoga kami dapat membangun rumah tangga yang sejahtera dan keluarga yang bahagia.
Ignatius :
Bunda Maria dan Santo Yosep, kami telah berjanji untuk setia satu sama lain dengan menempuh perjalanan hidup sebagai suami istri. Dampingilah dan bantulah kami tatkala bahtera kami diterpa gelombang kehidupan ini.
Ignatius & Hastuti : (berdoa)
Bapa Kami.
Salam Maria 3 X.
Kemuliaan.


13. DOA SESUDAH KOMUNI
Imam: Marilah berdoa, Hening...............
Allah Bapa kami, syukur atas Ekaristi kudus yang kami rayakan ini. Semoga Ekaristi kudus yang menjadi pernyataan cintaMu kepada kami, memampukan juga kedua mempelai Hastuti dan Ignatius dan kami semua yang hadir di sini untuk membagikan cinta kami kepada sesama kami. Kedua mempelai ini telah Kau satukan dalam ikatan suci, semoga mereka selalu setia kepadaMu dan selalu memberi kesaksian iman bagi sesama dengan saling mengasihi dan setia satu sama lain. Semoga kami Kau satukan kelak bersama Dikau dan seluruh orang kudus di surga, demi Kristus Tuhan kami.
Umat : Amin.


D. RITUS PENUTUP
Duduk
1. Sekedar Sambutan, Pengumuman dan Ucapan Terima Kasih
2. Berkat Meriah dan Perutusan
(Imam membuka tangan)
Imam : Tuhan sertamu
Umat : Dan sertamu juga
(Imam mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat)
Imam: Saudara-saudara, marilah kita mengakhiri perayaan Ekaristi ini dengan memohon berkat Tuhan untuk keluarga baru ini dan untuk kita semua yang hadir di sini. Semoga Tuhan Yesus yang telah bersedia menghadiri Pesta perkawinan di Kanna, melimpahkan berkatNya kepada saudara-saudara sekalian.
Umat: Amin
Imam: Semoga Tuhan menyinari hidup saudara dengan cahaya kasihNya, penuh rahmat, damai dan sejahtera
Umat: Amin
Imam: Semoga Tuhan melimpahi saudara dengan kekuatan untuk mewartakan kebangkitan dan mengharapkan kebahagian kekal.
Umat: Amin
Imam: Semoga saudara sekalian diberkati oleh Allah yang mahakuasa † Bapa, dan Putera dan Roh Kudus
Umat: Amin
Imam: Saudara sekalian dengan ini Perayaan Ekaristi dan Upacara peneguhan nikah sudah selesai, marilah kita pergi, kita diutus untuk membagi damai Kristus dalam keluarga dan sesama kita.
Umat : Syukur kepada Allah.
(Imam dan para petugas serta seluruh umat memberi hormat kepada altar. Imam dan para pelayan lalu meninggalkan ruang altar.)

3. Lagu penutup: Give Thanks
Give Thanks
Give thanks with the greatful heart,
Give thanks to The Holy one
Give thanks because He’s given Jesus Christ, His Son
And now, let the weak say I am strong
Let the poor say I am rich
Because the word of Lord has done for us Give thanks




LATAR BELAKANG TEOLOGIS, BIBLIS, LITURGIS DAN PASTORAL SAKRAMEN PERKAWINAN


I. PENDAHULUAN

Perayaan Ekaristi merupakan puncak dan pusat dari setiap sakraemn. Sakramen Perkawinan merupakan salah satu perayaan dari ketujuh sakramen lainnya yang diterima Gereja dan dirayakan bersamaan dengan Perayaan Ekaristi. Penulis memilih tema ini sebagai tema pilihan yang dibahas dalam tulisan adalah, karena antara Perayaan Sakramen Perkawinan dan Perayaan Sakramen Ekaristi memiliki keterkaitan yang sangat erat. Di mana letak keterkaitannya itu? Keterkaitan antara kedua sakramen itu terletak pada: a) Keduanya sama-sama merayakan kesetiaan. Dalam Perayaan Sakramen Ekaristi Gereja merayakan dan mengenangkan sekaligus diajak untuk setia pada kehendak Allah, seperti Kristus yang setia dan taat pada kehendak BapaNya sampai wafat di Salib. b) Pada saat kedua mempelai menyampaikan janji setia terhadap pasangannya, maka pada saat itu pula keduanya menyatakan kesetiaan seumur hidup. Janji itu diwujudkan melalui hidup bersama, saling membahagiakan, saling melayani dan rela berkorban demi pasangannya untuk seumur hidup.
Betolak dari alasan di atas itulah, penulis membahasnya dari sisi teologi, liturgi dan pastoral.


II. PANDANGAN TEOLOGIS TENTANG SAKRAMEN PERKAWINAN

A. DARI KITAB SUCI

Dalam Perjanjian Lama ada dua teks pokok yang dapat dijadikan sumber untuk memahami gagasan mengenai hubungan pria dan wanita yang tunggal dan tak terceraikan. Dua teks pokok tersebut adalah :
* Kej 1:26 30 :
Menurut perikop ini, hakekat perkawinan adalah persatuan antara seorang pria dan wanita yang diberkati oleh Allah sendiri dan diberi tugas bersama olehnya untuk meneruskan generasi manusia serta memelihara dunia. Di sinilah ditekankan tujuan prokreasi.
* Kej 2:18 25 :
Menurut perikop ini, hakekat perkawinan adalah persatuan erat antara seorang pria dan seorang wanita, atas dorongan Allah sendiri, yang mendorong suami mau meninggalkan ayah ibunya serta hidup bersatu dengan istri sedemikian erat sehingga keduanya menjadi satu manusia baru. Di sini ditekankan tujuan unitif, persatuan hubungan suami istri.
Berdasarkan dua perikop di atas, dapat digariskan arah pemikiran dasar mengenai hubungan pria dan wanita atau hidup berkeluarga :
1. Hubungan suami istri mengungkapkan sabda kreatif Allah.
2. Hubungan suami istri dijadikan suatu intitusi suci yang menjamin kesucian hubungan seksual, baik sebagai ungkapan kasih setia maupun sebagai kemungkinan menurunkan keturunan.
3. Hubungan suami istri yang monogam menjadi sendi kekuatan bagi kesatuan nasional, karena ungkapan kesetian dalam perjanjian dengan Yahwe menjadi nyata.
Cita cita umat terpilih ini sungguh mengagumkan karena mereka berada di tengah dunia budaya poligami. Karena itu terdapat ketegangan antara cita cita dan praktek. Kej 3 mengisahkan tragedi yang mempengaruhi seluruh kehidupan, juga kehidupan suami istri. Maka Perjanjian Lama melihat kesatuan dan ketahanan/kesetiaan, tak terceraikan dengan hidup keluarga sebagai nilai besar, tetapi kegagalan atau dosa selalu menghantui sehingga membutuhkan penebusan.
Dalam Perjanian Baru, kita dapat melihat ajaran Yesus mengenai ideal perkawinan yang tunggal dan tak terceraikan. Yesus dengan jelas menegaskan kembali ajaran yang terdapat dalam Kitab Kejadian bahwa dengan menciptakan pria dan wanita, Allah menghendaki perkawinan dijadikan lembaga suci, dimana suami istri dipersatukan dalam cinta kasih menjadi satu daging sehingga tak terceraiakan . Penegasan Yesus ini jelas berlaku untuk semua bentuk perkawinan, tak ada yang terkecualikan karena yang dijadikan dasar ialah "penciptaan pria dan wanita". Penegasan tersebut menunjukkan ideal setiap bentuk perkawinan: "satu dengan satu setia untuk selama hidup". Jelas juga bahwa Yesus tidak membakukan yang ideal ini menjadi hukum dengan sanksi yang mutlak mengikat, bahwa orang yang melanggar hukum tersebut berarti putus hubungan dengan Tuhan dan terpisahkan dari Gereja Nya. Yesus tidak mempersalahkan Musa yang mengizinkan perceraian. Yesus menegaskan bahwa itu terjadi karena ketegaran hati manusia.
Mateus dalam mereduksikan ajaran Yesus di satu pihak dengan jelas menyampaikan ideal ajran Yesus yang mutlak, dari lain pihak ia tidak menutup mata terhadap adanya tragedi dalam hidup perkawinan dan sebagai tanggapan pastoral konkret berani mengadakan "pengecualian praksis" dari ajaran ideal Yesus dengan klausul terkenal yakni "kecuali karena zinah". Reduksi Mateus ini menimbulkan banyak kesulitan terutama bagi mereka yang mau mempertahankan "indissolubilitas absoluta". Karena itu, banyak menimbulkan penafsiran :
= Kebanyakan ekseget protestan dan Gereja Ortodoks Yunani menafsirkannya sebagai pengecualian yang sesungguhnya dan dengan demikian "zinah" dapat digunakan sebagai alasan sah untuk perceraian.
= Para Bapa Gereja menafsirkan bahwa hanya mengenai "separatio tori mensae et cohabitationis" bukan mengenai cerai sesungguhnya lalu boleh kawin lagi.
= Tafsiran lain mengatakan bahwa kata sambung "exepta/nisi" harus diartikan "mengecualikan dari pembicaraan".
= Pendapat lain mengatakan bahwa pengecualian itu hanya berlaku untuk orang orang Yahudi, tetapi tidak berlaku untuk pengikut pengikut Kristus.
= Tafsirn lain, yang kiranya paling tepat, mengatakan ajaran Yesus mengenai monogami dan kesetiaan tegas dan mutlak karena didasarkan atas penciptaan pria dan wanita, tetapi reduksi Mateus karena ingat akan tragedi dalam hidup perkawinan sehingga memasukkan pengecualian tersebut. Di sini tampak adannya perkembangan ajaran mengenai monogami dan kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga. Monogami dan kesetiaan mutlak merupakan ideal untuk setiap bentuk perkawinan, tetapi dalam kehidupan nyata sering terjadi tragedi dalam kehidupa perkawinan yang memerlukan jalan ke luar. Bahwa Yesus tidak membakukan menjadi hukum mati dan mutlak mengikat kiranya juga ada maksud tertentu yakni agar tetap ada jalan bagaimanapun sempitnya untuk ke luar dari tragedi hidup perkawinan yang kadang kadang tidak mungkin dihindarkan.
Paulus juga bersikap senada dengan sikap Mateus. Dari satu pihak dengan jelas ia menyampaikan cita cita ideal perkawinan seperti yang telah diajarkan Yesus sendiri yakni monogami yang tak terceraikan yang berlaku untuk setiap bentuk perkawinan. Dari lain pihak, Paulus tidak menutup mata terhadap adanya tragedi dalam hidup perkawinan, khususnya yang dihadapi pasangan perkawinan "campur agama". Alasannya bukan karena pihak lain tidak dipermandikan tetapi karena "tidak mau hidup damai" akibat perbedaan iman (bdk.1Kor 7:12 16). Dengan kata lain, Paulus berani merestui "pengecualian praktis" dari cita cita ideal perkawinan, bila terjadi tragedi dalam hidup perkawinan. Pengecualian ini sendiri berlaku untuk semua bentuk perkawinan.
Para Bapa Gereja dengan bersumber pada ajaran Yesus mewartakan ideal perkawinan kristiani, "satu dengan satu menuntut kesetiaan untuk seumur hidup". Bahkan ada beberapa Bapa Gereja yang ekstrim tidak memperbolehkan orang nikah lagi bila jodohnya meninggal (a.l. Tertulianus & Novatianus). Namun ada pula praksis pastoral yang dengan penuh pengertian menerima kembali "orang yang sudah cerai lalu kawin lagi" karena alasan tertentu. Praksis pastoral yang demikian di kalangan Gereja Barat dihentikan sejak abad IV dengan keputusan Konsili Suci. Tetapi di kalangan Gereja Timur praksis pastoral yang demikian terus berlangsung.
Konsili Trente melalui pernyataan pernyataannya menegaskan kembali ideal perkawinan seperti yang diajarkan oleh Yesus, khususnya berhadapan dengan golongan reformasi.
Konsili Trente menegaskan :
@ Dengan bimbingan ilahi orang tua pertama umat manusia mengumumkan bahwa hubungan cinta perkawinan itu kekal dan tak terceraikan sewaktu mengatakan :"Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Sebab itu seorang laki laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging". (Kej 2:23 24; bdk. Ef 2:31).
@ Kristus Tuhan kita dengan jelas mengajarkan bahwa yang dihubungkan dan dipersatukan dengan ikatan perkawinan ini hanya dua orang (Mat 19:6) dan kemudian Ia menegaskan, "apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Mat 19:6; Mrk 10:9).
@ Kanon kanon yang mau menegaskan bahwa Gereja Katolik mempunyai kuasa untuk mengatur perkawinan kristiani. Namun demikian, konsili tetap melihat kesatuan dan kesetiaan perkawinan yang hidup. Mengenai kesatuan dan kesetian yang hidup ini kemudian ditekankan pula dalam KHK Kan 1095, yang menunjukkan mereka yang tidak mampu melangsungkan perkawinan yaitu yang tidak dapat menggunakan akal budi secukupnya, yang menderitia cacat berat, karena alasan psikis tidak mampu memenuhi kewajiban hakiki perkawinan . Dengan demikian, Konsili Trente merumuskan perkawinan sebagai dogma artinya sebagai yang diwahyukan oleh Allah bahwa perkawinan itu monogami (DSch 1082), menuntut kesetiaan total untuk selama hidup (Dsch 1087). Tetapi dirumuskan sedemikian rupa sehingga praktek Gereja pastoral di Bizantium yang masih menerima dan mengampuni kembali "mereka yang cerai karena alasan alasan tertentu lalu kawin lagi," tidak dikutuk sebagai praktek pastoral yang sesat. Yang dikutuk adalah mereka yang mendakwa Gereja Katolik sesat dalam mengajarkan monogami dan kesetiaan total untuk selama hidup.


B. PERKAWINAN SEBAGAI SAKRAMEN

Untuk memperjelas mengenai sakramentalitas perkawinan suami istri kristiani, perlu memahami pengertian "Sakramen" itu sendiri. Dalam arti sangat umum, sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan. Dalam sakramen dilambangkan dan diwujudkan karya penyelamatan Allah. Kenyataan pertama yang langsung dapat ditangkap adalah kenyataan bahwa sakramen selalu berhubungan dengan Gereja, sebagai Sakramen dasar dalam Kristus. Hubungan tesebut bersifat intern, dalam arti bahwa sakramen merupakan suatu peristiwa di mana Gereja menyadari hakekat dirinya dan dengan demikian juga mengaktualisasikan diri. Peristiwa sakramental tersebut mempunyai makna ibadat kepada Allah, merupakan simbol nyata yang memasuki dimensi historis dalam tempat dan waktu, tetapi sekaligus juga penyerahan diri Allah kepada manusia dalam rahmat.
Kristus adalah sakramen utama karena di dalam diriNya telah terwujud karya penyelamatan Allah secara penuh dan sempurna. Kristus adalah satu satunya Juruselamat. Oleh Konsili Lateran II (1139), untuk pertama kalinya perkawinan disebut dalam suatu pernyataan resmi Gerejani sebagai salah satu dari ketujuh Sakramen (DS 718). Konsili Trente (1547) menyebut perkawinan di antara ketujuh Sakramen yang diadakan oleh Kristus (1601, 1797, 1812). Ensiklik Casti Connubii (1930), Paus Pius XI dengan singkat menguraikan ajaran mengenai perkawinan sebagai lembaga dan sebagai Sakramen. Ensiklik Arcanum (1880), Paus Leo XIII, mengajarkan bahwa perkawinan diangkat menjadi Sakramen. Nilai sakramental ini tidak hanya dalam arti pasif yaitu menerima rahmat dari Kristus, melainkan juga dalam arti aktif yaitu turut ambil bagian dalam karya rahmat Kristus membaharui dunia dan membentuk karya keselamatan. Konsili Lateran II, melihat perkawinan sebagai peristiwa "otonom" yang dipertanggungjawabkan manusia dalam kesadaran dan kebebasannya dan dalam hubungan dengan iman diangkat menjadi tanda rahmat dan peristiwa penghayatan iman.
Perkawinan suami istri adalah Sakaramen karena cinta kasih suami istri kristen menghadirkan dan melambangkan cinta kasih Kristus kepada jemaat. Cinta kasih timbal balik suami istri kristiani secara khas dan unik menunjukkan dan sekaligus mengaktualkan hubungan kasih Kristus Jemaat yang sekaligus juga menjadi pola dan sumber kekuatan perjuangan suami istri untuk saling mengasihi dan memperkembangkan hubungan cinta kasih tersebut. Dengan kata lain, persatuan cinta kasih suami istri seperti dikehendaki dan diadakan oleh Tuhan (Kej 2:24) secara simbolis menandakan dan mengaktualkan persatuan Kristus Jemaat. Singkatnya, perkawinan bukan lagi peristiwa melulu duniawi, melainkan menjadi peristiwa rahmat yang mempersatukan manusia dengan Allah. Dalam arti itulah dapat dipahami bahwa perkawinan kristiani mempunyai daya untuk mengungkapkan secara nyata cinta kasih Allah dalam Kristus yang mempersatukan seluruh umat manusia.
* Sakramen kesetiaan Allah bagi dunia
Dalam Perjanjian Lama terungkap bahwa Yahwe dengan kemurahan yang melimpah mendekati manusia yang dianggap dan diperlakukan sebagai pribadi yang berdaulat sedemikian rupa sehingga Yahwe berkenan hidup di tengah tengah umat Nya dalam suasana yang penuh persahabatan dan cinta kasih. Yahwe berjanji "Kamu akan Kuangkat menjadi umat Ku, dan Aku akan menjadi Allahmu" (Kel 6:7; 19:4 6; Ul 7:6 10). Dalam perjanjian tersebut sifat sifat Yahwe yang paling ditekanakan adalah belaskasih yang selalu memperlakukan umat terpilih dengan baik hati, dan kesetiaan yang selalu melaksanakan apa yang dijanjikan. Yahwe tetap setia akan janji Nya kendati umat terpilih sebagai " partner" dalam perjanjian tersebut seringkali tidak setia (bdk. Kel 34:6 7; Mzm 117). Kesetiaan suami terhadap istri meskipun istri tidak setia, bahkan menjadi pelacur, digunakan sebagai sarana untuk menjelaskan kesetiaan Yahwe terhadap umat Nya tersebut. (Bdk. Hos 2; Yer 2:1 2, 20 25, 32; Yeh 16).
** Kesetiaan suami istri terhadap Allah
Yahwe tetap setia, tetapi umat terpilih sering tidak setia. Kenyataan ini menjadi dasar harapan yang terungkap dalam ramalan ramalan para Nabi bahwa Yahwe dengan sisa sisa umat Nya yang masih setia akan mengadakan Perjanjian Baru yang menjadi benih bagi bangsa Baru yang besar. (Bdk Yer 31:33; Mat 26:28; Ibr 9:11 20). Ramalan tersebut telah terpenuhi dalam diri Kristus yang diberi julukan Sang Mempelai. (Bdk. Yoh 3;29; Mat 9:19), yang untuk diri Nya sendiri telah mendirikan Gereja sebagai pengantin wanita suci tak bercela (bdk. 2Kor 11:2; Ef 5:22 32), yang perkawinannya secara penuh dan definitif untuk selamanya terjadi pada akhir zaman (bdk. Why 21:2 9; 22:17). Sakramental kesetiaan suami istri kepada Allah dapat kita lihat dalam Ef 5:22 33. Perikop ini secara khusus membandingkan hubungan "suami istri" dengan hubungan "Kristus Gereja" dan digunakan secara jelas dalam Konsili Lateran sebagai dasar penegasan ajaran bahwa perkawinan diangkat menjadi sakramen.
Dari perikop ini dapat kita melihat bahwa perkawinan antara orang yang dipermandikan menjadi tanda sakramental hubungan Kristus UmatNya, bukan hanya merupakan gambaran dan pertanda tetapi sekaligus juga mengaktualkan hubungan Kristus Umat tersebut. Unsur unsur pokok yang terdapat dalam sakramen itu adalah bahwa:
Perkawinan kristiani merupakan tanda figuratif menunjuk hal yang suci.
Perkawinan adalah suatu tanda penunjuk Rahmat Pengudus.
Perkawinan adalah suatu tanda yang menghasilkan Rahmat Pengudus.
Dalam Konsili Vatikan II terutama dalam GS 48 menerangkan perkawinan sebagai "ikatan cinta mesra dan hidup bersama yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dilindungi dengan hukum hukumNya" . Cinta mesra tersebut bersumber pada cinta kasih ilahi sendiri yang mau menyelamatkan umat manusia, yang terlaksan secara nyata dalam diri Kristus. Maka sudah selayaknya bahwa cinta mesra suami istri itu dihayati menurut pola cinta kasih Kristus sendiri, sehingga sekaligus juga merupakan tanggapan terhadap dan ungkapan dari cinta kasih Kristus secara nyata. Kristus menetap bersatu dengan mereka, mencintai mereka: menjadi contoh suami istri dalam usaha mereka untuk saling mencintai, saling menolong dalam mengusahakan kesempurnaan dan kesuciaan. Dan sekaligus menjadi sumber kekuatan bagi suami istri dalam usaha yang sama.


2. PANDANGAN LITURGIS SAKRAMEN PERKAWINAN

Pemahaman yang telah dijelaskan di atas dihayati dalam liturgi (upacara pemberkatan perkawinan). Dalam upacara perkawinan tersebut, kedua mempelai saling mengucapkan janji perkawinan. Berdasarkan pengalaman dan kebiasaan Gereja Katolik bahwa Perkawinan dimulai dan dilangsungkan dengan berkat dari Allah, dihadapan seorang imam atau diakon dan dihadapan dua orang saksi serta dihadiri oleh umat yang lain (dalam perayaan liturgi bersama jemaat yang dihadiri).
Menurut Paus Yohanes Paulus II dalam Familiaris Consortio, sakramen perkawinan merupakan sumber istimewa dan upaya yang asli bagi pengudusan suami istri maupun keluarga kristen. Peranan menguduskan ini didasarkan pada baptis dan mencapai puncak ungkapannya yang luhur dalam Ekaristi. Sakramen Tobat juga memperoleh makna yang istimewa dalam kehidupan keluarga. Panggilan demi pengudusan juga dihayati melalui hidup doa. panggilan ini secara amat jelas ditampakkan dalam upacara pemberkatan nikah.
Sejauh merupakan tindakan sakramental pengudusan, perayaan pernikahan -yang diintergrasikan dalam liturgi, yakni puncak tindakan Gereja serta sumber daya pengudusannya –dalam dirinya (“per se”) sudah harus sah, layak dan subur .


3. PANDANGAN PASTORAL TENTANG SAKRAMEN PERKAWINAN

Pelayanan Pastoral adalah penekanan pada persiapan yang dilaksanakan secara matang melalui pendidikan keluarga kepada kaum muda-mudi. Jauh sebelum menikah pemuda-pemudi sempat memperoleh pengertian tentang manusia sebagai pria dan wanita yang sama drajat dan saling melengkapi. Selain itu diberitahukan pula tentang arti seksualitas dan Sakramen Perkawinan. Persiapan itu memuncak dalam Kursus Persiapan Perkawinan yang diikuti oleh pasanan yang ingin menikah .
Tujuan Pelayanan Pastoral Sakramen Perkawinan adalah agar mereka (pasangan yang hendak menikah) mempunyai pengertian dan bertanggung jawab dalam membangun dan meningkatkan kualitas perkawinan sebagai sakramen dan peranan mereka sebagai orangtua.
Sarana Pelayanan Pastoral Perkawinan melalui: pewartaan dalam khotbah upacara perkawinan, katekese, Pelajaran Agama, kursus, seminar-seminar dan sarana media Katolik lainnya yang mendukung dan membantu untuk menyampaikan cita-cita perkawinan secara Katolik.
Bagi keluarga muda perlu diadakan pendampingan baik oleh pastor paroki atau oleh tim dewan paroki. Pendampingan terhadap keluarga muda ini dilakukan baik secara kelompok ataupun secara individu. Secara individual misalnya dengan mengadakan kunjungan-kunjungan ke rumah masing-masing dalam suasana pastoral. Sedangkan secara kelompok misalnya melalui paguyuban-paguyuban “kategorial” seperti Marriage Encounter (ME) atau CFC = Couples For Christ. Dalam kelompok semacam ini pasangan –pasangan tersebut saling mendampingi .
Tujuan dari pendampingan ini adalah untuk menolong pasangan mereka dalam menemukan dan menghayati panggilannya dan perutusan mereka yang baru. Selain itu demi kerukunan dan tanggung jawab dalam menghadapi berbagai krisis, untuk dapat saling melayani dan melengkapi satu sama lain secara sempurna dan ikut menghayati kehidupan keluarga secara aktif.


III. STRUKTUR TATA PERAYAAN EKARISTI SAKRAMEN PERKAWINAN

A. RITUS PEMBUKA

Dalam ritus pembuka ini terdiri dari -upacara penyambutan kedua mempelai di depan pintu Gereja, sebagai simbol penerimaan kedua mempelai ke dalam jenjang hidup yang baru dalam rumah tangga yang disahkan dan diangkat oleh Yesus Kristus Menjadi sakramen.- Perarakan ke depan Altar, simbol perziarahan kedua mempelai dalam mengaruni hidup rumah tangga bersama Yesus (Imam: Inpersona Christi).-Tanda Salib dan Pernyataan Tobat, bahwa semua kegiatan mereka selalu dalam nama Tuhan dan saling mengakui kesalahan terhadap Tuhan dan sesama. -Kemuliaan dan Doa pembukaan, bahwa kehidupan keluarga dijalani dengan sukacita, gembira dan sebagai kesaksian satu sama lain, semuanya demi kemuliaan Allah. Kesalsian hidup merupakan sebuah doa yang tak kunjung henti-hentinya. Keluarga merupakan salah satu tempat yang baik untuk doa bersama, sebagai persekutuan Gereja yang terkeci. Yesus Pernah bersabda, “Di mana dua atau tiga orang berkumpul atas namaKu di sana Aku Hadir”. Yesus hadir dalam kehidupan keluarga yang selalu berkumpul bersama untuk berdoa dan saling membagi pengalaman suka dan duka.

B. LITURGI SABDA

Adalah baik kalau dalam Upacara sakramen perkawinan itu dibacakan juga Sabda Allah. Ini menunjukkan bahwa Yesus sendiri hadir dan bersabda kepada kedua pasangan tersebut dan siap di utus dalam hidup bersama sebagai suami-istri. Sangat baik bahwa sebelum keduanya mengucapkan janji perkawinan, keduanya terlebih dahulu mendengarkan Kitab Suci dan juga penjelasannya melalui Homili. Homili atau khotbah dalam perayaan Sakramen perkaeinan adalah kesempatan untuk menjelaskan hubungan antara suami-istri dan Yesus Kristus danGereja. Sebagaimana Kristus dengan setia dan taat melaksanakan kehendak Allah, maka demikianlah kedua pasangan itu dpanggil untuk setia pada kehendak Allah dalam hidup berumah tangga. Keduanya dipanggil untuk tetap setia sehidup semati dan tak terceraikan. Setelah keduanya mendengarkan Sabda Tuhan, mereka menyatakan janji setia dihadapan Imam dan Jemaat yang hadir.

C. LITURGI EKARISTI

Liturgi Ekaristi enjadi puncak dan pusat untuk semua sakramen. Adalah sangat baik bahwa perayaan Sakramen Perkawinan itu dibuat dalam perayaan Ekaristi. Dengan demikian Gambaran kesetiaan Yesus Pada kehendak Allah dan kesetiaanNya mendampingi Gereja semakin nyata dan mendalam bagaian ini. Kedua mempelai sungguh dipersatukan baik antar keduanya maupun antara keduanya dengan Yesus. Keduanya menjadi satu dan tak terpisahkan diwujudnyatakan dengan rela berkorban seperti Kristus. Keduanya rela meninggalkan orang tua, sanak saudara dan segala keegoisannya untuk saling menyerahkan diri dan saling melengkapi dan saling menyempurnakan serta menyelamatkansatu sama lain.

D. RITUS PENUTUP

Dalam Ritus penutup ini keduanya diutus untuk membawa damai, kebahagiaan dan suka cita dalam kehidupan rumah tangga yang baru. Sehingga menjadi saksi bagi orang (keluarga)disekitarnya dan terutama menjadi kesaksian bagi keduanya guna saling melengkapai dan saling melayani.


III. MOTO :
Kekuatan Cintaku dan Cintamu JADI SATU
Komentator membacakan puisi ini sebelum perayaan di mulai:

Seumpama nanti ragu akan kembali
Detik-detik ini simpanlah di hati
Saat cinta datang hadir tanpa batas
Meski dunia menghalangi untuk sehidup semati
Dan aku akan panjatkan sebuah doa
Semoga Tuhan akan mengijinkan
Seumpama pelangi indah tidak berujung
Dan seumpama bumi mencinta matahari
Seperti itu yang kumohon di doaku
Seumpama kita selalu

Cintailah aku sebagaimana adanya aku
Aku pun akan mencintaimu sebagaimana adanya dirimu
Berdua akan kita arungi bahtera kita
Melewati gelombang dan batu karang
Kekuatan cinta kita yang menjadi nahkodanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar