Ads 468x60px

Yohanes Maria Vianney

Ada orang-orang akademis yang menilai bahwa pastor dari Ars ini orang bodoh dan ada juga semacam prototipe pastor yang bodoh di paroki saja kerjanya. Tapi, sebenarnya ada buku baru dalam bahasa Jerman tentang
hidup dan karya Vianney dari sudut psikologi yang melihat bahwa ia bukan orang bodoh, tapi orang yang mudah gugup (nervous). Dalam percakapan informal dengan dosen-dosennya, Vianney bisa menjawab pertanyaan dengan baik dalam bahasa Prancis maupun Latin. Vianney punya kecerdasan emosional dan keterbukaan hati sehingga pangeran dan raja pun datang minta nasihat kepadanya. Di kamarnya, ternyata juga ada banyak buku-buku teologi dan setiap hari selama 1 jam, dia asyikmasyuk
mempelajari buku-buku teologi.

Lepas dari sosok Vianney sebagai orang bodoh atau tidak, yang pasti jelas adalah dialah sosok imam yang sederhana, tapi dengan mengandalkan Gusti Yesus, ia dengan gagah berani dan penuh kerendahan hati mengabdikan diri secara luar biasa, jiwa dan raga, selama 40 tahun lamanya, hingga usianya yang ke-73 tahun. Itulah sebabnya, memperingati 100 tahun wafatnya Vianney, Paus Yohanes XXIII menulis sebuah ensiklik berjudul Nostri Sacerdotii Primitias guna menghadirkan imam dari Ars sebagai teladan kehidupan imamat dan laku tapa, teladan semangat imamat. Bukankah karena segala alasan di atas, Yohanes Maria Vianney tidak akan pernah berhenti menjadi seorang “Agus”, yang senantiasa Andalkan Gusti Yesus? Bahkan Yohanes Paulus II, pada 16 Maret 1986 juga pernah mengatakan, “Figur Imam dari Ars ini tidak akan pernah pudar.” Kini pertanyaannya, beranikah kita juga tetap andalkan Gusti Yesus di tengah badai cobaan kita masing-masing? Deus vult! Tuhan menghendakinya …

“Bumi ini adalah sebuah jembatan untuk menyeberang;
ia hanya berguna untuk menopang langkah-langkah kaki kita ...
Kita ada dalam dunia ini, tetapi kita bukan dari dunia ini,
sebab kita mengatakan setiap hari, `Bapa kami, yang ada di surga.’
Jadi, seharusnyalah kita menanti ganjaran kita,
hingga kita tiba di rumah, yakni di rumah Bapa kita.
Itulah sebabnya mengapa umat Kristiani yang baik
menderita salib, pertentangan, sengsara, penghinaan, fitnah -
semakin banyak semakin baik! ...
Tetapi orang kebanyakan terheran-heran akan hal ini.
Tampaknya mereka beranggapan
bahwa karena kita sedikit mengasihi Allah yang baik,
seharusnya tidak akan ada yang menentang kita,
tidak akan ada yang membuat kita menderita ...
Kita katakan, `Ada orang yang tidak baik, namun hidupnya berhasil;
tetapi aku, tak ada gunanyalah aku melakukan yang terbaik;
semuanya berantakan.’
Ini karena kita tidak memahami nilai dan kebahagiaan salib.
Kita katakan bahwa terkadang Tuhan menghukum mereka
yang dikasihi-Nya.
Itu tidak benar.
Pencobaan-pencobaan bukanlah penghukuman;
pencobaan-pencobaan adalah rahmat
bagi mereka yang dikasihi Tuhan ...“


(Yohanes Maria Vianney dalam buku "XXI - Interupsi", RJK, Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar