Ads 468x60px

Rabu 07 Januari 2015

Pekan Biasa sesudah Epifani
1 Yoh 4:11-18; Mrk 6:45-52

"Salva nos-Selamatkanlah kami!" 

Inilah harapan orang yang beriman.
Sebaliknya, kita melihat sikap para murid yang "kuman, kurang beriman".
Mereka "heran" menyaksikan mukjizat-mukjizat yang menyelamatkan.
Mereka ketakutan menyaksikan Yesus berjalan di atas air ketika perahu mereka sedang diombang-ambingkan angin sakal.
Ia melihat dan “datang” untuk menolong mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang memiliki relasi akrab dengan Yesus, tidak pernah lepas dari perhatianNya.

Adapun Yesus melihat dari darat betapa payahnya mereka mendayung.
Payah, dari sebuah kata kerja yang artinya menyiksa/menyusahkan. 
Ini melukiskan kesulitan para murid ketika mereka harus mendayung melawan angin.
Sedangkan, jam tiga malam (teks Inggris: jam jaga malam yang keempat) berlangsung dari jam 3 hingga jam 6 pagi.

Ajakan penyelamatanNya yang bisa kita ingat, adalah:


1.Tenanglah:
Ajakan ini mengandung juga pengertian berani untuk mengambil jarak, tidak larut hanyut dalam masalah hidup harian.

2.Aku ini:
Ia meyakinkan para murid bahwa kehadiranNya sungguh nyata. 

3.Jangan takut:
Ia menawarkan sebuah keberanian iman.
Pastinya, tanpa satu katapun dari Yesus, angin pun redalah (Yun: menjadi lelah bertiup).
Di lain segi, ironis bahwa para murid, yang sudah mengalami mukjizat pemberian makan lima ribu orang, belum juga mengenal Yesus dengan baik.
Mereka belum menyadari bahwa Yesus adalah Tuhan.
Pikiran mereka masih buta dan belum terbuka.

Bisa jadi, ini juga terjadi pada kita. Meski kita menyebut diri anak-anak Tuhan, meski kita terlibat aktif dalam pelayanan, tetapi kita belum mengenal Yesus dengan baik.
Ini bisa diuji dengan sikap kita tatkala menghadapi masalah, sudahkah kita menunjukkan ketergantungan pada Dia?

"Makan bakut di Kalimati-
Jangan takut karna Tuhan memberkati."

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui. 
Fiat Lux!@RmJostKokoh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar