Ads 468x60px

Kamis 04 Februari 2016

1 Raj. 2:1-4,10-12; 1Taw. 29:10,11ab,11d-12a,12bcd;Mrk. 6:7-13.


Bacaan Injil: Mrk. 6:7-13: 
7 Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, 8 dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, 9 boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. 10 Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. 11 Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." 12 Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, 13 dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. "


Renungan:

“Ite missa est - Pergilah kamu diutus!”
Itulah kata-kata di akhir misa yang juga saya tulis dalam buku “HERSTORY” (RJK, Kanisius).

Ya, kita diutus untuk bermisi sebagai “duda” : “duta damai”, tergerak - bergerak dan berarak dari altar perjamuan ke pasar kehidupan.

Jelasnya, kita diutus ber-misi sebagai “model”/teladan iman umat Allah, “mediator”/perantara kuasa Allah dan “messenger/pembawa pesan Allah”. Dalam bahasa Dom Helder Camara yang saya tulis dalam buku “XXI - Interupsi” (RJK, Kanisius), bermisi sebagai duta damaiNya berarti: 
mau meninggalkan, pergi dan keluar dari diri sendiri, memecah dinding egoisme, yang memenjarakan kita, dalam ke”AKU”an. Misi berarti berhenti berkisar pada diri sendiri. Misi selalu berarti meninggalkan, tapi tidak selalu mengadakan perjalanan. Di atas semua itu, misi berarti membuka diri dan hati bagi Tuhan dan bagi yang lain, sebagai saudara dan saudari, menemukan dan menjumpai mereka dalam Tuhan.

Adapun 3 semangat dasar sebuah karya misi ilahi, al:

A."Societas: Kebersamaan". 
Ia memanggil 12 murid dan mengutus mereka berdua-dua. Iman kita tidak hanya berdimensi personal tapi juga sosial (socius: sahabat, sosial:bersahabat). Gereja sebagai “Umat Allah” diajak berjalan bersama sebagai sahabat seperjalanan, sebagai suatu gerakan komunio, “societas perfecta” menuju surga abadi.

B. "Simplicitas: Kesederhanaan". 
Mereka dilarang membawa banyak bekal, kecuali tongkat-sehelai baju dan alas kaki, supaya lebih fokus pada tugas perutusan dan bersemangat “lepas bebas” - tidak terbebani dengan kelekatan tak teratur pada berbagai bekal jasman dan materi. Bukankah Yesus yang ber-“kenosis”- yang mengosongkan diri juga sekaligus datang sebagai “yang sederhana”: terbaring di palungan dan terpaku di penyaliban?

C. "Totalitas: Kepenuhan", 
Inilah sikap berserah secara utuh, penuh dan menyeluruh. Mereka diajak untuk cuma bersandar pada Tuhan, terlebih mereka telah diberi “bekal ilahi”, kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Nilai dasar yang ditawarkan adalah “Deus providebit - Tuhan yang menyelenggarakan”, semacam kepercayaan akan “providential divina - penyelenggaraan ilahi”, bahwa Tuhan akan selalu ikut berkarya dalam suka duka hidup dan gulat geliat karya kita.

“Ikan louhan cari makan - Ikut Tuhan semuanya akan dicukupkan".

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0.


NB:
1. "Ite inflammate omnia - Pergilah kobarkan pai bagi dunia!"
Inilah seruan Ignatius kepada Xaverius yang diyakini kesadaran magis bahwa Yesus mengajak kita "pergi & diutus" dari altar ke pasar, dengan 3 sikap dasar yang diberikanNya, antara lain:

A. Otoritas.
Inilah kali pertama Yesus memberikan tenaga & kuasa ilahi serta mengutus ke12 muridNya untuk mewakili Dia dalam kata & tindakan. Ke12 murid itu kini menjadi orang yang berkuasa untuk mengusir setan & menyembuhkan penyakit. Mereka bukan bangsawan tapi dipakai Allah secara menawan untuk mewartakan KerajaanNya. Adapun perintah yang diberikan kepada ke12 orang itu, menurut ayat paralelnya di kitab Matius adalah pergi kepada "domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Mat 10:6). Tapi setelah kebangkitanNya, Yesus mengubah jangkauannya kepada segala bangsa, "sampai akhir zaman" (Mat 28:18-20; Mrk 16:15-20).

B. Prioritas.
Misi utama Yesus adalah untuk memberitakan Kerajaan Allah dengan perintah untuk menyembuhkan orang sakit & mengusir setan (Mat 9:35-38; 10:7-8; Mrk 3:14-15; 6:7-13; Mrk 16:15,17; Luk 9:2,6; 10:1,9; bdk Luk 4:17-19). Dengan kata lain: Kita diajak menomorsatukan kehendak Allah dimana pemberitaan Injil juga harus disertai dengan penyembuhan & pembebasan secara real-aktual & kontekstual.

C. Totalitas.
Yesus berpesan supaya para murid tidak membawa apa-apa dalam perjalanan, termasuk bekal (Yun: pēra). Bekal yang dimaksud adalah dompet yang dibawa seorang pengemis, dengan kata lain: Yesus melarang mereka mengemis sebagaimana kadang dilakukan penganut agama lainnya. Jelasnya, mereka tidak diperkenankan mengandalkan penampilan luar tapi harus sepenuh hati mengandalkan pemeliharaan Allah & kebaikan orang lain sehingga selalu terfokus pada tujuan utama tugas perutusan yaitu memberitakan Injil kerajaan Allah.

"Ada galah ada kaktus - Pergilah kamu semua diutus!"

Salam HIKers.
Tuhan memberkati & Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).


2. "Fiat voluntas Tua - Jadilah kehendakMu."
Ya, ketika diutus datang ke dunia, Yesus berkehendak untuk membinasakan perbuatan Iblis (Mr 1:27; 1Yoh 3:8) dan membebaskan mereka yang ditindas oleh Iblis (Luk 4:18).
Kitapun juga diutus untuk menjadikan kehendakNya nyata dalam hidup semua orang.
Itu sebabnya, Yesus memberikan "kuasa" kepada kita untuk mengalahkan kejahatan dengan beberapa modal, antara lain:

A."Keberdayaan".
Ia memberikan daya/kuasa untuk mengusir setan. (Mrk 3:14-15; Mat 10:1)
Dan, setelah mengutus 72 murid, Ia memberikan kepada mereka "daya dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh". (Luk 10:1,17-19; Mat 10:1-8; Mr 6:7,13)
B."Keberagaman"
Para murid itu bukan saja diutus untuk memberitakan Injil. (Mrk 3:14; Mat 10:7), supaya mereka bertobat dan percaya kepada Injil (Mrk 1:14), tapi juga untuk mewartakan aneka ragam keselamatan ilahi, al melawan Iblis, mengusir roh jahat dan menyembuhkan segala penyakit (Mat 10:1,7-8). Adapun penyembuhan dengan jalan mengoleskan minyak (Yak 5:14) sebagai lambang dari kehadiran dan kuasa Roh Kudus (Za 4:3-6)

C."Kebersamaan".
"Ia memanggil ke12 murid itu dan mengutus mereka berdua-dua."
Jelaslah bahwa perutusan kita itu bukan berpola "single fighter dan popularitas" tapi ada dalam suasana "keterbukaan dan komunitas" yakni kebersamaan untuk bekerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik.

Ya, kita tidak dipanggil sendiri tapi diajak untuk berjalan bersama di belakang Yesus, mengikutiNya dengan semangat rendah hati sekaligus murah hati.

"Dari Brastagi ke Korintus - Mari pergi kita diutus!"

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh


3. Misa dan Adorasi Kerahiman
Kamis 4 Febr 2016, 19.30 - selesai
@ Gereja Yakobus Kelapa Gading Jakarta
Bersama Rm Jost Kokoh dan PDKK Yakobus Klp Gading.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar