Ads 468x60px

Rabu 05 Maret 2014

Rabu Abu
Yoel 2:12-18; Mzm 51:3-6a.12-14-17; 2 Kor 5:20 - 6:2; Mat 6:1-6.16-18. 

“Pulvis et umbra sumus - Kita hanya debu dan bayangan.” Abu adalah lambang biblis dari sesal dan tobat. Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu menjadi tanda tobat (Yun 3:6, Est 4:13, Ayb 42:6, Dan 9:3). Gereja Perdana pun mewariskan penggunaan abu untuk alasan yang sama seperti yang dikatakan Eusebius dan secara khusus Tertulianus dalam De Poenitentia: "pendosa yang bertobat harus “hidup tanpa bersenang-senang dengan mengenakan kain kabung dan abu.” Adapun 3 semangat iman abu, antara lain:

1."Kebersamaan": Penerimaan abu merupakan suatu tanda pertobatan yang universal dimana semua orang Katolik Sama-sama menerima abu di dahinya sebagai permulaan saat pertobatan dalam semangat ber-PDA, Puasa Doa dan Amal.

2."Keterbukaan": Karena abu diurapkan di dahi, maka amatlah mustahil bahwa kita bisa melihat secara langsung betapa kotornya dahi kita tapi kita bisa dengan amat mudah melihat kotornya dahi orang lain. Disinilah orang lain seakan berdiri dan menjadi cermin tempat kita melihat diri kita masing-masing. Dengan kata lain: Kita diajak untuk terbuka karena sesama adalah gambaran dan cermin diri. Kita melihat diri yang penuh kelemahan melalui keterbukaan terhadap orang lain yang kini berada di depan kita. Tak ada yang bisa banyak kita katakan kecuali bersama-sama terbuka di hadapan Tuhan dan mengakui bahwa kita adalah manusia lemah yang sama-sama membutuhkan rahmatNya.

3."Kerendahan hati":Abu melambang dan mengingatkan kita akan ketidakabadian. Karenanya, ketika imam dengan ibu jarinya membubuhkan abu di dahi, ia akan berkata, “Bertobatlah dan percaya kepada Injil" atau "Ingatlah, manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu". Inilah kalimat seperti yang difirmankan Tuhan kepada Adam (Kej 3:19, Ayb 34:15; Mzm 90:3; Mzm 104:29; Pktbh 3:20). Ini juga sesuai dengan pengakuan Abraham, “Aku debu dan abu” (Kej 18:27). Dengan kata lain: Abu menjadi tanda ketidakabadian kita serta mengingatkan kita untuk selalu rendah hati.

"Cari obat di Sriwedari - Mari bertobat setiap hari."
Tuhan memberkati + Bunda merestui.

Fiat Lux! (@RomoJostKokoh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar