Ads 468x60px

Minggu 24 Januari 2016

Hari Minggu Biasa III C
Neh 8:3-5a.6-7.9-11; 1Kor 12:12-30; Luk 1:1-4; 4:14-21



Menjadi kaki dan tangan Tuhan untuk meringankan penderitaan

1:1 Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, 1:2 seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. 1:3 Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, 1:4 supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar. 4:14 Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu.
4:15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. 4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."


Renungan :


01. Tidak ada penjelasan dari para penyusun Lectionarium mengapa kedua perikop dalam Injil Lukas ini (Luk 1:1-4 dan 4:14-21) digabung dan dipilih sebagai bacaan misa untuk hari ini. Mungkin karena keduanya merupakan pengantar. Yang pertama merupakan pengantar untuk seluruh injil, sedang yang kedua adalah pengantar untuk karya pelayanan publik Yesus. Injil Lukas diawali dengan sebuah prolog seperti lazim dalam karya-karya sastra Yunani yang bermutu pada zaman itu. Lukas mempertanggungjawabkan tulisannya dengan menyebutkan nara sumbernya yakni para “saksi mata dan pelayan Firman” (ay. 2) karena menyadari bahwa dia sendiri bukanlah saksi mata. Lukas juga menjelaskan metodologi yang dipakainya yakni mengumpulkan, meneliti dan memilih informasi yang akurat serta menyusunnya secara sistematis untuk keperluan didaktis atau pengajaran.


Bagian kedua dari bacaan Injil hari ini pun merupakan merupakan pengantar untuk sebuah tema pokok dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul: Yesus mewartakan Injil kepada orang-orang di kotanya sendiri namun Ia ditolak. Penolakan itu mengisyaratkan penolakan yang akan dialami-Nya kelak dari orang-orang Yahudi dan pengalaman itu juga yang akan dihadapi Gereja dalam pelaksanaan karya misinya.


02. Lukas menuliskan Injilnya untuk “Teofilus yang mulia” (dalam Lectionarium frase ini dihilangkan). Nama “Teofilus” berarti “yang mengasihi Allah” atau “yang dikasihi Allah”. Nampaknya dia adalah seorang Kristen bukan Yahudi yang cukup terpandang dan telah menerima pengajaran dari Gereja namun kurang lengkap atau masih meragukan kebenarannya. Karena itu Lukas menuliskan injil untuknya dengan tujuan “supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar” (ay. 4). Tetapi mungkin juga nama itu merupakan sebuah nama simbolik, artinya Injil Lukas ini ditujukan kepada siapa saja yang mencintai Allah, yang ingin memahami dan mendalami karya penyelamatan Allah, termasuk kita.


03. Dalam ay. 14 ditegaskan bahwa Yesus kembali ke Galilea “dalam kuasa Roh Kudus”. Dengan keterangan ini Lukas mau menegaskan bahwa dalam seluruh karya pelayanan-Nya, Yesus dijiwai, dinaungi dan dituntun oleh Roh Kudus. Roh Kudus sebagai daya kekuatan Allah itu bahkan telah memenuhi-Nya sejak dikandung dalam rahim Maria (Luk 1:35) dan dinyatakan lagi secara eksplisit ketika Ia dibabtis (Luk 3:22). Dalam kuasa Roh Kudus itu Yesus pergi ke padang gurun untuk berpuasa. Setelah mengalahkan iblis, dalam kuasa Roh yang sama Dia kembali ke Galilea untuk memulai karya-Nya. Keterangan itu merupakan persiapan untuk menjelaskan ay. 18 yang mengutip Yes 62:1 bahwa pernyataan nabi Yesaya itu sepenuhnya terpenuhi dan terlaksana dalam diri Yesus. Dialah Sang Nabi yang diurapi oleh Roh Kudus, yang diutus untuk “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; ... untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (ay. 18-19 bdk. Yes 61:1-2).


04. Dalam Perjanjian Lama “Tahun Rahmat Tuhan” menunjuk pada “Tahun Yobel” yaitu Tahun Sabat Ketujuh yang terjadi setiap 50 tahun sekali smile emotikon 7 X 7) untuk mengembalikan keseimbangan hidup bersama sebagai umat Allah.Dalam Im 25:8-25 diuraikan apa yang mesti dibuat oleh seluruh bangsa pada Tahun Yobel itu. Pada tahun yang ke 50 itu ladang harus dibiarkan menganggur, tidak boleh ditanami, para budak harus dibebaskan, dan hutang harus dihapuskan. Bila karena jatuh miskin sehingga sebuah keluarga terpaksa harus menjual tanahnya, maka dalam tahun Yobel tanah itu harus dikembalikan kepada pemiliknya karena sebenarnya pemilik tanah satu-satunya ialah TUHAN sendiri (Im 25:23). Meskipun ketentuan itu tidak lagi dijalankan namun tetap dipelihara dalam Kitab Nabi Yesaya sebagai bentuk pengharapan akan hadirnya zaman baru, zaman Mesias, zaman Kerajaan Allah dan digemakan lagi oleh Yesus untuk menegaskan bahwa harapan itu kini telah terwujud. Impian itu telah menjadi kenyataan.

Penegasan itu diungkapkan dalam ay. 21, "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Ungkapan “hari ini” sering banget dipakai oleh Lukas (2:11; 3:22; 5:26; 13;32; 19:9; 23:43) untuk menekankan aktualitas karya keselamatan Allah. Allah menyelamatkan kita hari ini, saat ini juga bukan besok pagi atau tahun depan.

Gereja Katolik mengambil alih tradisi Tahun Yubelium ini untuk merenungkan karya penebusan Kristus. Pada tanggal 22 Februari 1300 Paus Bonifasius VIII mengeluarkan Bulla "Antiquorum fida relatio" yang menandai Perayaan Tahun Suci Yubileum yang pertama kali dalam Gereja Katolik. Sejak tahun 1475 atas penetapan Paus Paulus II, Gereja merayakannya setiap 25 tahun. Tahun Yubelium biasa terakhir dirayakan pada tahun 2000. Selain Tahun Yubelium biasa, Gereja juga merayakan Tahun Yubelium Luar Biasa. Tahun Yubelium Luar Biasa terakhir dirayakan pada tahun 1983 untuk mengenangkan 1950 tahun karya penebusan Kristus.


05. Pemahaman tentang Yesus Kristus kita dapatkan dari para romo, orangtua atau guru-guru agama. Pemahaman yang bersumber dari Kitab Suci itu diturunkan dari generasi ke generasi. Dalam pengantar injilnya, Lukas pun mengungkapkan bahwa fakta tentang pribadi Yesus, sabda dan karya-Nya didapatkannya dari generasi sebelumnya, yakni dari para murid yang menjadi saksi mata atas peristiwa Yesus itu sendiri. Artinya iman kita tidak berdasar pada cerita mitologis atau dongeng imaginer tetapi pada fakta sejarah yang dijamin kebenarannya oleh para saksi mata dengan menumpahkan darah mereka. Inti kekristenan adalah kisah campur tangan Allah dalam sejarah manusia. Allah kita adalah Allah yang real, konkret dan bukan dewa pujaan hasil angan-angan manusia. Sama sekali bukan. Dia hadir dalam sejarah secara kasat mata dalam Diri Yesus, seorang tukang kayu dari Nazareth. Sekarang ini pun Allah selalu hadir dalam kehidupan kita secara konkret. Hari ini dan di sini.


06. Dalam bulla “Misericordiae Vultus”, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa yang sempurna. “Allah Bapa yang ‘kaya akan rahmat’ (Ef 2:4) setelah mewahyukan nama-Nya kepada Musa sebagai ‘Allah pengasih dan penyayang, panjang sabar, berlimpah kasih dan setia-Nya’ (Kel 34:6), tidak pernah berhenti menunjukkan, dengan pelbagai cara dalam sejarah, kodrat ilahi-Nya. ‘Setelah genap waktunya’ (Gal 4:4) ketika segalanya berjalan sesuai dengan rencana keselamatan-Nya, Ia mengutus Putra Tunggal-Nya ke dunia, yang dilahirkan oleh Perawan Maria, untuk menampakkan cinta-Nya kepada kita secara definitif. Siapa melihat Yesus, melihat Bapa (bdk. Yoh 14:9). Yesus dari Nazareth, dalam sabda-Nya, tindakan-Nya dan seluruh pribadi-Nya menampakkan kerahiman Allah” (MV 1).

Selanjutnya Paus Fransiskus dalam homili penetapan Tahun Yubelium Agung Kerahiman Allah menegaskan bahwa Gereja dipanggil untuk memberikan “tanda-tanda yang lebih jelas” tentang kehadiran dan belas kasih Allah. Di zaman yang sedang mengalami perubahan mendasar dalam cara hidup dan cara berpikir ini yang sering disebut dengan peradaban modern, kita tidak perlu bingung.
Sebaliknya, dalam perspektif iman kita perlu waspada dan mengembangkan kemampuan untuk melihat apa yang baik, yang benar dan yang suci. Gereja harus kembali kepada makna misi yang dipercayakan Tuhan yakni “menjadi tanda dan instrumen belas kasihan Bapa.” Kita diutus menjadi “saksi-saksi kerahiman,”. Tanpa pengampunan Allah, hidup tidak akanmenjadi bersih dan berbuah.


07. Dengan mengutip Yes 62:1-2, Yesus menegaskan arah dan memantabkan langkah karya pelayanan-Nya yakni dengan memprioritaskan perhatian dan keprihatinan-Nya pada orang miskin, menderita, sakit, tertindas, buta. Istilah yang lazim dipakai saat ini adalah KLMTD smile emotikon Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel). Concern utamanya ialah meniadakan atau paling tidak meringankan penderitaan orang-orang yang dijumpai di sepanjang perjalanan-Nya.

Yesus memandang manusia secara utuh. Bagi-Nya penderitaan fisik merupakan efek atau tanda adanya penderitaan batin atau jiwa. Oleh karena itu sambil menyembuhkan yang sakit, membangkitkan orang mati atau menggandakan roti, Yesus berusaha keras untuk menyembuhkan luka batin, membebaskan hati dari beban dosa, mengusir setan, membuka mata batin dan mengubah cara pandang (mind-set).

Karya kasih itu dilanjutkan-Nya melalui dan oleh Gereja. Melalui sakramen-sakramen Gereja, Yesus melanjutkan karya-Nya untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa, menguatkan dengan Tubuh dan Darah-Nya, mengaruniakan rahmat Roh Kudus-Nya. Melalui pewartaan dan pengajaran Gereja-Nya, Yesus memberikan pencerahan bagi mereka yang sedang mengalami kegelapan. Dan akhirnya melalui tangan, kaki, mulut dan hati kita Yesus ingin melanjutkan karya kasih-Nya. Kita diajak dalam karya-Nya untuk mengurangi penderitaan fisik dan batin, membebaskan sesama dari ketakutan yang melumpuhkan, dari kebodohan atau ketidaktahuan, dari kesepian dan kesendirian, dari beban batin karena sakit hati, benci dan dendam dengan mengampuni.


08. Dengan demikian sebenarnya Yesus membukakan rahasia kehidupan. Dengan terlibat dalam penerusan karya kasih-Nya itu kita menemukan jalan untuk mengalami kebahagiaan yang sejati. Karena saat kita memberi, kita akan menerima. Saat menolong orang lain kita akan mengalami kegembiraan dan kepuasan batin. Saat kita mencerahkan orang lain, hidup kita pun menjadi cerah. Saat kita mengampuni, kita dibebaskan dari beban batin yang menghimpit. Saat kita berempati dengan penderitaan dan kesulitan sesama, kita pun menjadi kuat menghadapi kesulitan hidup. Saat kita menemani dan menghibur sahabat, kita pun merasa terhibur. Pendek kata apa yang kita lakukan untuk orang lain sebenarnya kita sedang melakukannya untuk diri sendiri.


Mengakhiri renungan ini baiklah kita menyimak ilustrasi menarik ini : 
Seorang buta sedang berjalan menembus kegelapan malam. Ia memegang tongkat di tangan kanannya sedang di tangan kirinya ia membawa lampu. Pemandangan ini sangat mengherankan seorang pria yang kebetulan berjalan berpapasan dengannya. Pria ini menghampiri dan bertanya, “Mengapa bapak berjalan sambil membawa lampu?” Dengan tenang orang itu menjawab, “Untuk penerangan nak”.

Dengan penuh keheranan pria itu bertanya lagi, “Maaf, bukankah bapak ini buta dan tetap tidak akan bisa melihat jalan meskipun ada lampu penerang?”. Orang buta itu tersenyum dan menjawab, “Meskipun saya tidak bisa melihat, tetapi oranglain kan bisa melihatnya. Selain membuat jalan menjadi terang, hal ini juga menghindarkan orang lain menabrak saya”.

Kita tidak boleh merasa lelah untuk berbuat baik agar nama Tuhan semakin dimuliakan dan semakin banyak orang merasakan kasih-Nya.
Berkah Dalem.



NB:

1.
SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"FAMILY WAY"
Sabtu, 23 Jan 2016.
10.00 - 13.00
@Gereja St Yohanes Don Bosco Sunter Jkt.

2.
SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
14.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.

3.
SKI : "Natalan Rasa Indonesia."
@JKI Pondok Daud Banjarsari Solo (Surakarta).
Selasa. 26 Jan 2016
18.00 - selesai
Bersama "YOS" - "Yayasan Oikumene Surakarta".

Bintang tamu:
TRIO SENIMAN INDONESIA
Didiek Nini Thowok - Penari 
Hudson - Jesicca - Penyanyi
Piyu - PADI - Musisi
Orasi Kebudayaan: 
Walikota Solo terpilih: Bpk FX Hadi Rudyatmo
Pengkotbah: 
Rm Jost Kokoh Prihatanto,







“Fides et Actio – Iman dan Tindakan”.

Itulah pesan pokok yang tercandra hari ini. Seperti yang saya tulis dalam buku "XXI-Interupsi" (RJK, Kanisius), iman adalah tindakan yang membuat manusia menjadi lebih manusiawi, menjadi lebih punya hati nurani.

Adapun 3 hal yang menjadi dasar bahwa iman sebagai tindakan, al:

1. "Pengalaman mistik": 
Sebelum "go public", Ia menyepi ke gurun, "intimitas cum Deo", berdoa dan berpuasa 40 hari supaya Roh Tuhan ada dan benar-benar mengurapi-Nya. Lewat "pengalaman gurun", bagiNya salib bukan salib, kalau tidak ada palang horizontalnya. Tanpa palang horizontal, salib cuma sebuah tiang yang menunjuk ke langit dan belum tentu menunjuk ke sorga, karena sorga cuma dapat diraih lewat pengamalan kasih yang nyata, yang berakar pada hidup doa dan matiraga.

2. "Pengalaman otentik": 
Setelah menyepi, Ia membumi: Ia "turun" ke tempat yang otentik, yakni Galilea. Ia keluar masuk desa dan sinagoga. Lewat "pengalaman Galilea", Ia mewartakan nats bahwa iman harus mengandung tindakan keterlibatan dan keberpihakan nyata yang otentik pada orang kecil-tersingkir/disingkirkan yang kerap tidak dihargai.
Sebagai antitesis dari hukum rimba: "siapa kuat, dia menang", ada 4 jenis masyarakat yang dibela dan diperhatikanNya al: orang miskin, tawanan, orang buta dan tertindas.

3. "Pengalaman prophetik": 
Yesus tidak cuma menjadi "pembaca firman"/lector, tapi Ia menjadi "pelaku firman"/actor. Ia menjadi Injil yang hidup. Lewat "pengalaman kenabian": Orang buta dibuat melihat, orang lumpuh dibuat berjalan, orang kusta ditahirkan, orang tuli jadi mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik (Luk 7:22).

Disinilah, iman tak boleh lepas dari tindakan, yang selalu hidup dalam sejarah masyarakat dunia, bukan dalam sebuah ruang hampa. Iman yang bergulat dan berjalan di atas realita, bukan berjalan di atas awan. Meski resikonya berat: terluka karena dicap buruk, dipinggirkan dan dikambinghitamkan, Ia tetap tangguh menjadi Injil yang hidup karena iman tak lepas dari tindakan kasih dan sebaliknya, tindakan kasih tak lepas dari iman, bukan?

Bagaimana dengan kita sendiri?
"Kuman harus dilenyapkan - Iman harus diwujudnyatakan".
Salam HIKers,
Tuhan
memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0


NB:

1.SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
14.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.

2.SKI : "Natalan Rasa Indonesia."
@JKI Pondok Daud Banjarsari Solo (Surakarta).
Selasa. 26 Jan 2016
18.00 - selesai
Bersama "YOS" - "Yayasan Oikumene Surakarta".
Bintang tamu:
TRIO SENIMAN INDONESIA
Didiek Nini Thowok - Penari 
Hudson - Jesicca - Penyanyi
Piyu - PADI - Musisi
Orasi Kebudayaan: 
Walikota Solo terpilih: Bpk FX Hadi Rudyatmo
Pengkotbah: 
Rm Jost Kokoh Prihatanto,

3.
A.
IBADAT TAURAT DAN MUNCULNYA UMAT TUHAN
Suatu bentuk baru ibadat berkembang dalam masa setelah pembuangan. Unsur utamanya ialah pembacaan Taurat beserta penjelasannya. Ibadat ini lain dari ibadat kurban yang cenderung dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem. Pada zaman pembuangan sulit meneruskan ibadat kurban karena Bait Allah runtuh dijarah. Selama masa itu lambat laun berkembanglah ibadat sabda.

Ketika Bait Allah dibangun kembali dan ibadat kurban dapat dilakukan lagi, ibadat sabda tetap diteruskan dan bahkan menjadi ibadat yang makin penting dalam masyarakat Yahudi. Bacaan yang dipakai dalam ibadat itu berupa hukum-hukum adat dan agama, cerita-cerita mengenai para leluhur, peraturan-peraturan hidup bersama. Semuanya ini kemudian disusun kembali di kalangan para imam (seperti tokoh Ezra dalam bacaan pertama) dalam ujud Taurat atau kelima Kitab Musa yang memuat serangkai kisah para Bapa Bangsa (Abraham, Ishak, Yakub dan keturunannya), kisah keluaran dari Mesir, kumpulan hukum Sinai, dan perjalanan di padang gurun sebelum memasuki tanah terjanji.

Petikan-petikan dari Taurat dibacakan dan dijelaskan di dalam ibadat. Oleh karenanya Taurat akhirnya menjadi kitab yang dikeramatkan. Dikisahkan dalam Neh 8:10-11 bagaimana para pemimpin mengajak umat bersuka cita merayakan pembacaan Taurat. Ibadat seperti ini kemudian dilakukan tiap hari Sabat di sinagoga atau rumah ibadat di mana saja. Setelah bacaan dan penjelasan Taurat menyusul uraian berdasarkan tulisan-tulisan lain yang lambat laun juga diterima sebagai bacaan keramat seperti halnya kitab para nabi. Luk 4:14-21 mencerminkan ibadat Sabat seperti ini. Lukas menceritakan bagian ibadat sehabis petikan dari Taurat dibacakan dan dijelaskan. Dalam kesempatan itu salah seorang dari umat, yakni Yesus, maju untuk membacakan Yes 61:1-2 dan menerapkan nubuat itu kepada dirinya.

Dapat dikatakan, orang Yahudi baru mulai menjadi umat Tuhan setelah mengalami pembuangan. Sebelumnya orang lebih menyadari diri sebagai warga “bangsa terpilih”. Semua unsur kehidupan dibawahkan pada keyakinan ini. Kesadaran religius mereka juga bertumpu pada hal itu. Pukulan sejarah meruntuhkan gagasan ini. Selama pembuangan tokoh-tokoh mereka makin menyadari bahwa gagasan sebagai “bangsa terpilih” perlu ditafsirkan kembali secara rohani sebagai “umat terpilih”. 

Pengalaman hidup di tengah-tengah bangsa-bangsa lain membuat gagasan itu berkembang menjadi “umat yang dikasihi”, umat yang dikhususkan berkat Taurat.

Dalam inspirasinya yang asli, Taurat mengungkapkan pengalaman meniti jalan untuk membangun hidup bersama atas dasar pelbagai kesetujuan (“hukum-hukum”) yang direstui Tuhan. Bagi orang Yahudi Taurat bukanlah sekumpulan hukum dan aturan semata-mata, melainkan ajaran kehidupan. Memang ada kelompok-kelompok yang cenderung menafsirkannya secara ketat sebagai aturan-aturan belaka. Tafsiran itu membuat Taurat menjadi layu dan tidak membuahkan kehidupan batin.
Dalam Perjanjian Baru, kaum Farisi digambarkan sebagai satu kelompok seperti itu. Acap kali mereka berhadapan dengan Yesus dan murid-muridnya yang mau menghayati Taurat sebagai ajaran kehidupan.


B.
KABAR GEMBIRA DARI RUMAH IBADAT DI NAZARET
Injil hari Minggu ini menggabungkan pengantar Injil Lukas (Luk 1:1-4) dengan peristiwa Yesus mengajar di sinagoga di Nazaret (Luk 4:14-21). Dari bagian pengantar, jelaslah Injil Lukas ditulis bagi orang yang sudah pernah mendengar mengenai Yesus dan berminat mengenalnya lebih jauh walaupun belum amat yakin akan keistimewaan tokoh ini.

Lukas memeriksa dengan seksama bahan-bahan yang diperoleh dari para saksi mata dan para pekabar pertama dan kemudian menyusunnya kembali secara runtut agar pembacanya – Teofilus – sampai kepada kebenaran. Nama itu berarti “yang penuh minat akan hal-hal yang Ilahi”, maksudnya, orang yang ingin mengenali kehadiran Tuhan. Teofilus ialah kita-kita ini juga.
Bacaan Injil hari ini ditempatkan Lukas langsung sesudah peristiwa Yesus dicobai di padang gurun. Di sana ia menangkal pengaruh Iblis dengan kata-kata keramat dari Taurat (Luk 4:4 [=Ul 8:3]; ayat 8 [=Ul 6:3]). Juga ketika Iblis mau menyalahgunakan sabda ilahi (ayat 10-11 [=Mzm 91:11-12]), Yesus membungkamnya dengan firman ilahi dari Taurat (ayat 12 [=Ul 6:16]). Setelah peristiwa ini Lukas meneruskan kisahnya dengan mengatakan bahwa “dalam kuasa Roh” Yesus kembali ke Galilea (Luk 4:14). Di wilayah itu kemudian tersiar kabar mengenai dia yang mengajar di sinagoga-sinagoga. Ini buah pertama dari keteguhannya mempercayai sabda ilahi.

Pada suatu hari Sabat Yesus mengikuti ibadat di sinagoga di Nazaret. Sesudah bagian upacara pembacaan Taurat dan penjelasannya selesai, Yesus tampil dengan memperkenalkan diri sebagai yang dinubuatkan nabi Yesaya (Yes 61:1-2), yakni Mesias membawakan kabar baik kepada orang-orang “miskin” (ay. 18-19).

Dalam bahasa Lukas, “orang-orang miskin” ialah mereka yang menderita kekurangan dalam hidup ini, terutama kekurangan material yang juga mengakibatkan kemelaratan batin. Dan sering mereka tidak menyadarinya.

Apa isi kabar baik kepada orang-orang ini? Baiklah ditilik terlebih dahulu suasana setelah nubuat Yesaya itu dibacakan (ayat 20). Lukas menyebut semua seluk beluknya. Yesus menutup gulungan, memberikannya kembali kepada petugas, duduk, sementara itu mata semua orang mengikuti setiap gerak-geriknya dan ketika perhatian orang-orang terpaku, mulailah Yesus memberikan pengajaran. Ia berkata (ayat 21), “Pada hari ini, sewaktu kalian dengarkan, ayat-ayat Kitab Suci ini tergenapi!” Ia menjelaskan siapa dirinya (Yang Diurapi, Mesias), kepada siapa ia datang (“kaum miskin”, yakni orang-orang yang butuh kabar gembira), tiga tugas utamanya: membuat orang dapat kembali kepada Tuhan (tadinya “tawanan” sekarang bebas) sehingga dapat memandangi kehadiranNya (tadinya “buta”) dan membuat hati dan pikiran orang lega (tadinya “tertindas”). Dia itu pembawa berita gembira bahwa “tahun rahmat sudah datang”.

Dalam tahun rahmat inilah ia hidup di tengah-tengah orang banyak, memberitakan Kerajaan Allah, menghidupkan harapan, menyembuhkan, mengusir setan, memilih murid-murid agar makin banyak orang dapat dilayani. Kehadiran Yesus di antara orang-orang zamannya membuat orang melihat bahwa Tuhan bersedia berada di tengah-tengah manusia. 
Inilah kabar gembira yang disampaikan kepada orang banyak. Kehadiran orang yang berhasil mengalahkan pengaruh yang jahat, kehadiran orang yang direstui Roh Tuhan sendiri, kehadiran yang memperkaya hidup kita.


C.
PEGANGAN HIDUP
Bacaan Injil menunjukkan bagaimana setelah mengalahkan cobaan, Yesus menemukan dirinya makin mampu membawakan Tuhan kepada orang banyak. Juga dalam bacaan pertama terlihat bagaimana umat menemukan diri dekat dengan Tuhan setelah mengalami cobaan besar selama pembuangan. Menemukan diri memberi kegembiraan dan kekuatan. Bukan berarti semuanya akan serba beres. Umat Perjanjian Lama masih akan menghadapi macam-macam persoalan. Masih ada ketegangan dan perpecahan. Tetapi mereka kini memiliki pegangan, yakni Taurat. Juga Yesus segera akan menghadapi ketidakpercayaan orang-orang, bahkan dari orang-orang yang paling dekat dengannya. Tetapi ia mempunyai pegangan. Ia sadar ia diutus Tuhan menghadirkan rahmat. Dan ia hidup untuk itu.

Dalam mengikuti Yesus Kristus, kaum beriman juga dapat makin menemukan diri, baik sebagai orang perorangan maupun sebagai umat. Mengikuti Yesus berarti ikut serta di dalam kehidupannya. Inilah yang menjelaskan mengapa tiap orang memperoleh karunia Roh. 

Dengan mengikuti cara bicara Paulus dalam bacaan kedua (1 Kor 12:12-30), karunia-karunia dari Roh yang satu itu membangun satu tubuh. Dalam bagian sebelumnya yang dibacakan hari Minggu yang lalu ditegaskan bahwa karunia sejati membangun kesejahteraan bersama, bukan kebesaran orang-perorangan. Pada bagian awal bacaan hari ini ditekankan bahwa karunia ini memungkinkan orang melampaui batas-batas alamiah, seperti kelompok etnik (Yahudi atau Yunani) atau batas-batas sosial (budak atau merdeka), dan seperti diutarakan selanjutnya, perbedaan itu malah mengurangi kecenderungan orang untuk merasa paling penting, paling dibutuhkan dan menonjol-nonjolkan diri. Bila orang dengki dan curiga karena kelompok lain bukan dari “golongan kami”, orang boleh mulai bertanya-tanya, mungkin karunia Roh Kristus belum diterima dengan baik.
Warta Paulus tadi dapat membuat orang makin menghargai keragaman yang asalnya dari Roh yang satu. Keyakinan serta kegembiraan diajak hidup dalam Roh ini membekali orang untuk menghadirkan rahmat di tengah-tengah umat manusia, seperti Yesus sang Mesias sendiri. Inilah kekayaan yang menyatukan semua pengikut Kristus.





Minggu Biasa III
Neh 8:3-5a.6-7.9-11; Mzm 19:8.9.10.15; 1Kor 12:12-30; Luk 1:1-4;4:14-21

“Evangelium vitae - Injil kehidupan”.
 Itulah pesan iman kita. Yesus datang sebagai “injil hidup" bagi banyak orang (Injil:Kabar baik).

Seperti yang saya tulis dalam buku "TANDA" (RJK, Kanisius), adapun 3 pola dasarnya al:

1."KA"sih: 
Ezra KASIH nasehat untuk orang Israel: “Hari ini adalah kudus bagi Tuhan. Jangan berdukacita dan menangis"; Paulus KASIH semangat untuk orang Korintus: ”banyak karunia tapi 1 tubuh.” Dalam 1 Kor 12:8-10.12.27-30; Rom 12:6-8; Ef 4:11 disebutkan bahwa karunia itu, al: rasul untuk mewartakan sabda, nabi/menafsirkan sabda, pengajar/ membimbing dalam kehidupan. Yesus juga KASIH maklumat: kabar baik bagi orang miskin, pembebasan bagi yang tertawan dan tertindas juga penglihatan bagi yang buta.” Bukankah juga dalam Ekaristi, Allah selalu hadir dengan kasihNya dalam sabda, dalam komunitas gereja dan pastinya dalam hosti tersuci?

2.sa"BAR": 
Dalam pesta besar Israel (Paska-Pentakosta dan Pondok Daun, bdk. Ul 16:16; Kel 34:23), hukum dan perintah Allah dibacakan publik. Pembacaan ini adalah peringatan bahwa Allah selalu bersabar untuk hadir dan berkarya di tengah-tengah kita. Ezra sabar hadirkan Tuhan dalam bacaan kitab suci (in persona lectio), Paulus sabar hadirkan Tuhan dalam komunitas (in persona communio) dan Yesus sabar hadirkan Tuhan dalam kata dan tindakan nyata (in persona Christo). Keseluruhan hidup dan karya Yesus memang memaparkan hatiNya yang selalu bersabar dan berbelas kasih, yang walaupun tulus tapi masih saja harus menghadapi penolakan dari orang-orang yang licik - iri hati dan penuh akal bulus.

3."BAhagia Ikut Kristus": Ezra menunjukkan Tuhan lewat pembacaan kitab suci, Paulus menunjukkan Tuhan lewat gereja yang berkomunio dan Yesus menunjukkan Tuhan lewat hidupNya secara nyata. Ia hidup dan ada: “di padang gurun”, ketika kita merasa sepi sedih dan kering-dahaga dan kecewa, sakit/disakiti; “di Galilea”, ketika kita hidup bersibuk dalam karya dan sosialita bersama gereja dan masyarakat; “di Nazareth”, ketika kita ada di “rumah”, bersama keluarga - komunitas basis dan orang-orang terdekat kita. Wajarlah jika kita bahagia ikut Kristus karena Ia selalu menjadi Tuhan dan senantiasa ada di pelbagai pengalaman: “padang gurun” - “Galilea” dan ”Nazareth” hidup kita masing-masing.

"Cari sikat di kebun kurma - Jadilah berkat untuk sesama".

Salam HIKers,
Tuhan berkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0

NB:

1.
SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
"EAT PRAY LOVE"
Sabtu, 30 Jan 2016.
14.00 - 17.00
@Gereja St Yakobus Kelapa Gading Jkt.

2.
SKI : "Natalan Rasa Indonesia."
@JKI Pondok Daud Banjarsari Solo (Surakarta).
Selasa. 26 Jan 2016
18.00 - selesai
Bersama "YOS" - "Yayasan Oikumene Surakarta".


Bintang tamu:
TRIO SENIMAN INDONESIA
Didiek Nini Thowok - Penari 
Hudson - Jesicca - Penyanyi
Piyu - PADI - Musisi
Orasi Kebudayaan: 
Walikota Solo terpilih: Bpk FX Hadi Rudyatmo
Pengkotbah: 
Rm Jost Kokoh Prihatanto,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar