Ads 468x60px

Opa Oma


Opa-kailah cinta, Oma-tikanlah dosa

Oma adalah sebutan untuk masing-masing ibu dari orang tua seseorang. Seseorang dapat disebut sebagai oma, jika anaknya telah memiliki anak, atau dengan kata lain ia telah memiliki cucu. Panggilan oma merupakan panggilan dari seorang cucu yang ditujukan kepada ibu dari ayahnya maupun dari ibunya. Selain itu, secara tradisi, dalam sebagian besar bahasa/kebudayaan setiap perempuan tua dapat dipanggil dengan sebutan oma/nenek, meskipun mereka tidak memiliki cucu dan masih perawan. 

Oma adalah sebutan lain untuk nenek. Pemanggilan nenek dengan sebutan oma sudah menjadi hal yang umum di masyarakat perkotaan Indonesia. Adapun nama panggilan untuk oma bermacam-macam, seperti: Ninik, Mbah, Popo atau Nenek. 

Sedangkan, opa adalah masing-masing ayah dari orang tua seseorang. Opa adalah sebutan lain untuk kakek. Di Indonesia, nama panggilan untuk seorang opa bisa bermacam-macam, seperti: Datuk, Mbah, Kung kung atau Kakek.

Oma opa pada umumnya dikenal juga sebagai kelompok lansia, lanjut usia, berusia 60 tahun ke atas. Keberadaan oma-opa bisa menjadi masalah dalam tatanan hidup modern, dimana orang menganut fungsi utilitarianis . Dalam masyarakat seperti itu apa yang tidak praktis, tidak berguna, tidak berfungsi cenderung dibuang, disisihkan, diabaikan. 

Beberapa contoh nyatanya:

1. Di Jepang masalah lansia mulai terasa mengkhawatirkan. Di negeri itu makin banyak orang berstatus lansia berkat hidup sehat dan alat-alat pemeliharaan sampai usia lanjut. Diperkirakan ada sekitar 30% masyarakat tergolong lansia yang secara ekonomis tidak produktif lagi. Angka itu sepuluh tahun sebelumnya adalah 15%. Meski negara memikul 100% biaya lansia tetapi keluarga-keluarga memilih untuk menempatkan mereka di tempat-tempat penampungan negara.


2. Di beberapa negeri seperti di Belanda, para lansia dikirim ke panti jompo yang biasanya berupa apartemen pencakar langit atas biaya negara, dan disana mereka hidup kesepian sampai mati.

3. Di beberapa negeri di Afrika, khususnya di negara miskin, orang tua cenderung dibiarkan atau ditelantarkan di dekat dapur sampai menemui ajal, atau seperti kebiasaan gajah, mereka yang sudah tua, cacat, tak mampu lagi pergi ke ‘hutan’ dan meninggal.

4. Di beberapa negara bagian di AS ada gerakan memberdayakan lansia dengan mendirikan Perguruan Tinggi khusus lansia, menciptakan pekerjaan yang bisa dilakoni lansia, membiayai klub-klub lansia. 

5. Di pelbagai negara maju ada kecenderungan untuk praktek euthanasia bagi para orangtua yang telah lumpuh, sakit-sakitan.

6. Di Singapura, jumlah orangtua merebak sampai 25% per tahun 2004, sementara jumlah bayi yang lahir tidak sampai 15% karena para pasangan memilih tidak punya anak. Pemerintah terpaksa menyediakan bonus khusus bagi warga yang bersedia mempunyai bayi yang kebanyakan adalah hasil adopsi, karena tidak mau repot-repot hamil.

7. Di Indonesia Pemerintah tidak mempunyai anggaran untuk pemeliharaan lansia. 80% dari lansia dipelihara oleh anak-anak mereka, sedangkan sebagian dikirim ke panti jompo yang dikelola oleh swasta.

8. Di negeri-negeri maju riset mengembangkan tritmen memperpanjang usia semakin nyata, berupa konsumsi obat-obatan.

9. Para lansia yang menderita akut di Rumah Sakit banyak yang diputus slang kehidupannya guna memutus penderitaannya.

Mungkin banyak dari kita tidak sepakat dengan pelbagai fenomen di atas, bukan? Terlepas dari pelbagai praksis di atas, di lain matra tampak jelas, bahwa setiap kali kita berbincang soal opa oma, kerap kita mengidentikkan dengan usia renta yang mendekati akhir hidup, padahal banyak opa oma yang ingin berumur panjang. Umur panjang sendiri adalah berkah yang perlu disyukuri, karena dengan umur panjang umumnya lebih terbuka kemungkinan berbuat sesuatu yang semakin berarti. 

Bagi setiap keluarga, terlebih yang mempunyai opa-oma, ada 7 langkah yang sebaiknya dipraktekkan guna memperoleh umur panjang, yaitu:

1. Olahraga
2. Mengelola stres
3. Seks yang baik
4. Perkawinan yang tumbuh
5. Sayangi kehidupan
6. Mengatur kehidupan
7. Kedekatan dengan alam

Di bawah ini, ada juga beberapa contoh daftar kegiatan positif yang bisa meningkatkan kualitas hidup sehari-hari, al:

1. Aku senam minimal 10 menit hampir setiap pagi
2. Secara teratur aku mengikuti acara olahraga tertentu 
3. Aku yakin olahraga merupakan bagian dari tanggung-jawab kehidupan
4. Aku pada umumnya hampir selalu mensyukuri atas apa yang kudapat
5. Dalam kondisi tertekan aku selalu berhasil berpikir positif dan terbuka
6. Dalam kondisi stres aku selalu berusaha berdoa, meditasi dan sabar
7. Aku percaya bahwa apa saja yang kuminta dalam iman pasti dikabulkan Tuhan
8. Aku melakukan seks secara teratur
9. Aku memang semakin mencintai pasanganku dari hari ke hari
10. Aku mencintai dia bukan ‘karena’ lagi tetapi ‘walaupun’
11. Aku selalu ingin membahagiakan dia dan memberikan yang terbaik padanya
12. Aku terus-menerus berdoa bagi pertumbuhan iman anak-anak kami
13. Pasanganku dan aku berusaha untuk terus-menerus untuk selalu terbuka
14. Aku merasa hampir tak rela melewatkan satu jam pun sia-sia dalam hidup ini
15. Aku selalu belajar terus, ingin tahu, memasuki daerah baru, mencoba hal baru
16. Dalam hal kebiasaan makan aku berusaha sedekat mungkin dengan alam
17. Dalam gaya hidup aku berusaha sekuat tenaga dekat dengan alam
18. Aku kini lebih banyak tersenyum, tertawa, bercanda
19. Aku kini lebih banyak berbuat sesuatu yang baik untuk sesama
20. Aku melakukan diet dan menahan diri atas konsumsi yang merusak kesehatan 

Sebuah informasi: 
Tahun 1930, para peneliti menemukan bahwa hidup tikus bisa diperpanjang 33% bila diberikan diet rendah kalori. Bukan saja usianya lebih panjang, tetapi terlihat lebih sehat dan muda. Sejak itu para ilmuwan memperkenalkan konsumsi lebih banyak buah-buahan, sayuran dan ikan, mengurangi konsumsi daging dan kolesterol. Para ilmuwan juga menemukan bahwa suku atau orang-orang yang lebih panjang usianya adalah masyarakat yang mengkonsumsi diet rendah kalori, sedikit makan daging, hidup sedekat mungkin dengan alam, jarang memakan obat kimiawi, menjauhi hidup gaya-semu, bisa menikmati seks, bisa mengatasi depresi, melakoni hidup dengan penuh makna, serta tidak tergantung alkohol atau obat psikotropika lainnya. Beberapa contoh opa-opa yang berumur panjang, yakni: Bob Hope yang meninggal 28 Juli 2003 berusia 100 tahun dan terbukti mengikuti ke-20 resep itu. Metusalem mencapai usia 800 tahun juga karena melakoni hidup dengan penuh arti. Abraham memperoleh anak pertama, Ismael, pada usia 99 tahun. Ia begitu bersatu dengan alam dan begitu beriman pada Allah. Mungkin, bagi mereka, hidup adalah 10% apa yang kita perbuat, dan 90% bagaimana kita menerimanya -- Life is 10 percent what you make it and 90 percent how you take it.

Di lain matra, Henri Nouwen pernah memaparkan bahwa memberi perhatian adalah panggilan hidup setiap manusia, terlebih memberi perhatian pada oma-opa. Dengan memberi perhatian pada oma-opa, kita juga sekaligus memberi penghargaan terhadap diri sendiri pula karena jelas bahwa setiap orang tidak dapat mengelak dari proses menjadi tua. Pengalaman menjadi tua adalah sebuah anugerah. Menjadi tua bukan alasan untuk berputus asa tapi menjadi dasar untuk berharap. Menjadi tua bukanlah suatu nasib yang harus diterima tapi sebuah kesempatan yang harus disambut. Karenanya, bagaimana menjadikan masa senja sebagai rahmat adalah juga terletak pada diri kita yang tak lepas dari proses menjadi tua. Persis seperti harapan Bapa Suci dalam ujud misinya, “semoga orang-orang lansia (baca:oma-opa) diakui sebagai unsur penting dalam pertumbuhan rohani dan manusiawi masyarakat. 

Nouwen, dalam bukunya, “Meniti Roda Kehidupan”, lebih lanjut mengatakan bahwa orang takut menjadi tua karena dengan ketuaannya ia akan mati dan tidak dapat hidup sesuai dengan tuntutan zaman”. Disinilah saya mau mengangkat sebuah pernyataan dalam bahasa sastrawi: “sungguh tak ada kecantikan yang sempurna, sehingga setiap keindahan harus dibuntuti oleh bayang-bayangnya. Kecantikan selalu dibayangi ketuaan. Dan, keabadian dibayangi kesementaraan. Aku sungguh menyadari bahwa kecantikanku tak mungkin abadi. Sungguh pun aku ingin selalu menunda perjalanan usia menuju kutub bernama tua.” Satu petatah petitih orang Jawa sangat tepat untuk menanggapi fenomen ini: “Yo wis dadi manungsa ki sing sabar, sing nrimo dhisik. Guti kuwi ora sare: Ya sudah, menjadi manusia itu mesti sabar, yang pertama menerima dulu. Tuhan tidak tidur.” 

Simone de Beauvoir, (La Viellesse) merefleksikan suasana yang pernah terjadi di Barat. Tidak sedikit oma opa kita yang mendapat perlakuan kurang layak. Di masa liburan, banyak dari antara mereka yang dikirim ke panti jompo oleh anak-anak mereka, tapi setelah masa liburan lewat, anak-anak mereka lupa untuk menjemput kembali. Alfons Deeken, menjelaskan juga bahwa kesepian yang dirasakan para oma-opa membuat mereka ingin melarikan diri dari masa kini dan masa depan. Mereka melarikan diri dari masa kini karena banyak orang yang meninggalkannya. Mereka melarikan diri dari masa depan karena itulah saat yang tidak memberikan suatu harapan apapun. Maka wajarlah, mereka ingin kembali ke masa lalu. Masa lalu adalah masa/saat yang dipandang bisa memberi penghiburan karena dipenuhi dengan pelbagai macam kenangan. Mereka lupa akan perkataan ini,“Ciptakanlah perubahan dan anda akan menang. Terimalah perubahan dan anda akan bertahan. Lawanlah perubahan dan anda akan kalah.”

Fenomen ini berimbas pada sebuah kenyataan: kebanyakan oma-opa jarang atau tak mau membicarakan kematian. Terutama bila belum terlalu tua, pembicaraan tentang kematian dianggap hanya mengada-ada dan menakutkan. Padahal kematian adalah hal yang pasti dan perlu dipersiapkan. Orang yang takut membicarakan kematian bisa jadi juga takut membicarakan kehidupan. Bagi saya, sepakat dengan Isaac Asimov, "Life is pleasant. Death is peaceful. It's the transition that's troublesome – hidup itu menyenangkan, mati itu damai, tapi peralihannya, itulah yang menyakitkan.” Sebab itu peralihan itu perlu didialogkan bukan? 

Berikut ini beberapa pertanyaan untuk berani menyiapkan kematian: 

1. Apakah aku sudah membicarakan kematian yang pasti datang itu secara terbuka dengan pasanganku?
2. Apakah aku telah lebih siap menghadapi peralihan itu dari kehidupan di dunia ke kehidupan abadi?
3. Percayakah aku akan kehidupan abadi yang telah dijanjikan oleh Tuhan sendiri?
4. Apakah aku telah mempersiapkan segalanya bagi pasanganku andaikan aku lebih dahulu dipanggil?
5. Bila masa peralihan dari kehidupan kini ke kehidupan abadi itu memakan waktu lama dan menyakitkan, sudah siapkah aku?
6. Apakah aku sudah lebih memahami makna kematian yaitu bahwa kematian itu tidak lain daripada awal kehidupan surgawi atau siksaan abadi?
7. Apakah aku merasa telah menyiapkan apa yang diperlukan oleh anak-anak bila aku telah meninggal dunia?
8. Apakah aku sudah cukup bisa mempertanggung-jawabkan seluruh hidupku nanti dalam menghadap Dia?
9. Sudahkah atau perlukah aku sejak kini mempersiapkan hal-hal seperti biaya, asuransi, tatacara pemakaman dan sebagainya?
10. Apakah aku yakin seyakin-yakinnya akan diterima di kehidupan abadi oleh Allah?

Sebenarnya, membicarakan kematian bisa sama penting dengan membicarakan kehidupan. Yang jelas cinta lebih kuat daripada kematian, bukan? Artinya bila suami-isteri benar-benar saling mencintai, mereka tidak akan canggung berbicara tentang kematian. Hidup tak berharga bila tidak dipersiapkan untuk kematian. Bukankah kematian itu hanya suatu bentuk perubahan menuju kehidupan baru? Bukankah kematian itu bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan, seperti siang dan malam, air mata dan tawa, sungai dan lautan? 

Bicara soal masa tua dan kematian yang siap menyambut oma dan opa kita, di lereng Bukit Zaitun ada pekuburan Yahudi yang paling tua dan paling besar, dan katanya juga paling mahal di seluruh dunia. Yang dikuburkan di sini bukan hanya orang Yahudi dari Yerusalem saja atau dari tempat-tempat lain di Tanah Suci, melainkan juga dari tempat-tempat lain di seluruh dunia. Hampir di setiap hati orang Yahudi, mereka ingin dikuburkan di kota suci Yerusalem. Hal ini disebabkan karena mereka percaya bahwa di tempat inilah akan berlangsung pengadilan terakhir setelah manusia bangkit dari alam maut. Menurut kata-kata Nabi Yoel: “Sebab sesungguhnya pada hari-hari itu, apabila Aku memulihkan keadaan Yehuda dan Yerusalem, Aku akan mengumpulkan segala bangsa dan akan membawa mereka ke Lembah Yosafat; Aku akan berperkara dengan mereka di sana mengenai umatKu dan milikKu sendiri, Israel” (Yoel 3:1-2). 

Ada banyak cara persiapan menjelang kematian yang menyenangkan, dan tidak lagi menakutkan. Beberapa pernyataan berikut bisa juga mulai dibicarakan dalam keluarga, terlebih jika keluarga kita memiliki oma dan atau opa: 

1. Kebangkitan Yesus memberi jaminan 100% bahwa kita juga akan bangkit seperti dijanjikanNya. Tentu saja bila kita percaya pada Dia.
2. Setiap orang beriman yang mati secara fisik akan ‘turun ke tempat penantian’ guna pembersihan jiwa sebelum masuk surga.
3. Kematian adalah tatkala orang berhenti berpikir, berhenti bermimpi, berhenti berharap, dan berhenti percaya.
4. Hidup kita mulai berhenti pada hari dimana kita berdiam diri atas sesuatu yang perlu atau seharusnya diperhatikan.
5. Hari ini (=Present) adalah anugerah maka … CARPE DIEM! – Reguklah hari ini – Seize the day! Buatlah hari ini berarti, maka kematian akan hilang.
6. Jangan menilai hari anda dengan hasil yang anda panen, tapi dari bibit yang anda tanamkan.
7. Sesungguhnya pasangan suami-isteri, khususnya yang mempunyai anak, tidak akan mati, karena mereka akan hidup terus dalam diri anak-cucu mereka.
8. Seseorang yang takut mati pada dasarnya adalah seseorang yang takut hidup, atau orang yang tidak mengerti tanggung-jawab panggilan hidup.
9. Kematian adalah tirani imajinasi. Tirani itu akan menyerang orang yang takut mati.
10. Bermimpilah seolah-olah hidup selamanya. Hiduplah seolah akan mati hari ini juga
11. Bagi orang beriman kematian adalah awal dari kehidupan abadi. Bagi yang tak beriman kematian adalah awal kematian abadi.
12. Kematian sesungguhnya sudah terjadi pada saat orang menghentikan panggilan kreativitasnya, pada saat orang telah menggembok pikirannya.
13. Orang yang tidak dapat lagi terpesona, terharu, takjub atau tidak dapat lagi mengalami sensasi – orang ini sudah mati.
14. Kebanyakan orang mati sebelum sepenuhnya lahir. Kekreativitasan berarti lahir sebelum mati. (Erich Fromm)
15. Kehidupan itu indah, kematian itu adalah kehidupan abadi (entah menderita atau bahagia).
16. Kebahagiaan itu adalah perjalanan, bukan tujuan.
17. Orang tak bisa hidup kecuali kalau mati
18. Tuhan menemukan diriNya dengan mencipta. Manusia yang diciptakanNya tidak akan pernah mati.
19. Dosa tak berampun membawa orang ke penderitaan abadi bukan ke kematian

Sampai masa tuamu dan sampai masa putih rambutmu
Aku tetap menggendong kamu.
Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus;
Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.
Yesaya 46:4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar