Hari Minggu Biasa III C
Neh 8:3-5a.6-7.9-11; 1Kor 12:12-30; Luk 1:1-4; 4:14-21
Neh 8:3-5a.6-7.9-11; 1Kor 12:12-30; Luk 1:1-4; 4:14-21
Menjadi kaki dan tangan Tuhan untuk meringankan penderitaan
1:1 Teofilus yang mulia, Banyak orang
telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi di antara kita, 1:2 seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka,
yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. 1:3 Karena itu, setelah
aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku
mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, 1:4 supaya
engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh
benar. 4:14 Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar
tentang Dia di seluruh daerah itu.
Renungan :
01. Tidak ada penjelasan dari para penyusun Lectionarium mengapa kedua perikop dalam Injil Lukas ini (Luk 1:1-4 dan 4:14-21) digabung dan dipilih sebagai bacaan misa untuk hari ini. Mungkin karena keduanya merupakan pengantar. Yang pertama merupakan pengantar untuk seluruh injil, sedang yang kedua adalah pengantar untuk karya pelayanan publik Yesus. Injil Lukas diawali dengan sebuah prolog seperti lazim dalam karya-karya sastra Yunani yang bermutu pada zaman itu. Lukas mempertanggungjawabkan tulisannya dengan menyebutkan nara sumbernya yakni para “saksi mata dan pelayan Firman” (ay. 2) karena menyadari bahwa dia sendiri bukanlah saksi mata. Lukas juga menjelaskan metodologi yang dipakainya yakni mengumpulkan, meneliti dan memilih informasi yang akurat serta menyusunnya secara sistematis untuk keperluan didaktis atau pengajaran.
Bagian kedua dari bacaan Injil hari ini
pun merupakan merupakan pengantar untuk sebuah tema pokok dalam Injil Lukas dan
Kisah Para Rasul: Yesus mewartakan Injil kepada orang-orang di kotanya sendiri
namun Ia ditolak. Penolakan itu mengisyaratkan penolakan yang akan dialami-Nya
kelak dari orang-orang Yahudi dan pengalaman itu juga yang akan dihadapi Gereja
dalam pelaksanaan karya misinya.
02. Lukas menuliskan Injilnya untuk “Teofilus yang mulia” (dalam Lectionarium frase
ini dihilangkan). Nama “Teofilus” berarti “yang mengasihi Allah” atau “yang
dikasihi Allah”. Nampaknya dia adalah seorang Kristen bukan Yahudi yang cukup
terpandang dan telah menerima pengajaran dari Gereja namun kurang lengkap atau
masih meragukan kebenarannya. Karena itu Lukas menuliskan injil untuknya dengan
tujuan “supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan
kepadamu sungguh benar” (ay. 4). Tetapi mungkin juga nama itu merupakan sebuah
nama simbolik, artinya Injil Lukas ini ditujukan kepada siapa saja yang
mencintai Allah, yang ingin memahami dan mendalami karya penyelamatan Allah, termasuk
kita.
03. Dalam ay. 14 ditegaskan bahwa Yesus kembali ke Galilea “dalam kuasa Roh Kudus”.
Dengan keterangan ini Lukas mau menegaskan bahwa dalam seluruh karya
pelayanan-Nya, Yesus dijiwai, dinaungi dan dituntun oleh Roh Kudus. Roh Kudus
sebagai daya kekuatan Allah itu bahkan telah memenuhi-Nya sejak dikandung dalam
rahim Maria (Luk 1:35) dan dinyatakan lagi secara eksplisit ketika Ia dibabtis
(Luk 3:22). Dalam kuasa Roh Kudus itu Yesus pergi ke padang gurun untuk
berpuasa. Setelah mengalahkan iblis, dalam kuasa Roh yang sama Dia kembali ke
Galilea untuk memulai karya-Nya. Keterangan itu merupakan persiapan untuk
menjelaskan ay. 18 yang mengutip Yes 62:1 bahwa pernyataan nabi Yesaya itu
sepenuhnya terpenuhi dan terlaksana dalam diri Yesus. Dialah Sang Nabi yang
diurapi oleh Roh Kudus, yang diutus untuk “menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; ... untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (ay.
18-19 bdk. Yes 61:1-2).
04. Dalam Perjanjian Lama “Tahun Rahmat Tuhan” menunjuk pada “Tahun Yobel” yaitu
Tahun Sabat Ketujuh yang terjadi setiap 50 tahun sekali smile emotikon 7 X 7) untuk mengembalikan
keseimbangan hidup bersama sebagai umat Allah.Dalam Im 25:8-25 diuraikan apa
yang mesti dibuat oleh seluruh bangsa pada Tahun Yobel itu. Pada tahun yang ke
50 itu ladang harus dibiarkan menganggur, tidak boleh ditanami, para budak
harus dibebaskan, dan hutang harus dihapuskan. Bila karena jatuh miskin
sehingga sebuah keluarga terpaksa harus menjual tanahnya, maka dalam tahun
Yobel tanah itu harus dikembalikan kepada pemiliknya karena sebenarnya pemilik
tanah satu-satunya ialah TUHAN sendiri (Im 25:23). Meskipun ketentuan itu tidak
lagi dijalankan namun tetap dipelihara dalam Kitab Nabi Yesaya sebagai bentuk
pengharapan akan hadirnya zaman baru, zaman Mesias, zaman Kerajaan Allah dan
digemakan lagi oleh Yesus untuk menegaskan bahwa harapan itu kini telah terwujud.
Impian itu telah menjadi kenyataan.
Penegasan itu diungkapkan dalam ay. 21,
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Ungkapan
“hari ini” sering banget dipakai oleh Lukas (2:11; 3:22; 5:26; 13;32; 19:9;
23:43) untuk menekankan aktualitas karya keselamatan Allah. Allah menyelamatkan
kita hari ini, saat ini juga bukan besok pagi atau tahun depan.
Gereja Katolik mengambil alih tradisi
Tahun Yubelium ini untuk merenungkan karya penebusan Kristus. Pada tanggal 22
Februari 1300 Paus Bonifasius VIII mengeluarkan Bulla "Antiquorum fida
relatio" yang menandai Perayaan Tahun Suci Yubileum yang pertama kali
dalam Gereja Katolik. Sejak tahun 1475 atas penetapan Paus Paulus II, Gereja
merayakannya setiap 25 tahun. Tahun Yubelium biasa terakhir dirayakan pada
tahun 2000. Selain Tahun Yubelium biasa, Gereja juga merayakan Tahun Yubelium
Luar Biasa. Tahun Yubelium Luar Biasa terakhir dirayakan pada tahun 1983 untuk
mengenangkan 1950 tahun karya penebusan Kristus.
05. Pemahaman tentang Yesus Kristus kita dapatkan dari para romo, orangtua atau
guru-guru agama. Pemahaman yang bersumber dari Kitab Suci itu diturunkan dari
generasi ke generasi. Dalam pengantar injilnya, Lukas pun mengungkapkan bahwa
fakta tentang pribadi Yesus, sabda dan karya-Nya didapatkannya dari generasi
sebelumnya, yakni dari para murid yang menjadi saksi mata atas peristiwa Yesus
itu sendiri. Artinya iman kita tidak berdasar pada cerita mitologis atau
dongeng imaginer tetapi pada fakta sejarah yang dijamin kebenarannya oleh para
saksi mata dengan menumpahkan darah mereka. Inti kekristenan adalah kisah
campur tangan Allah dalam sejarah manusia. Allah kita adalah Allah yang real,
konkret dan bukan dewa pujaan hasil angan-angan manusia. Sama sekali bukan. Dia
hadir dalam sejarah secara kasat mata dalam Diri Yesus, seorang tukang kayu
dari Nazareth. Sekarang ini pun Allah selalu hadir dalam kehidupan kita secara
konkret. Hari ini dan di sini.
06. Dalam bulla “Misericordiae Vultus”, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa Yesus
Kristus adalah wajah kerahiman Bapa yang sempurna. “Allah Bapa yang ‘kaya akan
rahmat’ (Ef 2:4) setelah mewahyukan nama-Nya kepada Musa sebagai ‘Allah
pengasih dan penyayang, panjang sabar, berlimpah kasih dan setia-Nya’ (Kel
34:6), tidak pernah berhenti menunjukkan, dengan pelbagai cara dalam sejarah,
kodrat ilahi-Nya. ‘Setelah genap waktunya’ (Gal 4:4) ketika segalanya berjalan
sesuai dengan rencana keselamatan-Nya, Ia mengutus Putra Tunggal-Nya ke dunia,
yang dilahirkan oleh Perawan Maria, untuk menampakkan cinta-Nya kepada kita
secara definitif. Siapa melihat Yesus, melihat Bapa (bdk. Yoh 14:9). Yesus dari
Nazareth, dalam sabda-Nya, tindakan-Nya dan seluruh pribadi-Nya menampakkan
kerahiman Allah” (MV 1).
Selanjutnya Paus Fransiskus dalam homili
penetapan Tahun Yubelium Agung Kerahiman Allah menegaskan bahwa Gereja
dipanggil untuk memberikan “tanda-tanda yang lebih jelas” tentang kehadiran dan
belas kasih Allah. Di zaman yang sedang mengalami perubahan mendasar dalam cara
hidup dan cara berpikir ini yang sering disebut dengan peradaban modern, kita
tidak perlu bingung.
Sebaliknya, dalam perspektif iman kita
perlu waspada dan mengembangkan kemampuan untuk melihat apa yang baik, yang
benar dan yang suci. Gereja harus kembali kepada makna misi yang dipercayakan
Tuhan yakni “menjadi tanda dan instrumen belas kasihan Bapa.” Kita diutus
menjadi “saksi-saksi kerahiman,”. Tanpa pengampunan Allah, hidup tidak
akanmenjadi bersih dan berbuah.
07. Dengan mengutip Yes 62:1-2, Yesus menegaskan arah dan memantabkan langkah karya
pelayanan-Nya yakni dengan memprioritaskan perhatian dan keprihatinan-Nya pada
orang miskin, menderita, sakit, tertindas, buta. Istilah yang lazim dipakai
saat ini adalah KLMTD smile emotikon Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan
Difabel). Concern utamanya ialah meniadakan atau paling tidak meringankan
penderitaan orang-orang yang dijumpai di sepanjang perjalanan-Nya.
Yesus memandang manusia secara utuh.
Bagi-Nya penderitaan fisik merupakan efek atau tanda adanya penderitaan batin
atau jiwa. Oleh karena itu sambil menyembuhkan yang sakit, membangkitkan orang
mati atau menggandakan roti, Yesus berusaha keras untuk menyembuhkan luka
batin, membebaskan hati dari beban dosa, mengusir setan, membuka mata batin dan
mengubah cara pandang (mind-set).
Karya kasih itu dilanjutkan-Nya melalui
dan oleh Gereja. Melalui sakramen-sakramen Gereja, Yesus melanjutkan karya-Nya
untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa, menguatkan dengan Tubuh dan
Darah-Nya, mengaruniakan rahmat Roh Kudus-Nya. Melalui pewartaan dan pengajaran
Gereja-Nya, Yesus memberikan pencerahan bagi mereka yang sedang mengalami
kegelapan. Dan akhirnya melalui tangan, kaki, mulut dan hati kita Yesus ingin
melanjutkan karya kasih-Nya. Kita diajak dalam karya-Nya untuk mengurangi
penderitaan fisik dan batin, membebaskan sesama dari ketakutan yang
melumpuhkan, dari kebodohan atau ketidaktahuan, dari kesepian dan kesendirian,
dari beban batin karena sakit hati, benci dan dendam dengan mengampuni.
08. Dengan demikian sebenarnya Yesus membukakan rahasia kehidupan. Dengan terlibat
dalam penerusan karya kasih-Nya itu kita menemukan jalan untuk mengalami
kebahagiaan yang sejati. Karena saat kita memberi, kita akan menerima. Saat
menolong orang lain kita akan mengalami kegembiraan dan kepuasan batin. Saat
kita mencerahkan orang lain, hidup kita pun menjadi cerah. Saat kita
mengampuni, kita dibebaskan dari beban batin yang menghimpit. Saat kita
berempati dengan penderitaan dan kesulitan sesama, kita pun menjadi kuat
menghadapi kesulitan hidup. Saat kita menemani dan menghibur sahabat, kita pun
merasa terhibur. Pendek kata apa yang kita lakukan untuk orang lain sebenarnya
kita sedang melakukannya untuk diri sendiri.
Mengakhiri renungan ini baiklah kita
menyimak ilustrasi menarik ini :
Seorang buta sedang berjalan menembus kegelapan malam. Ia memegang tongkat di tangan kanannya sedang di tangan kirinya ia membawa lampu. Pemandangan ini sangat mengherankan seorang pria yang kebetulan berjalan berpapasan dengannya. Pria ini menghampiri dan bertanya, “Mengapa bapak berjalan sambil membawa lampu?” Dengan tenang orang itu menjawab, “Untuk penerangan nak”.
Seorang buta sedang berjalan menembus kegelapan malam. Ia memegang tongkat di tangan kanannya sedang di tangan kirinya ia membawa lampu. Pemandangan ini sangat mengherankan seorang pria yang kebetulan berjalan berpapasan dengannya. Pria ini menghampiri dan bertanya, “Mengapa bapak berjalan sambil membawa lampu?” Dengan tenang orang itu menjawab, “Untuk penerangan nak”.
Dengan penuh keheranan pria itu bertanya
lagi, “Maaf, bukankah bapak ini buta dan tetap tidak akan bisa melihat jalan
meskipun ada lampu penerang?”. Orang buta itu tersenyum dan menjawab, “Meskipun
saya tidak bisa melihat, tetapi oranglain kan bisa melihatnya. Selain membuat
jalan menjadi terang, hal ini juga menghindarkan orang lain menabrak saya”.
Kita tidak boleh merasa lelah untuk
berbuat baik agar nama Tuhan semakin dimuliakan dan semakin banyak orang
merasakan kasih-Nya.
Berkah Dalem.
NB:
1.
SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"FAMILY WAY"
Sabtu, 23 Jan 2016.
10.00 - 13.00
@Gereja St Yohanes Don Bosco Sunter Jkt.
2.
SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
14.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.
SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
14.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.
3.
SKI : "Natalan Rasa Indonesia."
@JKI Pondok Daud Banjarsari Solo (Surakarta).
Selasa. 26 Jan 2016
18.00 - selesai
Bersama "YOS" - "Yayasan Oikumene Surakarta".
SKI : "Natalan Rasa Indonesia."
@JKI Pondok Daud Banjarsari Solo (Surakarta).
Selasa. 26 Jan 2016
18.00 - selesai
Bersama "YOS" - "Yayasan Oikumene Surakarta".
Bintang tamu:
TRIO SENIMAN INDONESIA
Didiek Nini Thowok - Penari
Hudson - Jesicca - Penyanyi
Piyu - PADI - Musisi
Orasi Kebudayaan:
Walikota Solo terpilih: Bpk FX Hadi Rudyatmo
Pengkotbah:
Rm Jost Kokoh Prihatanto,
1.SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
14.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.
Pengalaman hidup di tengah-tengah bangsa-bangsa lain membuat gagasan itu berkembang menjadi “umat yang dikasihi”, umat yang dikhususkan berkat Taurat.
Pada suatu hari Sabat Yesus mengikuti ibadat di sinagoga di Nazaret. Sesudah bagian upacara pembacaan Taurat dan penjelasannya selesai, Yesus tampil dengan memperkenalkan diri sebagai yang dinubuatkan nabi Yesaya (Yes 61:1-2), yakni Mesias membawakan kabar baik kepada orang-orang “miskin” (ay. 18-19).
Apa isi kabar baik kepada orang-orang ini? Baiklah ditilik terlebih dahulu suasana setelah nubuat Yesaya itu dibacakan (ayat 20). Lukas menyebut semua seluk beluknya. Yesus menutup gulungan, memberikannya kembali kepada petugas, duduk, sementara itu mata semua orang mengikuti setiap gerak-geriknya dan ketika perhatian orang-orang terpaku, mulailah Yesus memberikan pengajaran. Ia berkata (ayat 21), “Pada hari ini, sewaktu kalian dengarkan, ayat-ayat Kitab Suci ini tergenapi!” Ia menjelaskan siapa dirinya (Yang Diurapi, Mesias), kepada siapa ia datang (“kaum miskin”, yakni orang-orang yang butuh kabar gembira), tiga tugas utamanya: membuat orang dapat kembali kepada Tuhan (tadinya “tawanan” sekarang bebas) sehingga dapat memandangi kehadiranNya (tadinya “buta”) dan membuat hati dan pikiran orang lega (tadinya “tertindas”). Dia itu pembawa berita gembira bahwa “tahun rahmat sudah datang”.
Dengan mengikuti cara bicara Paulus dalam bacaan kedua (1 Kor 12:12-30), karunia-karunia dari Roh yang satu itu membangun satu tubuh. Dalam bagian sebelumnya yang dibacakan hari Minggu yang lalu ditegaskan bahwa karunia sejati membangun kesejahteraan bersama, bukan kebesaran orang-perorangan. Pada bagian awal bacaan hari ini ditekankan bahwa karunia ini memungkinkan orang melampaui batas-batas alamiah, seperti kelompok etnik (Yahudi atau Yunani) atau batas-batas sosial (budak atau merdeka), dan seperti diutarakan selanjutnya, perbedaan itu malah mengurangi kecenderungan orang untuk merasa paling penting, paling dibutuhkan dan menonjol-nonjolkan diri. Bila orang dengki dan curiga karena kelompok lain bukan dari “golongan kami”, orang boleh mulai bertanya-tanya, mungkin karunia Roh Kristus belum diterima dengan baik.
Minggu Biasa III
Neh 8:3-5a.6-7.9-11; Mzm 19:8.9.10.15; 1Kor 12:12-30; Luk 1:1-4;4:14-21
1.
SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
14.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.
TRIO SENIMAN INDONESIA
Didiek Nini Thowok - Penari
Hudson - Jesicca - Penyanyi
Piyu - PADI - Musisi
Orasi Kebudayaan:
Walikota Solo terpilih: Bpk FX Hadi Rudyatmo
Pengkotbah:
Rm Jost Kokoh Prihatanto,
“Fides et Actio – Iman dan Tindakan”.
Itulah pesan pokok yang tercandra hari
ini. Seperti yang saya tulis dalam buku "XXI-Interupsi" (RJK,
Kanisius), iman adalah tindakan yang membuat manusia menjadi lebih manusiawi,
menjadi lebih punya hati nurani.
Adapun 3 hal yang menjadi dasar bahwa
iman sebagai tindakan, al:
1. "Pengalaman mistik":
Sebelum "go public", Ia menyepi ke gurun, "intimitas cum Deo", berdoa dan berpuasa 40 hari supaya Roh Tuhan ada dan benar-benar mengurapi-Nya. Lewat "pengalaman gurun", bagiNya salib bukan salib, kalau tidak ada palang horizontalnya. Tanpa palang horizontal, salib cuma sebuah tiang yang menunjuk ke langit dan belum tentu menunjuk ke sorga, karena sorga cuma dapat diraih lewat pengamalan kasih yang nyata, yang berakar pada hidup doa dan matiraga.
Sebelum "go public", Ia menyepi ke gurun, "intimitas cum Deo", berdoa dan berpuasa 40 hari supaya Roh Tuhan ada dan benar-benar mengurapi-Nya. Lewat "pengalaman gurun", bagiNya salib bukan salib, kalau tidak ada palang horizontalnya. Tanpa palang horizontal, salib cuma sebuah tiang yang menunjuk ke langit dan belum tentu menunjuk ke sorga, karena sorga cuma dapat diraih lewat pengamalan kasih yang nyata, yang berakar pada hidup doa dan matiraga.
2. "Pengalaman otentik":
Setelah menyepi, Ia membumi: Ia "turun" ke tempat yang otentik, yakni Galilea. Ia keluar masuk desa dan sinagoga. Lewat "pengalaman Galilea", Ia mewartakan nats bahwa iman harus mengandung tindakan keterlibatan dan keberpihakan nyata yang otentik pada orang kecil-tersingkir/disingkirkan yang kerap tidak dihargai.
Setelah menyepi, Ia membumi: Ia "turun" ke tempat yang otentik, yakni Galilea. Ia keluar masuk desa dan sinagoga. Lewat "pengalaman Galilea", Ia mewartakan nats bahwa iman harus mengandung tindakan keterlibatan dan keberpihakan nyata yang otentik pada orang kecil-tersingkir/disingkirkan yang kerap tidak dihargai.
Sebagai antitesis dari hukum rimba:
"siapa kuat, dia menang", ada 4 jenis masyarakat yang dibela dan
diperhatikanNya al: orang miskin, tawanan, orang buta dan tertindas.
3. "Pengalaman prophetik":
Yesus tidak cuma menjadi "pembaca firman"/lector, tapi Ia menjadi "pelaku firman"/actor. Ia menjadi Injil yang hidup. Lewat "pengalaman kenabian": Orang buta dibuat melihat, orang lumpuh dibuat berjalan, orang kusta ditahirkan, orang tuli jadi mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik (Luk 7:22).
Yesus tidak cuma menjadi "pembaca firman"/lector, tapi Ia menjadi "pelaku firman"/actor. Ia menjadi Injil yang hidup. Lewat "pengalaman kenabian": Orang buta dibuat melihat, orang lumpuh dibuat berjalan, orang kusta ditahirkan, orang tuli jadi mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik (Luk 7:22).
Disinilah, iman tak boleh lepas dari
tindakan, yang selalu hidup dalam sejarah masyarakat dunia, bukan dalam sebuah
ruang hampa. Iman yang bergulat dan berjalan di atas realita, bukan berjalan di
atas awan. Meski resikonya berat: terluka karena dicap buruk, dipinggirkan dan
dikambinghitamkan, Ia tetap tangguh menjadi Injil yang hidup karena iman tak
lepas dari tindakan kasih dan sebaliknya, tindakan kasih tak lepas dari iman,
bukan?
Bagaimana dengan kita sendiri?
"Kuman harus dilenyapkan - Iman
harus diwujudnyatakan".
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
NB:
1.SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
14.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.
2.SKI : "Natalan Rasa
Indonesia."
@JKI Pondok Daud Banjarsari Solo (Surakarta).
Selasa. 26 Jan 2016
18.00 - selesai
Bersama "YOS" - "Yayasan Oikumene Surakarta".
Bintang tamu:
TRIO SENIMAN INDONESIA
Didiek Nini Thowok - Penari
Hudson - Jesicca - Penyanyi
Piyu - PADI - Musisi
Orasi Kebudayaan:
Walikota Solo terpilih: Bpk FX Hadi Rudyatmo
Pengkotbah:
Rm Jost Kokoh Prihatanto,
@JKI Pondok Daud Banjarsari Solo (Surakarta).
Selasa. 26 Jan 2016
18.00 - selesai
Bersama "YOS" - "Yayasan Oikumene Surakarta".
Bintang tamu:
TRIO SENIMAN INDONESIA
Didiek Nini Thowok - Penari
Hudson - Jesicca - Penyanyi
Piyu - PADI - Musisi
Orasi Kebudayaan:
Walikota Solo terpilih: Bpk FX Hadi Rudyatmo
Pengkotbah:
Rm Jost Kokoh Prihatanto,
3.
A.
IBADAT TAURAT DAN MUNCULNYA UMAT TUHAN
Suatu bentuk baru ibadat berkembang dalam masa setelah pembuangan. Unsur utamanya ialah pembacaan Taurat beserta penjelasannya. Ibadat ini lain dari ibadat kurban yang cenderung dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem. Pada zaman pembuangan sulit meneruskan ibadat kurban karena Bait Allah runtuh dijarah. Selama masa itu lambat laun berkembanglah ibadat sabda.
IBADAT TAURAT DAN MUNCULNYA UMAT TUHAN
Suatu bentuk baru ibadat berkembang dalam masa setelah pembuangan. Unsur utamanya ialah pembacaan Taurat beserta penjelasannya. Ibadat ini lain dari ibadat kurban yang cenderung dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem. Pada zaman pembuangan sulit meneruskan ibadat kurban karena Bait Allah runtuh dijarah. Selama masa itu lambat laun berkembanglah ibadat sabda.
Ketika Bait Allah dibangun kembali dan
ibadat kurban dapat dilakukan lagi, ibadat sabda tetap diteruskan dan bahkan
menjadi ibadat yang makin penting dalam masyarakat Yahudi. Bacaan yang dipakai
dalam ibadat itu berupa hukum-hukum adat dan agama, cerita-cerita mengenai para
leluhur, peraturan-peraturan hidup bersama. Semuanya ini kemudian disusun
kembali di kalangan para imam (seperti tokoh Ezra dalam bacaan pertama) dalam
ujud Taurat atau kelima Kitab Musa yang memuat serangkai kisah para Bapa Bangsa
(Abraham, Ishak, Yakub dan keturunannya), kisah keluaran dari Mesir, kumpulan
hukum Sinai, dan perjalanan di padang gurun sebelum memasuki tanah terjanji.
Petikan-petikan dari Taurat dibacakan
dan dijelaskan di dalam ibadat. Oleh karenanya Taurat akhirnya menjadi kitab
yang dikeramatkan. Dikisahkan dalam Neh 8:10-11 bagaimana para pemimpin
mengajak umat bersuka cita merayakan pembacaan Taurat. Ibadat seperti ini
kemudian dilakukan tiap hari Sabat di sinagoga atau rumah ibadat di mana saja.
Setelah bacaan dan penjelasan Taurat menyusul uraian berdasarkan
tulisan-tulisan lain yang lambat laun juga diterima sebagai bacaan keramat seperti
halnya kitab para nabi. Luk 4:14-21 mencerminkan ibadat Sabat seperti ini.
Lukas menceritakan bagian ibadat sehabis petikan dari Taurat dibacakan dan
dijelaskan. Dalam kesempatan itu salah seorang dari umat, yakni Yesus, maju
untuk membacakan Yes 61:1-2 dan menerapkan nubuat itu kepada dirinya.
Dapat dikatakan, orang Yahudi baru mulai
menjadi umat Tuhan setelah mengalami pembuangan. Sebelumnya orang lebih
menyadari diri sebagai warga “bangsa terpilih”. Semua unsur kehidupan
dibawahkan pada keyakinan ini. Kesadaran religius mereka juga bertumpu pada hal
itu. Pukulan sejarah meruntuhkan gagasan ini. Selama pembuangan tokoh-tokoh
mereka makin menyadari bahwa gagasan sebagai “bangsa terpilih” perlu
ditafsirkan kembali secara rohani sebagai “umat terpilih”.
Pengalaman hidup di tengah-tengah bangsa-bangsa lain membuat gagasan itu berkembang menjadi “umat yang dikasihi”, umat yang dikhususkan berkat Taurat.
Dalam inspirasinya yang asli, Taurat
mengungkapkan pengalaman meniti jalan untuk membangun hidup bersama atas dasar
pelbagai kesetujuan (“hukum-hukum”) yang direstui Tuhan. Bagi orang Yahudi
Taurat bukanlah sekumpulan hukum dan aturan semata-mata, melainkan ajaran
kehidupan. Memang ada kelompok-kelompok yang cenderung menafsirkannya secara
ketat sebagai aturan-aturan belaka. Tafsiran itu membuat Taurat menjadi layu
dan tidak membuahkan kehidupan batin.
Dalam Perjanjian Baru, kaum Farisi
digambarkan sebagai satu kelompok seperti itu. Acap kali mereka berhadapan
dengan Yesus dan murid-muridnya yang mau menghayati Taurat sebagai ajaran
kehidupan.
B.
KABAR GEMBIRA DARI RUMAH IBADAT DI NAZARET
Injil hari Minggu ini menggabungkan pengantar Injil Lukas (Luk 1:1-4) dengan peristiwa Yesus mengajar di sinagoga di Nazaret (Luk 4:14-21). Dari bagian pengantar, jelaslah Injil Lukas ditulis bagi orang yang sudah pernah mendengar mengenai Yesus dan berminat mengenalnya lebih jauh walaupun belum amat yakin akan keistimewaan tokoh ini.
KABAR GEMBIRA DARI RUMAH IBADAT DI NAZARET
Injil hari Minggu ini menggabungkan pengantar Injil Lukas (Luk 1:1-4) dengan peristiwa Yesus mengajar di sinagoga di Nazaret (Luk 4:14-21). Dari bagian pengantar, jelaslah Injil Lukas ditulis bagi orang yang sudah pernah mendengar mengenai Yesus dan berminat mengenalnya lebih jauh walaupun belum amat yakin akan keistimewaan tokoh ini.
Lukas memeriksa dengan seksama
bahan-bahan yang diperoleh dari para saksi mata dan para pekabar pertama dan
kemudian menyusunnya kembali secara runtut agar pembacanya – Teofilus – sampai
kepada kebenaran. Nama itu berarti “yang penuh minat akan hal-hal yang Ilahi”,
maksudnya, orang yang ingin mengenali kehadiran Tuhan. Teofilus ialah kita-kita
ini juga.
Bacaan Injil hari ini ditempatkan Lukas
langsung sesudah peristiwa Yesus dicobai di padang gurun. Di sana ia menangkal
pengaruh Iblis dengan kata-kata keramat dari Taurat (Luk 4:4 [=Ul 8:3]; ayat 8
[=Ul 6:3]). Juga ketika Iblis mau menyalahgunakan sabda ilahi (ayat 10-11 [=Mzm
91:11-12]), Yesus membungkamnya dengan firman ilahi dari Taurat (ayat 12 [=Ul
6:16]). Setelah peristiwa ini Lukas meneruskan kisahnya dengan mengatakan bahwa
“dalam kuasa Roh” Yesus kembali ke Galilea (Luk 4:14). Di wilayah itu kemudian
tersiar kabar mengenai dia yang mengajar di sinagoga-sinagoga. Ini buah pertama
dari keteguhannya mempercayai sabda ilahi.
Pada suatu hari Sabat Yesus mengikuti ibadat di sinagoga di Nazaret. Sesudah bagian upacara pembacaan Taurat dan penjelasannya selesai, Yesus tampil dengan memperkenalkan diri sebagai yang dinubuatkan nabi Yesaya (Yes 61:1-2), yakni Mesias membawakan kabar baik kepada orang-orang “miskin” (ay. 18-19).
Dalam bahasa Lukas, “orang-orang miskin”
ialah mereka yang menderita kekurangan dalam hidup ini, terutama kekurangan
material yang juga mengakibatkan kemelaratan batin. Dan sering mereka tidak
menyadarinya.
Apa isi kabar baik kepada orang-orang ini? Baiklah ditilik terlebih dahulu suasana setelah nubuat Yesaya itu dibacakan (ayat 20). Lukas menyebut semua seluk beluknya. Yesus menutup gulungan, memberikannya kembali kepada petugas, duduk, sementara itu mata semua orang mengikuti setiap gerak-geriknya dan ketika perhatian orang-orang terpaku, mulailah Yesus memberikan pengajaran. Ia berkata (ayat 21), “Pada hari ini, sewaktu kalian dengarkan, ayat-ayat Kitab Suci ini tergenapi!” Ia menjelaskan siapa dirinya (Yang Diurapi, Mesias), kepada siapa ia datang (“kaum miskin”, yakni orang-orang yang butuh kabar gembira), tiga tugas utamanya: membuat orang dapat kembali kepada Tuhan (tadinya “tawanan” sekarang bebas) sehingga dapat memandangi kehadiranNya (tadinya “buta”) dan membuat hati dan pikiran orang lega (tadinya “tertindas”). Dia itu pembawa berita gembira bahwa “tahun rahmat sudah datang”.
Dalam tahun rahmat inilah ia hidup di
tengah-tengah orang banyak, memberitakan Kerajaan Allah, menghidupkan harapan,
menyembuhkan, mengusir setan, memilih murid-murid agar makin banyak orang dapat
dilayani. Kehadiran Yesus di antara orang-orang zamannya membuat orang melihat
bahwa Tuhan bersedia berada di tengah-tengah manusia.
Inilah kabar gembira yang disampaikan kepada orang banyak. Kehadiran orang yang berhasil mengalahkan pengaruh yang jahat, kehadiran orang yang direstui Roh Tuhan sendiri, kehadiran yang memperkaya hidup kita.
Inilah kabar gembira yang disampaikan kepada orang banyak. Kehadiran orang yang berhasil mengalahkan pengaruh yang jahat, kehadiran orang yang direstui Roh Tuhan sendiri, kehadiran yang memperkaya hidup kita.
C.
PEGANGAN HIDUP
Bacaan Injil menunjukkan bagaimana setelah mengalahkan cobaan, Yesus menemukan dirinya makin mampu membawakan Tuhan kepada orang banyak. Juga dalam bacaan pertama terlihat bagaimana umat menemukan diri dekat dengan Tuhan setelah mengalami cobaan besar selama pembuangan. Menemukan diri memberi kegembiraan dan kekuatan. Bukan berarti semuanya akan serba beres. Umat Perjanjian Lama masih akan menghadapi macam-macam persoalan. Masih ada ketegangan dan perpecahan. Tetapi mereka kini memiliki pegangan, yakni Taurat. Juga Yesus segera akan menghadapi ketidakpercayaan orang-orang, bahkan dari orang-orang yang paling dekat dengannya. Tetapi ia mempunyai pegangan. Ia sadar ia diutus Tuhan menghadirkan rahmat. Dan ia hidup untuk itu.
PEGANGAN HIDUP
Bacaan Injil menunjukkan bagaimana setelah mengalahkan cobaan, Yesus menemukan dirinya makin mampu membawakan Tuhan kepada orang banyak. Juga dalam bacaan pertama terlihat bagaimana umat menemukan diri dekat dengan Tuhan setelah mengalami cobaan besar selama pembuangan. Menemukan diri memberi kegembiraan dan kekuatan. Bukan berarti semuanya akan serba beres. Umat Perjanjian Lama masih akan menghadapi macam-macam persoalan. Masih ada ketegangan dan perpecahan. Tetapi mereka kini memiliki pegangan, yakni Taurat. Juga Yesus segera akan menghadapi ketidakpercayaan orang-orang, bahkan dari orang-orang yang paling dekat dengannya. Tetapi ia mempunyai pegangan. Ia sadar ia diutus Tuhan menghadirkan rahmat. Dan ia hidup untuk itu.
Dalam mengikuti Yesus Kristus, kaum
beriman juga dapat makin menemukan diri, baik sebagai orang perorangan maupun
sebagai umat. Mengikuti Yesus berarti ikut serta di dalam kehidupannya. Inilah
yang menjelaskan mengapa tiap orang memperoleh karunia Roh.
Dengan mengikuti cara bicara Paulus dalam bacaan kedua (1 Kor 12:12-30), karunia-karunia dari Roh yang satu itu membangun satu tubuh. Dalam bagian sebelumnya yang dibacakan hari Minggu yang lalu ditegaskan bahwa karunia sejati membangun kesejahteraan bersama, bukan kebesaran orang-perorangan. Pada bagian awal bacaan hari ini ditekankan bahwa karunia ini memungkinkan orang melampaui batas-batas alamiah, seperti kelompok etnik (Yahudi atau Yunani) atau batas-batas sosial (budak atau merdeka), dan seperti diutarakan selanjutnya, perbedaan itu malah mengurangi kecenderungan orang untuk merasa paling penting, paling dibutuhkan dan menonjol-nonjolkan diri. Bila orang dengki dan curiga karena kelompok lain bukan dari “golongan kami”, orang boleh mulai bertanya-tanya, mungkin karunia Roh Kristus belum diterima dengan baik.
Warta Paulus tadi dapat membuat orang
makin menghargai keragaman yang asalnya dari Roh yang satu. Keyakinan serta
kegembiraan diajak hidup dalam Roh ini membekali orang untuk menghadirkan
rahmat di tengah-tengah umat manusia, seperti Yesus sang Mesias sendiri. Inilah
kekayaan yang menyatukan semua pengikut Kristus.
Minggu Biasa III
Neh 8:3-5a.6-7.9-11; Mzm 19:8.9.10.15; 1Kor 12:12-30; Luk 1:1-4;4:14-21
“Evangelium vitae - Injil kehidupan”.
Itulah pesan iman kita. Yesus datang
sebagai “injil hidup" bagi banyak orang (Injil:Kabar baik).
Seperti yang saya tulis dalam buku
"TANDA" (RJK, Kanisius), adapun 3 pola dasarnya al:
1."KA"sih:
Ezra KASIH nasehat untuk orang Israel: “Hari ini adalah kudus bagi Tuhan. Jangan berdukacita dan menangis"; Paulus KASIH semangat untuk orang Korintus: ”banyak karunia tapi 1 tubuh.” Dalam 1 Kor 12:8-10.12.27-30; Rom 12:6-8; Ef 4:11 disebutkan bahwa karunia itu, al: rasul untuk mewartakan sabda, nabi/menafsirkan sabda, pengajar/ membimbing dalam kehidupan. Yesus juga KASIH maklumat: kabar baik bagi orang miskin, pembebasan bagi yang tertawan dan tertindas juga penglihatan bagi yang buta.” Bukankah juga dalam Ekaristi, Allah selalu hadir dengan kasihNya dalam sabda, dalam komunitas gereja dan pastinya dalam hosti tersuci?
Ezra KASIH nasehat untuk orang Israel: “Hari ini adalah kudus bagi Tuhan. Jangan berdukacita dan menangis"; Paulus KASIH semangat untuk orang Korintus: ”banyak karunia tapi 1 tubuh.” Dalam 1 Kor 12:8-10.12.27-30; Rom 12:6-8; Ef 4:11 disebutkan bahwa karunia itu, al: rasul untuk mewartakan sabda, nabi/menafsirkan sabda, pengajar/ membimbing dalam kehidupan. Yesus juga KASIH maklumat: kabar baik bagi orang miskin, pembebasan bagi yang tertawan dan tertindas juga penglihatan bagi yang buta.” Bukankah juga dalam Ekaristi, Allah selalu hadir dengan kasihNya dalam sabda, dalam komunitas gereja dan pastinya dalam hosti tersuci?
2.sa"BAR":
Dalam pesta besar Israel (Paska-Pentakosta dan Pondok Daun, bdk. Ul 16:16; Kel 34:23), hukum dan perintah Allah dibacakan publik. Pembacaan ini adalah peringatan bahwa Allah selalu bersabar untuk hadir dan berkarya di tengah-tengah kita. Ezra sabar hadirkan Tuhan dalam bacaan kitab suci (in persona lectio), Paulus sabar hadirkan Tuhan dalam komunitas (in persona communio) dan Yesus sabar hadirkan Tuhan dalam kata dan tindakan nyata (in persona Christo). Keseluruhan hidup dan karya Yesus memang memaparkan hatiNya yang selalu bersabar dan berbelas kasih, yang walaupun tulus tapi masih saja harus menghadapi penolakan dari orang-orang yang licik - iri hati dan penuh akal bulus.
Dalam pesta besar Israel (Paska-Pentakosta dan Pondok Daun, bdk. Ul 16:16; Kel 34:23), hukum dan perintah Allah dibacakan publik. Pembacaan ini adalah peringatan bahwa Allah selalu bersabar untuk hadir dan berkarya di tengah-tengah kita. Ezra sabar hadirkan Tuhan dalam bacaan kitab suci (in persona lectio), Paulus sabar hadirkan Tuhan dalam komunitas (in persona communio) dan Yesus sabar hadirkan Tuhan dalam kata dan tindakan nyata (in persona Christo). Keseluruhan hidup dan karya Yesus memang memaparkan hatiNya yang selalu bersabar dan berbelas kasih, yang walaupun tulus tapi masih saja harus menghadapi penolakan dari orang-orang yang licik - iri hati dan penuh akal bulus.
3."BAhagia Ikut Kristus": Ezra
menunjukkan Tuhan lewat pembacaan kitab suci, Paulus menunjukkan Tuhan lewat
gereja yang berkomunio dan Yesus menunjukkan Tuhan lewat hidupNya secara nyata.
Ia hidup dan ada: “di padang gurun”, ketika kita merasa sepi sedih dan
kering-dahaga dan kecewa, sakit/disakiti; “di Galilea”, ketika kita hidup
bersibuk dalam karya dan sosialita bersama gereja dan masyarakat; “di
Nazareth”, ketika kita ada di “rumah”, bersama keluarga - komunitas basis dan
orang-orang terdekat kita. Wajarlah jika kita bahagia ikut Kristus karena Ia
selalu menjadi Tuhan dan senantiasa ada di pelbagai pengalaman: “padang gurun”
- “Galilea” dan ”Nazareth” hidup kita masing-masing.
"Cari sikat di kebun kurma -
Jadilah berkat untuk sesama".
Salam HIKers,
Tuhan berkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tuhan berkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
NB:
1.
SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
14.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.
2.
SKI : "Natalan Rasa Indonesia."
@JKI Pondok Daud Banjarsari Solo (Surakarta).
Selasa. 26 Jan 2016
18.00 - selesai
Bersama "YOS" - "Yayasan Oikumene Surakarta".
SKI : "Natalan Rasa Indonesia."
@JKI Pondok Daud Banjarsari Solo (Surakarta).
Selasa. 26 Jan 2016
18.00 - selesai
Bersama "YOS" - "Yayasan Oikumene Surakarta".
Bintang tamu:
TRIO SENIMAN INDONESIA
Didiek Nini Thowok - Penari
Hudson - Jesicca - Penyanyi
Piyu - PADI - Musisi
Orasi Kebudayaan:
Walikota Solo terpilih: Bpk FX Hadi Rudyatmo
Pengkotbah:
Rm Jost Kokoh Prihatanto,
TRIO SENIMAN INDONESIA
Didiek Nini Thowok - Penari
Hudson - Jesicca - Penyanyi
Piyu - PADI - Musisi
Orasi Kebudayaan:
Walikota Solo terpilih: Bpk FX Hadi Rudyatmo
Pengkotbah:
Rm Jost Kokoh Prihatanto,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar