Ads 468x60px

Senin 11 Agustus 2014

PW. St. Klara
Yeh. 1:2-5,24 - 2:1a; Mat. 17:22-27.

"Chiara - Cahaya". Inilah nama asli dari St Clara yang kita kenangkan hari ini. "Cahaya" inilah juga yang saya rasakan ketika "napak tilas": berkunjung ke rumah pembuangan Bung Karno dan sekaligus "Taman Pancasila", tempat dia dulu menemukan inspirasi soal Pancasila di bawah pohon sukun, di dekat biara para pastor SVD di tengah kota Ende. Bung Karno sendiri jelas menjadi orang yang bercahaya karena hidupnya penuh dengan pelbagai keutamaan. Ia tidak menjadi "batu sandungan" tapi terus berjuang menjadi "batu loncatan" bagi bangsa dan rakyatnya dengan cucuran airmata-darah dan keringat . Itu juga yang diajarkan Yesus hari ini tentang "membayar pajak" (Perintah Allah Jangan Anda Kacaukan"), supaya kita tidak menjadi "batu sandungan" tapi menjadi orang yang benar-benar bercahaya dengan "pancasila" keutamaan iman setiap harinya, antara lain:


1."Ketuhanan": Kita diajak menjadi orang yang selalu menekankan dimensi keberimanan secara utuh-penuh dan menyeluruh.

2."Kemanusiaan": Kita diajak sadar bahwa kita hidup di dunia real jadi tetap menjadi orang beriman yang sesuai konteksnya, karena bukankah menjadi suci juga berarti menjadi manusiawi? Beriman lewat dan bersama hal-hal insani setiap hari.

3."Persatuan": Kita diajak untuk hidup rukun dan bersatu dengan semua orang yang berkehendak baik, demi suatu kosmos/keteraturan yang lebih bermutu, tidak mudah terpecah oleh gosipan/"adu domba".

4."Keterbukaan": Inilah sebuah semangat demokrasi, berani menuntut hak juga berani untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai orang beriman sekaligus warga bangsa.

5."Keadilan": Kita diajak untuk hidup "jurdil-jujurd dan adil", mentaati pelbagai aturan hukum yang berlaku dan tidak menjadi "parasit" bagi gereja dan bangsa, sesama dan dunia.

"Cari arang di Gunung Kelimutu - Jadilah orang yang benar-benar bermutu."

"Salam HIK-ers".
Tuhan memberkati + Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar