Bicara soal pengenalan diri yang dalam
metodologi retret kerap disebut sebagai sesion "who am i", kita bisa
belajar dari sebuah kisah tentang kepiting. Begini kisahnya:
Kami menggunakan sebatang bambu,
mengikatkan tali ke batang bambu itu, di ujung lain tali itu kami mengikat
sebuah batu kecil. Lalu kami mengayun bambu agar batu di ujung tali terayun
menuju kepiting yang kami incar, kami mengganggu kepiting itu dengan batu,
menyentak dan menyentak agar kepiting itu marah, dan kalau itu
berhasil maka kepiting itu akan 'menggigit' tali atau batu itu dengan geram,
capitnya akan mencengkeram batu atau tali dengan kuat sehingga kami leluasa
mengangkat bambu dengan ujung tali berisi seekor kepiting gemuk yang sedang
marah.
Kami tinggal mengayun perlahan bamboo ini agar ujung talinya menuju
sebuah wajan besar yang sudah kami isi dengan air mendidih karena di bawah
wajan itu ada sebuah kompor dengan api yang sedang menyala. Kami celupkan
kepiting yang sedang murka itu ke dalam wajan tersebut, seketika kepiting
melepaskan gigitan-nya dan tubuhnya menjadi merah, tak lama kemudian kami bisa
menikmati kepiting Rebus yang sangat lezat.
Kepiting itu menjadi korban
santapan kami karena kemarahannya, karena kegeramannya atas gangguan yang kami
lakukan melalui sebatang bambu, seutas tali dan sebuah batu kecil. Bukaankah
kadang kita mirip sekali dengan kepiting. Dalam relasi, kerap menjadi tidak
dewasa.
Baiklah kita mengingat terdapat 5
kelemahan utama manusia: Disaat sembarangan, mudah membunuhnya. Disaat takut,
mudah menangkapnya. Disaat marah, mudah menghasutnya. Di saat sensitif, mudah
menjadikannya terhina.Disaat emosional, mudah membuatnya gelisah.
Semangat pagi. Selamat berbagi.
Tuhan memberkati + Bunda
merestui. Fiat Lux! (@RomoJostKokoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar