Ads 468x60px

Rabu 6 Januari 2016



Sesudah Epifani
1Yoh 4:11-18; Mzm 72:1-12,10-11,12-13; Mrk 6:45-52

"Salva nos-Selamatkanlah kami!"
Inilah harapan orang yang beriman.
Sebaliknya, kita melihat sikap para murid yang "kuman, kurang beriman".
Mereka "heran" menyaksikan mukjizat-mukjizat yang menyelamatkan.
Mereka ketakutan menyaksikan Yesus berjalan di atas air ketika perahu mereka sedang diombang-ambingkan angin sakal. Ia melihat dan “datang” untuk menolong mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang memiliki relasi akrab dengan Yesus, tidak pernah lepas dari perhatianNya.

Adapun Yesus melihat dari darat betapa payahnya mereka mendayung.
Payah, dari sebuah kata kerja yang artinya menyiksa/menyusahkan. 
Ini melukiskan kesulitan para murid ketika mereka harus mendayung melawan angin. Sedangkan, jam tiga malam (teks Inggris: jam jaga malam yang keempat) berlangsung dari jam 3 hingga jam 6 pagi.

Ajakan penyelamatanNya yang bisa kita ingat, adalah:

1.Tenanglah:
Ajakan ini mengandung juga pengertian berani untuk mengambil jarak, tidak larut hanyut dalam masalah hidup harian.

2.Aku ini:
Ia meyakinkan para murid bahwa kehadiranNya sungguh nyata.

3.Jangan takut:
Ia menawarkan sebuah keberanian iman.

Pastinya, tanpa satu katapun dari Yesus, angin pun redalah (Yun: menjadi lelah bertiup).
Di lain segi, ironis bahwa para murid, yang sudah mengalami mukjizat pemberian makan lima ribu orang, belum juga mengenal Yesus dengan baik. Mereka belum menyadari bahwa Yesus adalah Tuhan. Pikiran mereka masih buta dan belum terbuka.

Bisa jadi, ini juga terjadi pada kita. Meski kita menyebut diri anak-anak Tuhan, meski kita terlibat aktif dalam pelayanan, tetapi kita belum mengenal Yesus dengan baik. Ini bisa diuji dengan sikap kita tatkala menghadapi masalah, sudahkah kita menunjukkan ketergantungan pada Dia?

"Makan bakut di Kalimati - Jangan takut karena Tuhan memberkati."
Salam HIKers,
Tuhan meberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0



NB:

1. "Deus caritas est - Allah adalah Kasih".
Itulah pesan iman yang tampak ketika Yesus berjalan di Danau Galilea. Danau ini juga disebut "Genesaret", karena bentuknya seperti kecapi: "Yam Kinneret" (Ibr:"yam=Danau, kinnor=kecapi").

Seperti yang saya tulis dalam buku "TANDA" (Kanisius), di tengah badai kehidupan yang real, kita juga dipanggil untuk menghadirkan Kristus dengan penuh kasih, "Karena Allah Selalu Ingin Hadir".

Adapun 3 polanya, "DKT", al:

A. "Doa": 
Setelah bersibuk dalam aneka karya, Yesus selalu memberi ruang hati untuk ber-"silentium"/hening dan mengalami perjumpaan, semacam "intimitas cum Deo/kemesraan dalam Allah". BagiNya, "orare labora est - berdoa adalah sebuah usaha", maka orang banyak disuruh pulang dan para murid naik perahu terlebih dulu. Doa menjadi sumber bagi hidup karya, akar peneguh supaya hidup karyaNya tidak jatuh pada rutinitas - aktivitas semata. Sudahkah kita juga berdoa penuh kasih hari ini?

B."Kata-kata": 
Verbum est evangelicum - kata menjadi warta gembira. Ketika para murid takut dan terpisah dari Tuhan, Ia berkata kepada mereka, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" (Yun: "Ego eimi"). UcapanNya hadir sebagai berkat. Sst, bukankah kata "takut" itu punyai 5 huruf dengan "K" di tengah-tengahnya yang bisa berarti "Kristus"? Jadi, kenapa kita takut jika kita yakin ada "K" di tengah-tengah pergulatan hidup dan sukaduka kita? Bukankah dalam kasih juga tidak ada ketakutan? Pastinya, setiap tahun ada 365 hari, ternyata dalam Kitab Suci, terdapat 365 kali kata "jangan takut". Jadi, setiap hari Tuhan selalul berkata penuh kedamaian, "Jangan takut!" Indah bukan? Sudahkah kita juga berkata penuh damai hari ini?
C."Tindakan": 
Saat para murid ada dalam situasi gelap "3K": ketakutan-kegelisahan dan kuatir, Yesus "in action": Ia naik ke perahu, hadir dan menemani mereka sehingga angin menjadi reda. Dalam hidup nyata, kita dan banyak orang sering mengalami banyak ketakutan, takut gagal-kecewa-diPHK, sakit dan takut mati/ditinggal mati, sudahkah kita mau hadir dalam satu perahu dan menjadi teman seperjalanan? Just do it!!

"Makan bakut di Taman Sari - jangan takut Tuhan hadir setiap hari." (RJK)


2. St. Agustinus:
"Perahu yang mengangkut para rasul - yaitu, Gereja, oleng dan terobang-ambing di tengah badai godaan. Angin yang mengamuk maksudnya adalah musuh Gereja, yakni si jahat yang berusaha keras agar angin tersebut tidak berhenti mengamuk. Namun, orang yang gigih, yakni kita lebih hebat, karena di tengah goncangan-goncangan dalam hidup kita, Yesus memberikan rasa percaya diri. Dia datang bagi kita dan menguatkan kita, sehingga di dalam perahu kita tidak panik dan tidak terhempaskan keluar.

Meskipun perahu tersebut dibuat kacau, namun tetaplah perahu. Perahu itu membawa para rasul dan menerima Kristus. Perahu itu memang dalam bahaya jika di air sampai masuk ke dalamnya, tetapi perahu tanpa air tentunya tidak akan berfungsi. Maka, tinggallah dalam perahu dan panggillah Tuhan! Ketika semua nasehat baik gagal, ketika kemudi tidak lagi berfungsi, ketika layar malah lebih membahayakan daripada melindungi kita, ketika semua bantuan dan kekuatan manusia telah tak berdaya, satu-satunya sumber kekuatan yang tersisa bagi para pelaut adalah meminta tolong pada Tuhan.


Maka, akankah Dia yang menolong mereka yang berlayar mencapai tempat berlabuh dengan aman, akan meninggalkan gereja-Nya dan menghalanginya tiba dengan damai dan tenang?" (Sermon 75.4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar