Ads 468x60px

Rabu, 9 Oktober 2013

“Domine, doce nos orare.”
 Yun 4:1-11, Luk 11:1-4

“Domine, doce nos orare - Tuhan, ajarlah kami berdoa…” (Luk 11:1). Itulah permintaan para murid hari ini kepada Yesus. Yesus selanjutnya memberikan sebuah doa yang kita kenal sebagai doa “Bapa Kami” (Lat: Pater Noster, Yun: Πάτερ
μν, Jw: Rama Kawula) yang merupakan doa yang paling terkenal dalam sejarah agama Kristiani.

Secara lebih mendalam, sebenarnya doa Bapa Kami ini mengandung tujuh permohonan, yakni: “dimuliakanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu, berilah kami rejeki, ampunilah kesalahan kami, janganlah masukkan kami ke dalam percobaan, dan bebaskanlah kami dari yang jahat.”


Mengacu pada buku “Bulan Bintang Matahari” (RJK, Kanisius), doa Bapa Kami secara implisit memiliki “P3K”, al:

1. Persahabatan:
Doa Bapa Kami dimulai dengan dua kata “Bapa Kami. Cara Yesus membuka doa ini bersifat elementer untuk memahami tujuan doa yang sesungguhnya. Kita telah dibawa ke dalam hubungan yang bersahabat. Allah yang jauh menjadi Allah yang dekat, bahkan yang bisa kita sapa sebagai “Bapa”. Bapa atau “Abba” (lih. Mk 14:36, Rom 8:15; Gal 4:6) dalam bahasa Aramik adalah panggilan erat seorang anak kepada ayahnya. Oleh kasihNya kepada kita, Yesus mengizinkan kita memanggil Allah sebagai Bapa kita, karena Yesus mengangkat kita menjadi saudara-saudari angkatNya. Ya, setiap kita mengucapkan kata “Bapa”, selayaknya kita mengingat bahwa kita ini telah diangkat oleh Allah Bapa menjadi anak-anakNya.

Perkataan “Bapa kami” di sini juga mengingatkan kita tentang pentingnya dimensi “kami”, yakni persahabatan dengan sesama umat beriman. Alangkah baiknya, jika dalam mengucapkan doa ini kita membayangkan bahwa kita berada di antara para rasul pada saat pertama kali Yesus mengajarkan doa ini kepada mereka. Bayangkan bahwa kita memandang Yesus yang mengajar kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa kami, karena Yesus tidak hanya mengangkat “saya saja” menjadi saudara angkatNya, tetapi juga orang-orang lain yang dipilihNya, yaitu anggota-anggota Gereja universal, imam juga awam. Oleh karena itu, Doa Bapa Kami ini merupakan doa Gereja, doa yang ditujukan kepada Allah Bapa yang mengangkat kita semua menjadi anak-anak-Nya.

2. Pujian:
Ada bagian doa yang menonjol yakni pujian kepada Allah: “dimuliakanlah namaMu – datanglah kerajaanMu – jadilah kehendakMu”. Ini merupakan kerinduan sekaligus puja puji kita kepadaNya agar semakin banyak orang dapat mengenal Allah yang mulia dan kudus.

3. Permohonan:
Doa Bapa Kami adalah doa yang penuh harapan. Ada beberapa harapan yang bercorak permohonan pokok: “Berilah kami rejeki, janganlah masukkan kami dalam percobaan – bebaskanlah kami dari yang jahat.” Hal ini mengajak kita untuk berani berseru kepada Tuhan. Inilah sebuah seruan keberanian iman yang dimiliki oleh anak-anak Allah. Kita meminta dan kita tahu bahwa kita akan menerimanya. Ayah mana, “yang akan memberi anaknya batu, jika anaknya minta roti?” (Bdk.Mat 7:9). Ini adalah juga sebuah harapan bahwa Allah selalu menjadi “Immanuel”: menyertai kita di tengah ruwet renteng pergulat-geliatan dunia ini, di tengah ‘pencobaan jasmani dan rohani.’

4. Kedamaian:
“Ampunilah kami akan segala kesalahan kami, sama seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami” mengingatkan kita untuk berdamai dengan Tuhan sekaligus dengan sesama: mau masuk pada suasana pertobatan dan pengakuan bahwa kita ini berdosa: “mea culpa, mea culpa, mea maxima culpa”. Dikatakan di sini bukan “ampunilah kami, seperti kami akan mengampuni yang bersalah kepada kami.” Maka seharusnya, pada saat kita mengucapkan doa ini, kita sudah harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Mari kita renungkan, kalimat yang sederhana ini namun sangat dalam artinya: Bahwa Tuhan akan mengampuni kita kalau kita terlebih dahulu mengampuni orang lain. Jadi artinya, kalau kita tidak mengampuni maka kitapun tidak beroleh ampun dari Tuhan. Betapa sulitnya perkataan ini kita ucapkan pada saat kita mengalami sakit hati yang dalam oleh karena sikap sesama, terutama jika itu disebabkan oleh mereka yang terdekat dengan kita. Maka berdamai dengan orang lain sesungguhnya bukan saja demi orang itu, tetapi sebaliknya, demi kebaikan diri kita sendiri: supaya kita juga berdamai dengan Tuhan, bukan?

“ Cari nafkah di Pasar Seni – Sudahkah kita berdoa hari ini?
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!


N B :
• Jangan mengatakan Bapa
Jikalau sehari-hari engkau tidak berlaku sebagai anak
• Jangan mengatakan Kami
Jikalau engkau hidup sendiri dalam egoismemu
• Jangan mengatakan yang ada di Surga
Jikalau engkau hanya memikirkan hal hal duniawi
• Jangan mengatakan dimuliakanlah nama-MU
Jikalau engkau tidak menghormati-NYA dalam hari-harimu
• Jangan mengatakan datanglah Kerajaan-Mu
Jikalau engkau tidak menyiapkan jalan bagi-Nya
• Jangan mengatakan terjadilah kehendak-Mu
Jikalau engkau tidak mau memanggul salib karena berat dan pahit adanya
• Jangan mengatakan di atas bumi seperti didalam Surga
Jikalau engkau tidak menjalani hidupmu dengan baik
• Jangan mengatakan berilah kami rejeki pada hari ini
Jikalau engkau tidak berbelas kasih terhadap yang lapar, papa, dan tanpa harapan
• Jangan mengatakan ampunilah kesalahan kami
Jikalau engkau tidak berusaha untuk memperbaiki cara hidupmu
• Jangan mengatakan kamipun mau mengampuni yang bersalah kepada kami
Jikalau engkau masih menyimpan dendam dan kebencian terhadap sesamamu
• Jangan mengatakan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan
Jikalau engkau masih bermaksud untuk berbuat dosa
• Janganlah mengatakan bebaskanlah kami dari yang jahat
Jikalau engkau tidak berani mengambil posisi untuk melawan kejahatan
• Jangan mengatakan Amin
Jikalau engkau tidak menganggap serius setiap kata dalam Doa Bapa Kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar