Hari Ayah
Hari ini “Hari Ayah”, setiap anak, termasuk Cica diharapkan membawa ayahnya ke sekolah. Tapi mamanya mencoba menerangkan, mungkin sebaiknya Cica tinggal di rumah. Sebab anak-anak yang lain mungkin tak bisa mengerti, bila Cica datang ke sekolah sendiri. Namun Cica tak takut, ia sudah tahu apa yang mau dikatakan. Apa yang harus diceritakan pada teman-temannya sekelasnya, mengapa papanya tak hadir hari ini.
Sesampai di kelas, satu per satu gurunya memanggil setiap murid untuk memperkenalkan sang ayah. Waktu perlahan berlalu dan akhirnya guru memanggil Cica, tiap anak berbalik melongok. Masing-masing ikut giat mencari-cari, seorang pria yang tak hadir di sana.
"Yang mana sih, papanya?", ia dengar seorang anak laki bertanya. "Ahh, mungkin dia memang tak punya papa," seorang murid lainnya berseru. Dan dari bagian belakang ia dengar seorang ayah menyeletuk, "Tuh, tampaknya ayahnya terlalu sibuk, dan tidak mau repot membuang waktunya."
Pelbagai komentar itu tak menyakitinya, ketika ia tersenyum memandangi mamanya. Dan melihat kembali kepada gurunya, yang menyuruhnya untuk lanjutkan. Dan dengan kedua tangan di belakang, perlahan ia mulai bicara.
Dan dari mulut seorang anak kecil bernama Cica inilah, keluar kata-kata yang luar biasa uniknya: "Papaku tak bisa datang ke sini, sebab ia tinggal jauh sekali. Tapi aku tahu ia ingin sekali bisa ada di sini, sebab ini hari yang istimewa. Dan meskipun kalian tak bisa bertemu dengannya, aku ingin kalian tahu. Segala sesuatu mengenai Papaku, dan betapa ia sangat mencintaiku. Ia gemar mendongengkanku cerita, Ia mengajar aku naik sepeda. Ia memberi kejutan untukku dengan mawar merah-muda, dan mengajarku menerbangkan layangan. Kami biasa saling berbagi cemilan, dan menikmati es krim. Dan biarpun kalian tak bisa melihatnya, aku tidak berdiri sendiri di sini. Sebab Papa selalu ada bersama aku, biarpun kami terpisah. Aku tahu ini sebab Papa pernah bilang, ia selalu akan ada dalam hatiku. Aku sangat sayang pada Papa, Papa adalah bintangku yang bersinar. Dan seandainya ia bisa, ia pasti akan datang ke sini, tapi surga terlalu jauh. Ayah adalah pemadam kebakaran dan meninggal tahun lalu. Ketika pesawat terbang menabrak kedua gedung itu dan mengajarkan orang Amerika merasakan artinya takut. Tapi terkadang bila kututup mataku, rasanya seperti ia tak pernah pergi."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar