Ads 468x60px

Jumat 10 Januari 2014

1 Yoh 5:5-13; Mzm 147:12-13.14-15.19-20; Luk 5:12-16 

"Sanitas Scientas Sanctitas-Kesehatan Kecakapan Kesucian"- Inilah salah satu semangat dan harapan yang menjadi motto ketika saya masuk seminari pada tahun 90an. Kita juga diajak untuk"sehat-cakap dan suci" dengan belajar dari sikap orang kusta yang ditahirkan dan sikap Yesus yang mentahirkan pada bacaan hari ini. Secara medis, kusta sendiri disebabkan oleh bakteri mycroleprae, tapi secara biblis dan sosiologis-para penderita kusta kerap disingkirkan karena dianggap najis dan mendapat kutukan/hukuman dari Tuhan. Mereka mengalami "trilogi penyaliban", stigmatisasi/dicap buruk, marginalisasi/disingkirkan dan victimisasi/dikorbankan.

Adapun  tiga sikap dasar yang bisa kita lihat dan buat, antara lain:

1.Kesadaran: Ketika melihat Yesus, tersungkurlah si kusta dan memohon, "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Ia penuh dengan kesadaran diri sebagai orang berdosa yang hanya melulu mengandalkan Tuhan. Ia tersungkur, sebuah tanda hormat bakti dan sembah sujud yang mendalam sekaligus pengakuan akan kuasa Yesus.

2."Kerahiman": Yesus mengulurkan tanganNya-menjamah orang itu dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir!" Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Ia mudah tergerak hatinya oleh belaskasihan, terlebih pada orang yang menjadi "korban" dalam kehidupan harian mereka. Ia menjadi pribadi yang mau turun tangan dan terlibat untuk mengusahakan kebaikan (bonum) di tengah banyak keburukan hidup (malum).

3."Kesaksian": Orang kusta menjadi tahir karena dikasihiNya. Pengalaman dikasihiNya inilah yang menjadi dasar kekuatan hidup ke depannya bahwa orang kusta ini tidak berjalan sendirian. Pengalaman dicintai dan ditahirkan inilah yang bisa diwartakannya kepada banyak orang. Bukankah kita juga banyak mengalami kasih dan kesembuhan dariNya? Sudahkah mensyukurinya?

"Cari usus di kompleks Persami-Tuhan Yesus sembuhkanlah kami!"

Tuhan memberkati  + Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar