Ef. 6:1-9; Mzm.
145:10-11,12-13ab,13cd-14; Luk. 13:22-30.
"Veni vidi vici- Aku datang, aku lihat, aku menang!"Inilah semangat perjuangan khas Olimpiade.
Bicara soal perjuangan, kalau Jokowi kerap berkata: "Saya adalah petarung", maka hari inipun Yesus juga berkata: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!" (Luk 13:24).
Disinilah kita diajak lahir untuk berjuang dan hidup untuk terus berjuang supaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dengan kata lain: Kita tidak boleh ber-malas dan berlambat tapi harus terus ber-antuasias dan bersemangat, bersiap-siaga dalam berjuang untuk mencari dan melakukan segala hal yang menjadi kehendak Allah.
"Veni vidi vici- Aku datang, aku lihat, aku menang!"Inilah semangat perjuangan khas Olimpiade.
Bicara soal perjuangan, kalau Jokowi kerap berkata: "Saya adalah petarung", maka hari inipun Yesus juga berkata: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!" (Luk 13:24).
Disinilah kita diajak lahir untuk berjuang dan hidup untuk terus berjuang supaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dengan kata lain: Kita tidak boleh ber-malas dan berlambat tapi harus terus ber-antuasias dan bersemangat, bersiap-siaga dalam berjuang untuk mencari dan melakukan segala hal yang menjadi kehendak Allah.
Dulu, St Agustinus pernah berkata: "Terlambat aku mencintaiMu", karna dia sadari rahmat Allah selalu lebih besar dan kerap dia banyak menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang menjauhkannya dari cinta Allah.
Secara lebih real, kita bisa berjuang menjadi "anak-anak" yang tidak kekanak-kanakkan dengan 3 sikap dasar, al :
1. Mengenal.
Kita diajak untuk semakin peka merasakan kehadiran Ilahi lewat semua hal yang insani dan setiap hari, yang biasa-biasa dan sederhana, lewat sesama dan semesta.
Inilah proses mengenali dan memaknai pengalaman harian dalam kacamata iman.
2. Mencari.
Kita diajak untuk pro aktif mencari saat dan tempat dimana kita bisa lebih dekat dan menemukan kehadiran Allah.
Hal ini bisa didapat lewat hidup doa pribadi/bersama atau juga mengadakan waktu refleksi di tengah rutinitas harian.
3. Melakukan.
Kita diingatkan bahwa dimensi iman yang paling jelas adalah pengejawantahan.
Iman tidak cukup diungkapkan/dirayakan tapi iman jelas-jelas harus diwujudnyatakan lewat karya nyata penuh belaskasihan:
* mengunjungi yang sakit/dipenjara
* memberi makan yang lapar
* memberi pakaian untuk yang gelandangan
* menguburkan orang mati, dsbnya.
"Dari Taman Lawang ke Taman Sari- Mari beriman dan berjuang setiap hari."
Salam Hikers,
Tuhan berkati & Bunda merestui
Fiat Lux! @RmJostKokoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar