Ads 468x60px

Senin 10 Agustus 2015


Pesta St. Laurensius
2 Kor. 9:6-10 ; Mzm. 112:1-2,5-6,7-8,9 ; Yoh. 12:24-26

“Sentire cum ecclesia – Sehati dengan gereja”.
Inilah motto Uskup Romero yang ditembak mati di Elsavador sebagai martir (Yun: “saksi”). Bersama dengan teladan kemartiran St Laurensius yang dikenangkan hari ini, kita juga diajak untuk senantiasa menjadi martir/saksi yang sehati dengan gereja.
Adapun “3K” yang bisa kita petik daripadanya, antara lain:

1. Karya pelayanan: 
Santo Laurensius termasuk salah satu dari ketujuh Diakon Agung yang bekerja membantu Sri Paus di Roma. Adapun arti dasar diakon adalah pelayanan. Kita diajak melayani Tuhan lewat sesama dengan sukarela dan bukan sukar rela, dengan “intentio pura” (tulus) dan bukan “intentio pura – pura” (penuh akal bulus).

2. Kecintaan pada orang kecil:
Oleh Paus Sixtus iI ( 257-258 ), Laurensius diberi tugas untuk mengurus harta kekayaan Gereja dan membagi-bagikan derma kepada fakir miskin di seluruh kota Roma. Setelah Paus Sixtus II ditangkap dan dibunuh atas perintah Kaisar, Laurensius dipanggil oleh Prefek kota Roma. Ia dipaksa menyerahkan seluruh harta kekayaan Gereja kepada penguasa Roma. Laurensius mengiyakannya. Ia pun mengumpulkan seluruh orang-orang miskin dan membagi-bagikan semua uang yang masih ada padanya kepada mereka yang membutuhkan. Ia bahkan juga menjual bejana-bejana berharga milik Gereja dan membagikan uangnya kepada mereka yang miskin papa.

Ia terus menjelajahi kota selama tiga hari untuk mengumpulkan orang-orang yang sakit, fakir miskin, jompo, janda serta para yatim piatu. Pada hari yang terakhir, ia membawa mereka semua ke hadapan penguasa Roma, katanya, “Tuan, inilah harta karun Gereja!” Tindakannya itulah yang kemudian menyulut kemarahan penguasa Roma dan menghukumnya dengan dipanggang di atas api. Cinta dan semangat pengikut Kristus dalam diri Santo Laurensius membuatnya mampu mepertaruhkan nyawanya bagi orang kecil dan miskin.

3. Kesabaran dalam penderitaan:
Pada masa Laurentius hidup, umat Kristiani mengalami penganiayaan hebat dalam pemerintahan Kaisar Valerianus. Kaisar memerintahkan agar Paus St. Sixtus II beserta keenam diakon lainnya dijatuhi hukuman penggal, sehingga tinggallah Laurensius seorang diri. Sementara Paus digiring ke tempat hukuman mati, Laurensius mengikutinya sambil menangis, “Bapa, mengapa engkau pergi meninggalkan aku?” Paus menjawabnya, “Aku tidak meninggalkan engkau, anakku. Tiga hari lagi engkau akan bersamaku.” Laurensius amat gembira karena ia juga akan diperbolehkan menerima piala kemartiran. Laurensius pun dijatuhi hukuman mati secara perlahan dan kejam. Laurensius diikatkan pada panggangan besi raksasa yang dipanaskan di atas api yang kecil sehingga api memanggang daging tubuhnya secara perlahan-lahan. Laurensius memang terbakar, tetapi bukan oleh api, melainkan oleh rasa cinta yang amat mendalam kepada Tuhan
.
Oleh karena itu, Laurensius menjalani siksaannya dengan ketabahan yang mengagumkan. Tuhan juga memberinya kekuatan dan sukacita yang luar biasa, hingga Laurensius masih sempat bercanda, “Balikkan tubuhku,” katanya kepada algojo, “yang sebelah sini sudah matang!” Kemudian, ”Ya, sudah cukup matang sekarang!” Sementara Laurensius terbaring sekarat, wajahnya memancarkan sinar surgawi. Laurensius berdoa agar penduduk kota Roma bertobat dan berbalik kepada Yesus dan semoga iman Katolik menyebar ke seluruh dunia. Demi menghormati teladan kesabaran iman dalam penderitaannya, Kaisar Konstantinus membangun sebuah basilika yang indah dan nama St Laurensius ada di antara para kudus Dalam Doa Syukur Agung Pertama dalam Misa.

“Makan bakut berteman lampu senthir – Jangan takut menjadi martir.”

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0


Tidak ada komentar:

Posting Komentar