Ads 468x60px

Rabu 19 Februari 2014

Hari Biasa Pekan VI
Yak 1:19-27; Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5; Mark 8:22-26.

"Laetitia-Sukacita." Inilah nama salah satu suster rubiah Claris di Singkawang sekaligus juga adalah nama sebuah komunitas orang buta/tuna netra di wilayah Keuskupan Agung Jakarta. Adapun hari ini, Yesus juga mengajak kita ber-"laetitia" karena Ia berkenan menyembuhkan orang yang buta di Betsaida. De facto, kitapun kerap menjadi buta ("Banyak Urusan Tanpa Allah"), tapi bersama Yesus, kebutaan kita diubah menjadi keterbukaan - kesakitan kita diubah menjadi kesaksian dan kerapuhan kita diubah menjadi kesembuhan. Tapi, ibarat obat yang butuh waktu untuk menyembuhkan, Yesus juga punya beberapa tahapan dasar yang dibuatNya supaya kita selalu ber-"laetitia", antara lain:


1."Memegang tangan si buta": Yesus selalu ada di dekat kelemahan kita, bahkan memegang tangan rapuh kita karena Ia tidak ingin kita berjuang sendirian. Dan, seperti si buta yang dibawa ke luar kampung, Ia juga mengajak kita untuk "bertobat", mau dibawa keluar dari lingkungan lama kita: dosa-dusta dan aneka kebiasaan buruk kita.

2."Meludahi mata si buta": Dengan sadar, Ia meludahi mata si buta supaya terbuka. Ia sungguh punya daya dan kuasa terhadap apa saja yang diberikanNya. Dengan kata lain: Kitapun diajak untuk mau "berpasrah", menyerahkan "mata" kita ("mata pandang"/perspektif, "mata pencarian"/pekerjaan dan "mata hati"/perasaan) kepada karya belaskasihan Allah.

3."Ia meletakkan tangan di atas si buta": Ia memberikan jamahan dan berkat ilahi kepada si buta. Ya, walaupun si buta itu tidak langsung sembuh tapi ada proses berkelanjutan: dari melihat samar-samar sampai melihat dengan jelas dan sempurna. Dengan kata lain: Ia mengajak kita untuk "bersabar" melihat dan mengalami karya kesembuhan Allah dalam setiap kebutaan harian kita.

"Dari Tarsus ke Sukabumi - Tuhan Yesus sembuhkanlah kami."

Tuhan memberkati + Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar