"Homo proponit, sed Deus disponit - Manusia berencana, Tuhan yang
memutuskan"
Adapun lima tahap sederhana ketika orang menghadapi kematian, yakni
penyangkalan, marah, tawar menawar, depresi dan akhirnya penerimaan bahwa semua
yang datang dari Allah kembali kepada Allah, bahwa benarlah kata para rahib
trapist, "memento mori - manusia mesti mati" atau dalam bahasa jawa,
"Elinga, kowe mesti mati", atau kata orang Inggris:
"Remember, you must die."
Di bawah ini, saya tampilkan sepenggal puisi mini soal kematian yang terinspirasi dari seorang penyair Kristiani libanon, Kahlil Gibran yang mengatakan bahwa "Kematian itu seperti pagi dan malam - berbeda tapi satu hari yang sama, seperti tawa dan tangis-berbeda tapi satu wajah yang sama."
“Jauh"Ku kayuh perahu Susuri buih tiada jemu
"Dalam"Aku menyelam Mencari MutiaraMu yang karam
"Tinggi" Tangan meraihTali-tali illahi tiada henti
"Lelah"Jiwa berkelana Mengembara dalam fatamorgana
"Tabah !"Hati Mencoba Menanti panggilan Menunggu giliran
Yang pasti: Hidup manusia itu seperti rumput, pagi hari tumbuh,siang hari berkembang,sore hari menjadi kering,layu dan mati, bukan?
Tuhan memberkati + Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).
PIN HIK: 752D878C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar