Feat: SKI – Natalan Rasa Indonesia
@SOLO, Spirit Of Loving Others.
@SOLO, Spirit Of Loving Others.
2 Sam.
11:1-4a,5-10a,13-17; Mzm. 51:3-4,5-6a,6bc-7,10-11; Mrk. 4:26-34
Bacaan Injil: Mrk. 4:26-34.
26 Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang
menaburkan benih di tanah, 27 lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari
ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi,
bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. 28 Bumi dengan sendirinya
mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir
yang penuh isinya dalam bulir itu. 29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang
itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." 30 Kata-Nya lagi:
"Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan
perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? 31 Hal Kerajaan itu
seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling
kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. 32 Tetapi apabila ia
ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang
lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara
dapat bersarang dalam naungannya." 33 Dalam banyak perumpamaan yang
semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian
mereka, 34 dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi
kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Renungan:
“Adveniat
regnum Tuum – Datanglah kerajaanMu!”
Sering
kita mendengar pewartaan biblis ttg biji sesawi yang mengilustrasikan bahwa
yang kecil itu bisa menjadi besar dan yang biasa itu bisa menjadi luar biasa
karena adanya penyelenggaraan ilahi. Nah, berdasarkan iman akan penyelenggaraan
ilahi, ternyata ‘sesawi’, yang “SEderhana, SAbar dan manusiaWI" ini
mengajak kita memiliki tiga poros iman, antara lain:
1.
Berakar dalam CINTA:
Tuhan setia mengasihi kita mulai dari hal-hal yang terkecil. Ia menjadi ‘PAM’, pupuk yang menyuburkan – air yang menyegarkan – matahari yang menghangatkan. Inilah “akar”, kekuatan dasar bahwa Allah telah lebih dahulu mencintai kita.
Tuhan setia mengasihi kita mulai dari hal-hal yang terkecil. Ia menjadi ‘PAM’, pupuk yang menyuburkan – air yang menyegarkan – matahari yang menghangatkan. Inilah “akar”, kekuatan dasar bahwa Allah telah lebih dahulu mencintai kita.
2.
Bertumbuh dalam SUKACITA:
Sesawi (sinapis nigra) adalah sejenis sayuran berwarna hitam dan paling banyak tumbuh di wilayah selatan dan timur negara Mediterania-Mesopotamia, dan kerap dipergunakan sebagai penyedap masakan. Ukurannya memang sangat kecil, dengan diameter sekitar 0.5 cm. Namun biji ini dapat tumbuh menjadi pohon besar. Nah, sebagaimana biji sesawi yang merupakan biji terkecil dapat tumbuh dan menjadi pohon yang terbesar demikian juga Kerajaan Allah. Meskipun pada mulanya kecil namun akhirnya akan tumbuh menjadi besar (Dan 4:12 dan Yeh. 17:23 dan 31:6). Inilah yang seharusnya membuat hidup kita penuh sukacita.
Sesawi (sinapis nigra) adalah sejenis sayuran berwarna hitam dan paling banyak tumbuh di wilayah selatan dan timur negara Mediterania-Mesopotamia, dan kerap dipergunakan sebagai penyedap masakan. Ukurannya memang sangat kecil, dengan diameter sekitar 0.5 cm. Namun biji ini dapat tumbuh menjadi pohon besar. Nah, sebagaimana biji sesawi yang merupakan biji terkecil dapat tumbuh dan menjadi pohon yang terbesar demikian juga Kerajaan Allah. Meskipun pada mulanya kecil namun akhirnya akan tumbuh menjadi besar (Dan 4:12 dan Yeh. 17:23 dan 31:6). Inilah yang seharusnya membuat hidup kita penuh sukacita.
3.
Berbuah dalam KARYA NYATA:
Seperti sesawi yang memiliki cabang yang lebat hingga burung-burung di udara dapat bersarang nyaman padanya, kita juga diajak menjadi rumah yg meneduhkan karena "Kerajaan Allah itu bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus". (Rm 14:17), maka perjuangan merajakan Allah harus ditandai dengan pelbagai kebaikan yang nyata: real dan kontekstual.
Seperti sesawi yang memiliki cabang yang lebat hingga burung-burung di udara dapat bersarang nyaman padanya, kita juga diajak menjadi rumah yg meneduhkan karena "Kerajaan Allah itu bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus". (Rm 14:17), maka perjuangan merajakan Allah harus ditandai dengan pelbagai kebaikan yang nyata: real dan kontekstual.
“Cari
mangga di Taman Sari – Ciptakanlah surga setiap hari.”
Salam
HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK 7EDF44CE/54E255C0
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK 7EDF44CE/54E255C0
NB:
1. “Rex Mundi – Raja Semesta.”
Adapun
kerajaanNya yang datang itu digambarkan dengan perumpamaan biji sesawi yang
"SEderhana, SAbar dan manusiaWI." Ya, KerajaanNya itu dimulai hanya
dengan Yesus dan sekelompok kecil murid yang sederhana dan penuh penyerahan
diri (Yoh 20:22; Kis 2:4).
Akan
tetapi, perwujudan yang kelihatan dari kerajaan itu bertumbuh sampai menjadi
besar dan meneduhkan banyak orang. Sesawi yang dimaksudkan di sini sendiri
ialah sejenis tanaman yang dapat tumbuh setinggi kira-kira tiga meter dan
merupakan tanaman terbesar yang tumbuh di Israel. Pertumbuhannya yang luar
biasa dari biji yang terkecil menjadi sebuah semak yang seukuran dengan sebuah
pohon kecil secara nubuat melukiskan pertumbuhan Kerajaan Allah dari awal yang
tak berarti berupa murid-murid Yesus yang sederhana menjadi suatu Gereja yang
besar dan mekar di tengah dunia.
Disinilah
kita belajar untuk menghadirkan kerajaanNya dengan 3 poros, al:
A.Berawal
dari hidup sehari-hari:
Tuhan itu hadir lewat banyak pengalaman harian yang biasa-biasa dan tak melulu luar biasa.
Ia hadir dan menyapa lewat banyak perjumpaaan kita dengan sesama+semesta.
Tuhan itu hadir lewat banyak pengalaman harian yang biasa-biasa dan tak melulu luar biasa.
Ia hadir dan menyapa lewat banyak perjumpaaan kita dengan sesama+semesta.
B.Bertumbuh
setiap hari:
Semua kebaikan membutuhkan proses untuk berkembang dan kita diajak untuk bersabar dalm proses kehidupan karna bukankah semua hal itu pada awalnya datang dari hal-hal yang kecil?
Semua kebaikan membutuhkan proses untuk berkembang dan kita diajak untuk bersabar dalm proses kehidupan karna bukankah semua hal itu pada awalnya datang dari hal-hal yang kecil?
C.Berbuah
dan terus memberi:
Seperti pohon sesawi yang memberi keteduhan, kita juga diajak berbuah nyata dalam iman kristiani.
Seperti pohon sesawi yang memberi keteduhan, kita juga diajak berbuah nyata dalam iman kristiani.
Hidup
kita memberi dan membuahkan keteduhan bagi smakin banyak orang lain.
"Cari
mangga di Kalisari - Ciptakan surga setiap hari."
2.“Adveniat regnum Tuum – Datanglah kerajaanMu!”
Itulah harapan iman yang kita daraskan dalam doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus.
Hari ini, Yesus sendiri mengajarkan perumpamaan KerajaanNya seperti biji sesawi dan ragi, yang ternyata mengandung tiga syarat dasar supaya kerajaanNya sungguh datang di tengah carut marut hidup harian kita, antara lain:
A.Simplicitas-Sederhana:
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Biji sesawi (“SEderhana, SAbar dan manusiaWI”)
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Biji sesawi (“SEderhana, SAbar dan manusiaWI”)
Biji sesawi dapat berasal dari 3 jenis tanaman yang berbeda: biji sesawi hitam (nigra), biji sesawi Indian berwarna coklat (juncea) dan biji sesawi putih/kuning (hirta/sinapis alba). Diameter biji sesawi kurang lebih 1 milimeter. Biji sesawi juga biasa dipakai sebagai bahan penyedap makanan.
Namun
biji ini dapat tumbuh menjadi pohon besar. Nah, sebagaimana biji sesawi yang
merupakan biji terkecil dapat tumbuh dan menjadi pohon yang terbesar demikian
juga Kerajaan Allah: meskipun pada mulanya kecil namun akhirnya akan tumbuh
menjadi besar (Dan 4:12 dan Yeh. 17:23 dan 31:6).
B.Integritas-Keseluruhan:
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." Bukankah kedamaian Kerajaan Surga berlangsung secara perlahan namun nyata dan menyeluruh? Seperti “ragi” (“RAjin berbaGI), proses transformasinya tidak selalu kelihatan mencolok, tetapi akibatnya terhadap seluruh dunia jelas dan tegas terlihat.
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." Bukankah kedamaian Kerajaan Surga berlangsung secara perlahan namun nyata dan menyeluruh? Seperti “ragi” (“RAjin berbaGI), proses transformasinya tidak selalu kelihatan mencolok, tetapi akibatnya terhadap seluruh dunia jelas dan tegas terlihat.
C.Fraternitas:
Kerajaan Allah dimengerti sebagai realitas yang membuat terwujudnya “syalom” (damai): seperti burung yang terlindung dengan nyaman dalam cabang-cabang pohon sesawi yang bertumbuh besar dan seperti ragi yang meresap dalam tepung terigu sehingga menjadi roti yang enak dinikmati. Inilah suasana “syalom” yang didasari semangat persaudaraan, ketika yang tawar dan hambar menjadi benar benar hangat dan bermanfaat.
Kerajaan Allah dimengerti sebagai realitas yang membuat terwujudnya “syalom” (damai): seperti burung yang terlindung dengan nyaman dalam cabang-cabang pohon sesawi yang bertumbuh besar dan seperti ragi yang meresap dalam tepung terigu sehingga menjadi roti yang enak dinikmati. Inilah suasana “syalom” yang didasari semangat persaudaraan, ketika yang tawar dan hambar menjadi benar benar hangat dan bermanfaat.
“Abdullah
berenang di sungai Gangga – Ciptakanlah kerajaan Surga.”
Salam
HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
3.Bicara soal surga, itu adalah sebuah tempat di alam akhirat yang dipercaya
sebagai lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidupnya berbuat
kebajikan.
Adapun
akar katanya dalam beberapa bahasa, antara lain: Sanskrit: Svarga; Jw: Swarga;
Arab: Jannah, Hokkian: Thian/天. Surga
juga punyai nama lain, yakni Kahyangan. Istilah Kahyangan berasal dari bahasa
Jawa Kuno dan Sunda yang jika dipilah menjadi ka-hyang-an, "tempat tinggal
para Hyang/leluhur".
Dalam
kacamata Islam, surga tertinggi tingkatannya adalah Firdaus (فردوس) - Pardis
(پردیس), dimana para nabi dan rasul, martir dan orang saleh tinggal. Dalam
kacamata iman kita, surga jelas adalah kehidupan kekal, di mana Allah berada
dan meraja.
Lewat
hal inilah, Yesus tampak hadir sebagai Tuhan yang benar-benar insani. Ia
ajarkan hal ilahi dengan cara yang manusiawi. Artinya: Tuhan dan kerajaanNya
itu dekat dengan kita, tidak usah menunggu kiamat tapi bisa tercipta setiap
hari secara manusiawi dengan cara-cara yang manusiawi juga, seperti: mudah
bersyukur dan berterimakasih, suka berbagi dan memuji, sabar dan bersikap jujur
dll.
KerajaanNya
bekerja secara tersembunyi dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam,
bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang menerima kehidupan baru yang ditawarkan
Yesus Kristus kepada kita. Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui
terus-menerus seturut karya Roh Kudus: Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui
terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
Lebih
lanjut, Yesus menjelaskan perihal Kerajaan Surga (Sanskrit: Svarga, Jw: Swarga,
Hokkian: Thian, 天)
sebanyak tujuh kali perumpamaan dalam sebuah bab di Injil Matius (Bdk. Mat 13):
BagiNya, surga itu datang dengan sederhana dan lewat hal-hal sederhana, seperti
seorang penabur benih, gandum di tengah ilalang, biji sesawi, ragi, harta terpendam,
mutiara dan hari ini ditegaskan surga seperti jala/pukat berisi ikan yang baik.
Hari
inilah, kita diutus untuk berjuang menciptakan surga secara nyata, dengan:
menjadi “benih” yang berakar bertumbuh dan berbuah, menjadi “gandum” yang hidup di tengah lalang, menjadi “sesawi” yang menyejukkan karena SEderhana-SAbar dan manusiaWI, menjadi “ragi” yang mengembangkan kebaikan karena RAjin berbaGI, memiliki “harta terpendam” yang penuh HARapan dan sukaciTA, memiliki “mutiara yang berharga” karena setia “MUliakan Tuhan-TIngkatkan iman+ARAhkan ke tujuan, serta berjuang
menjadi “ikan yang baik” di dalam pukat/jalanya Tuhan.
menjadi “benih” yang berakar bertumbuh dan berbuah, menjadi “gandum” yang hidup di tengah lalang, menjadi “sesawi” yang menyejukkan karena SEderhana-SAbar dan manusiaWI, menjadi “ragi” yang mengembangkan kebaikan karena RAjin berbaGI, memiliki “harta terpendam” yang penuh HARapan dan sukaciTA, memiliki “mutiara yang berharga” karena setia “MUliakan Tuhan-TIngkatkan iman+ARAhkan ke tujuan, serta berjuang
menjadi “ikan yang baik” di dalam pukat/jalanya Tuhan.
Bukankah tak ada hal yang lebih membahagiakan selain, bertemu dengan Allah, lalu sesudah itu memantulkan cahaya wajahNya kepada orang lain?
Mat
17:20:
“Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu.”
“Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu.”
Ite
missa est . Pergilah kamu diutus!
4."Ira furor brevis est - Amarah adalah kegilaan yang singkat."
Inilah sebuah pepatah sederhana tapi kaya makna seperti perumpamaan Yesus yang selalu sederhana tapi tetap kaya makna. Adapun hari ini, Ia mengumpamakan surga seperti biji sesawi.
Inilah sebuah pepatah sederhana tapi kaya makna seperti perumpamaan Yesus yang selalu sederhana tapi tetap kaya makna. Adapun hari ini, Ia mengumpamakan surga seperti biji sesawi.
Bicara
soal surga, itu adalah sebuah tempat di alam akhirat yang dipercaya sebagai
lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidupnya berbuat kebajikan.
Adapun akar katanya dalam beberapa bahasa, antara lain: Sanskrit: Svarga; Jw:
Swarga; Arab: Jannah, Hokkian: Thian/天. Surga juga punyai nama lain, yakni Kahyangan. Istilah
Kahyangan berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Sunda yang jika dipilah menjadi
ka-hyang-an, "tempat tinggal para Hyang/leluhur". Dalam kacamata
Islam, surga tertinggi tingkatannya adalah Firdaus (فردوس) - Pardis (پردیس),
dimana para nabi dan rasul, martir dan orang saleh tinggal. Dalam kacamata iman
kita, surga jelas adalah kehidupan kekal, di mana Allah berada dan meraja.
Adapun
3 sifat orang yang ingin mencecap surga stiap hari adalah berpola
"sesawi", antara lain:
A.SEderhana:
Seperti sesawi yang tampaknya biasa, surga juga datang lewat hal-hal biasa dan orang-orang yang sederhana. Itu berarti bahwa Kerajaan Allah mulai dari hal-hal yang kecil yang tumbuh dalam hari setiap orang yang menerima sabda Allah.
Kerajaan Allah bekerja secara tersembunyi dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang menerima kehidupan baru yang ditawarkan Yesus Kristus kepada kita. Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
Seperti sesawi yang tampaknya biasa, surga juga datang lewat hal-hal biasa dan orang-orang yang sederhana. Itu berarti bahwa Kerajaan Allah mulai dari hal-hal yang kecil yang tumbuh dalam hari setiap orang yang menerima sabda Allah.
Kerajaan Allah bekerja secara tersembunyi dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang menerima kehidupan baru yang ditawarkan Yesus Kristus kepada kita. Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
B.SAbar:
Sesawi itu asalnya hanyalah kecil saja tapi perlahan ia akan tumbuh menjadi pohon yang sangat besar, dan itu pasti memerlukan kesabaran yang luar biasa, menghadapi aneka tantangan "angin dan hujan kehidupan." Yang pasti, bukankah sabar itu mengajak kita untuk bisa mencecap surga karena jelas Allah kita juga adalah Allah yang Maha Sabar, yang tidak mudah menghakimi tapi selalu belajar memahami.
Indahnya, kerajaan Allah bekerja perlahan secara tersembunyi dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang menerima kehidupan baru: Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
Sesawi itu asalnya hanyalah kecil saja tapi perlahan ia akan tumbuh menjadi pohon yang sangat besar, dan itu pasti memerlukan kesabaran yang luar biasa, menghadapi aneka tantangan "angin dan hujan kehidupan." Yang pasti, bukankah sabar itu mengajak kita untuk bisa mencecap surga karena jelas Allah kita juga adalah Allah yang Maha Sabar, yang tidak mudah menghakimi tapi selalu belajar memahami.
Indahnya, kerajaan Allah bekerja perlahan secara tersembunyi dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang menerima kehidupan baru: Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
C.manusiaWI:
Yesus selalu hadir sebagai Tuhan yang benar-benar insani. Ia ajarkan hal ilahi dengan cara yang manusiawi. Artinya: Tuhan dan kerajaanNya itu dekat dg kita, tidak usah menunggu kiamat tapi bisa tercipta setiap hari secara manusiawi dengan cara-cara yang manusiawi juga, seperti: mudah bersyukur dan berterimakasih, suka berbagi dan memuji, sabar dan bersikap jujur dll.
Yesus selalu hadir sebagai Tuhan yang benar-benar insani. Ia ajarkan hal ilahi dengan cara yang manusiawi. Artinya: Tuhan dan kerajaanNya itu dekat dg kita, tidak usah menunggu kiamat tapi bisa tercipta setiap hari secara manusiawi dengan cara-cara yang manusiawi juga, seperti: mudah bersyukur dan berterimakasih, suka berbagi dan memuji, sabar dan bersikap jujur dll.
"Buah
naga di Sukabumi - Ciptakan surga di bumi."
Salam
HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
5.Friday, 29 January
"What the kingdom of God is like"
"What the kingdom of God is like"
Scripture:
Mark 4:26-34
And he
said, "The kingdom of God is as if a man should scatter seed upon the
ground, and should sleep and rise night and day, and the seed should sprout and
grow, he knows not how. The earth produces of itself, first the blade, then the
ear, then the full grain in the ear. But when the grain is ripe, at once he
puts in the sickle, because the harvest has come." And he said, "With
what can we compare the kingdom of God, or what parable shall we use for it? It
is like a grain of mustard seed, which, when sown upon the ground, is the
smallest of all the seeds on earth; yet when it is sown it grows up and becomes
the greatest of all shrubs, and puts forth large branches, so that the birds of
the air can make nests in its shade." With many such parables he spoke the
word to them, as they were able to hear it; he did not speak to them without a
parable, but privately to his own disciples he explained everything.
Meditation
What
can mustard seeds teach us about the kingdom of God? The tiny mustard seed
literally grew to be a tree which attracted numerous birds because they loved
the little black mustard seed it produced. God's kingdom works in a similar
fashion. It starts from the smallest beginnings in the hearts of men and women
who are receptive to God's word. And it works unseen and causes a
transformation from within. Just as a seed has no power to change itself until
it is planted in the ground, so we cannot change our lives to be like God until
God gives us the power of his Holy Spirit.
The
Lord of the Universe is ever ready to transform us by the power of his Spirit.
Are you ready to let God change you by his life-giving Word and Spirit? The
kingdom of God produces a transformation in those who receive the new life
which Jesus Christ offers. When we yield to the Lord Jesus and allow his word
to take root in us, our lives are transformed by the power of the Holy Spirit
who dwells within us. Paul the Apostle says, "we have this treasure in
earthen vessels, to show that the transcendent power belongs to God and not to
us" (2 Corinthians 4:7). Do you believe in the transforming power of the
Holy Spirit?
Peter
Chrysologous (400-450 AD), an early church father, explained how the "tree
of the cross" spread its branches throughout the world and grew into a
worldwide community of faith offering its fruit to the whole world:
It is up to us to sow this mustard seed in our minds and let it grow within us into a great tree of understanding reaching up to heaven and elevating all our faculties; then it will spread out branches of knowledge, the pungent savor of its fruit will make our mouths burn, its fiery kernel will kindle a blaze within us inflaming our hearts, and the taste of it will dispel our unenlightened repugnance. Yes, it is true: a mustard seed is indeed an image of the kingdom of God. Christ is the kingdom of heaven. Sown like a mustard seed in the garden of the virgin’s womb, he grew up into the tree of the cross whose branches stretch across the world. Crushed in the mortar of the passion, its fruit has produced seasoning enough for the flavoring and preservation of every living creature with which it comes in contact. As long as a mustard seed remains intact, its properties lie dormant; but when it is crushed they are exceedingly evident. So it was with Christ; he chose to have his body crushed, because he would not have his power concealed….
Christ
became all things in order to restore all of us in himself. The man Christ
received the mustard seed which represents the kingdom of God; as man he
received it, though as God he had always possessed it. He sowed it in his
garden, that is in his bride, the Church. The Church is a garden extending over
the whole world, tilled by the plough of the gospel, fenced in by stakes of
doctrine and discipline, cleared of every harmful weed by the labor of the
apostles, fragrant and lovely with perennial flowers: virgins’ lilies and
martyrs’ roses set amid the pleasant verdure of all who bear witness to Christ
and the tender plants of all who have faith in him. Such then is the mustard
seed which Christ sowed in his garden. When he promised a kingdom to the
patriarchs, the seed took root in them; with the prophets it sprang up; with
the apostles it grew tall; in the Church it became a great tree putting forth
innumerable branches laden with gifts. And now you too must take the wings of
the psalmist’s dove, gleaming gold in the rays of divine sunlight, and fly to
rest for ever among those sturdy, fruitful branches. No snares are set to trap
you there; fly off, then, with confidence and dwell securely in its shelter.
(Sermon 98)
Do you allow the seed of God's word to take deep root in your life and transform you into a fruit-bearing disciple of Jesus Christ?
"Lord
Jesus, fill me with your Holy Spirit and transform me into the Christ-like
holiness you desire. Increase my zeal for your kingdom and instill in me a holy
desire to live for your greater glory."
Psalm 51:1-5,8-9
Have
mercy on me, O God, according to your
steadfast love; according to your abundant
mercy blot out my transgressions.
Wash me thoroughly from my iniquity, and
cleanse me from my sin!
For I know my transgressions, and my sin is ever
before me.
Against you, you only, have I sinned, and done
that which is evil in your sight, so that you are
justified in your sentence and blameless in
your judgment.
Behold, I was brought forth in iniquity, and in sin
did my mother conceive me.
Fill me with joy and gladness; let the bones
which you have broken rejoice.
Hide your face from my sins, and blot out all my
iniquities.
steadfast love; according to your abundant
mercy blot out my transgressions.
Wash me thoroughly from my iniquity, and
cleanse me from my sin!
For I know my transgressions, and my sin is ever
before me.
Against you, you only, have I sinned, and done
that which is evil in your sight, so that you are
justified in your sentence and blameless in
your judgment.
Behold, I was brought forth in iniquity, and in sin
did my mother conceive me.
Fill me with joy and gladness; let the bones
which you have broken rejoice.
Hide your face from my sins, and blot out all my
iniquities.
Daily Quote from the Early Church Fathers
"The
sum of all is God, the Lord of all, who from love of his creatures has
delivered his Son to death on the cross. For God so loved the world that he
gave his only begotten Son for it. Not that he was unable to save us in another
way, but in this way it was possible to show us his abundant love abundantly,
namely, by bringing us near to him by the death of his Son. If he had anything
more dear to him, he would have given it to us, in order that by it our race
might be his. And out of his great love he did not even choose to urge our
freedom by compulsion, though he was able to do so. But his aim was that we
should come near to him by the love of our mind. And our Lord obeyed his Father
out of love for us." (Isaac of Nineveh, 613-700 A.D., excerpt from
Ascetical Homily 74.28)
6.SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
13.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
13.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar