Ads 468x60px

Minggu 17 Januari 2016


Hari Minggu Biasa II
Yes. 62:1-5; Mzm. 96:1-2a,2b-3,7-8a,9-10ac; 1Kor. 12:4-11; Yoh. 2:1-11. 

Bacaan Injil: Yoh. 2:1-11: 
1 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; 2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. 3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." 4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." 5 Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" 6 Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. 7 Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh. 8 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu merekapun membawanya. 9 Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya ia memanggil mempelai laki-laki, 10 dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." 11 Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.


Renungan HIK:
“Unitas et Caritas – Persatuan dan Kasih.”
Itulah tema pokok yang terjadi pada pesta pernikahan di Kana.
Pernikahan (Bhs Inggris: wedding, Bhs Arab: nikkah) adalah pengikatan janji untuk meresmikan ikatan kawin secara hukum agama-negara dan adat. Dalam sebuah pernikahan, format perkawinan/perpaduan fisik-biologis menjadi salah satu bagian identik di dalamnya.

Dalam buku saya, “XXX-Family Way” (RJK, Kanisius), ada 4 teladan dasar pernikahan, al:

1."PER"satuan:
Walau Erich Fromm berkata, “Hal yang tak masuk akal adalah dua insan menjadi 1 tapi tetap 2, pernikahan tetap kita sebut sebagai “consortium totius vitae”: kebersamaan seluruh hidup. Bukankah kedatangan Maria dan Yesus yang jauh-jauh datang dari Nazareth juga menunjukkan persatuan hati dan hidup mereka bersama dengan sukacita orang di Kana?

2."NI"at:
Diakui/tidak, niat untuk menikah kadang adalah kombinasi dari beberapa motif insani al: kekuasaan-gengsi-uang-keamanan dan seks. Yang pasti, kita butuh niat baik. Bukankah sebuah niat baik jika Maria mendekat dan meminta langsung kepada Yesus? Bukankah Yesus selalu memberkati segala niat baik: Bartimeus yang buta, Zakheus yang pendek, Nikodemus yang pintar, Magdalena yang pagi-pagi benar “nyekar” ke makam Yesus dll.

3."KA"sih:
Walau banyak siksaan terletak di lingkaran kecil cincin pernikahan, bukankah kasih adalah tanda yang khas dan jelas dalam setiap pernikahan. Bukankah perubahan air menjadi anggur ada ketika Maria kasih kepedulian dan Yesus kasih mukjizatNya dan para pelayan kasih ketaatannya

4.dalam Tu"HAN":
Banyak godaan yg kerap menimpa kita, tapi jika semua dikerjakan bersama Allah, maka akan terasa lebih indah dan mudah. Bukankah ketika Maria berkata "whatever Jesus say just do it", kita diajak untuk berpasrah, untuk membawa semua dalam Tuhan yang selalu membuahkan rahmat: menguduskan-menyempurnakan dan meneguhkan hidup?

"Burung tekukur di Taman Ria - Kita bersyukur punya Bunda Maria".

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar