Minggu Prapaskah III
Kel 3:1-8a.13-15; Mzm 103:1-2.3-4.6-7.8.11; 1Kor 10:1-6.10-12; Luk 13:1-9
Kel 3:1-8a.13-15; Mzm 103:1-2.3-4.6-7.8.11; 1Kor 10:1-6.10-12; Luk 13:1-9
“Dura
lex sed lex - Hukum itu keras tapi itulah hukum”.
Inilah
salah satu pepatah yang saya tulis dalam buku “Carpe Diem” (RJK, Seize The
Day/Reguklah Hari Ini, Kanisius) bersama dengan penegasan Yesus pada Minggu
Prapaskah: “Jika kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa”.
Ya, Ia
ternyata bukan hanya mempunyai hukum kasih (“sibarani - SIap BAgikan RAhmat
imaNI”) dan hukum pelayanan (“silalahi - SIap Layani yang iLAHI”), tapi Ia juga
mempunyai hukum pertobatan (“sitorus - SIap berTObat tRUS”) supaya kita layak
"sinaga" (SIap NAik ke surGA).
Hari
ini, kita yang tidak mau bertobat (Yun:metanoia, berbalik) disamakan dengan
sebuah pohon ara yang tidak berbuah dan siap "ditebang".
Adapun
tiga modal dasar supaya kita berbuah adalah “PAM”. “PAM” sendiri adalah sebuah
proyek rohani, doa bersama pada jam dan hari yang sama, yang bisa kita buat
serentak di semua lingkungan yang tersebar-pencar dengan melibatkan semua umat
beserta para frater/suster dan para pastor paroki yang bersangkutan.
Secara
sederhana, proyek rohani “PAM” ini juga terdiri dasar 3 bahan dasar antara lain:
1."P”upuk:
Ia ada untuk menyuburkan. Bukankah jika mau berakar ("dalam iman") yang hangat, kita butuh “pupuk rohani”? Ini bisa didapat dengan kebiasaan berdoa. Ia semacam “akar”, karena “root creates the fruit-akar menciptakan buah”. Bukankah tanpa doa, iman kita tak punya cinta dan cinta kita tak berlandaskan iman? Padahal, iman tanpa cinta takkan bisa berbuah dan cinta tanpa iman hanyalah sebuah gejolak rasa yang bisa diombang-ambingkan ke sana dan kemari!
Ia ada untuk menyuburkan. Bukankah jika mau berakar ("dalam iman") yang hangat, kita butuh “pupuk rohani”? Ini bisa didapat dengan kebiasaan berdoa. Ia semacam “akar”, karena “root creates the fruit-akar menciptakan buah”. Bukankah tanpa doa, iman kita tak punya cinta dan cinta kita tak berlandaskan iman? Padahal, iman tanpa cinta takkan bisa berbuah dan cinta tanpa iman hanyalah sebuah gejolak rasa yang bisa diombang-ambingkan ke sana dan kemari!
2.”A”ir:
Ia datang untuk menyegarkan. Bukankah jika mau bertumbuh ("dalam persaudaraan") yang bersahabat, kita butuh “air rohani”? Ini bisa didapat dengan kebiasaan berbagi “HIK - Hidangan Istimewa Kristiani”, yakni trilogi dasar “Harapan Iman dan Kasih”. Adapun salah satu metode sederhana yang mulai bisa dibuat secara nyata adalah “3S”: Senyum – Sapa dan Salam (Ibr: Syalom=Damai). Kita bisa mulai belajar berbagi pada sesama yang ada di sekitar hidup kita, yang mungkin sedang merasa haus serta dahaga pada sebuah senyuman-sapaan dan kedamaian.
Ia datang untuk menyegarkan. Bukankah jika mau bertumbuh ("dalam persaudaraan") yang bersahabat, kita butuh “air rohani”? Ini bisa didapat dengan kebiasaan berbagi “HIK - Hidangan Istimewa Kristiani”, yakni trilogi dasar “Harapan Iman dan Kasih”. Adapun salah satu metode sederhana yang mulai bisa dibuat secara nyata adalah “3S”: Senyum – Sapa dan Salam (Ibr: Syalom=Damai). Kita bisa mulai belajar berbagi pada sesama yang ada di sekitar hidup kita, yang mungkin sedang merasa haus serta dahaga pada sebuah senyuman-sapaan dan kedamaian.
3.”M”atahari:
Ia ada untuk menghangatkan. Bukankah jika mau berbuah ("dalam karya") yang bersemangat, kita perlu kehangatan sinar "mentari”? Ini bisa didapat dengan kebiasaan bersyukur akan sinar kasihNya yang kita rasakan dalam perjumpaan dan kseharian hidup dengan sesama dan lewat alam semesta. Bukankah rasa syukur yang terus menerus membuat isi hati dan gejolak hidup kita menjadi hangat sehingga sinarnya juga bisa dibagikan dan dirasakan oleh orang lain?
Ia ada untuk menghangatkan. Bukankah jika mau berbuah ("dalam karya") yang bersemangat, kita perlu kehangatan sinar "mentari”? Ini bisa didapat dengan kebiasaan bersyukur akan sinar kasihNya yang kita rasakan dalam perjumpaan dan kseharian hidup dengan sesama dan lewat alam semesta. Bukankah rasa syukur yang terus menerus membuat isi hati dan gejolak hidup kita menjadi hangat sehingga sinarnya juga bisa dibagikan dan dirasakan oleh orang lain?
Satu
hal yang pasti, seperti inti pada bacaan hari ini bahwa Tuhan selalu turun
tangan melengkapi (Kel 3:7) dan selalu ringan tangan memberi kesempatan (Luk
13:8-9), marilah kita juga selalu belajar punya “PAM” setiap harinya, tentunya
mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil dan mulai dari sekarang ini.
“Ada
kolam di Taman Safari - Mari beriman mendalam setiap hari"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
NB:
"Miserere nobis - Kasihanilah kami!"
Inilah
salah satu seruan yang kita daraskan pada lagu "Agnus Dei/Anak Domba
Allah" sebelum menyambut komuni suci.
Adapun
hari ini, kita diajak untuk datang meminta belaskasihanNya karna kita kadang
menjadi "pohon ara" yang tidak berbuah, dimana perumpamaan pohon ara
sebenarnya terutama menunjuk kepada Bangsa Israel (bdk. Luk 3:9; Hos 9:10; Yoel
1:7) tapi juga kepada kita semua yang mengaku percaya kepadaNya, tetapi tidak
berpaling dari dosa/dusta dunia.
Disinilah
menjadi jelas walaupun Allah memberi kesempatan secukupnya kepada kita untuk
bertobat, Ia tidak akan selama-lamanya membiarkan dosa. Saatnya akan datang
ketika kasih karunia Allah akan ditarik dan orang yang tidak mau bertobat akan
dihukum tanpa belas kasihan (bdk. Luk 20:16; 21:20-24).
Itu
sebabnya, 3 pilar awal untuk selalu memohon belaskasihanNya, antara lain:
A.Kedewasaan.
Kita diajak berani beriman sepenuh hati dengan menjadi anak-anak yang tidak kekanak-kanakan, yang dalam bahasa St.Paulus hari ini: "kita bukan lagi anak-anak kecil yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran atau kelicikan dunia yang menyesatkan."
Kita diajak berani beriman sepenuh hati dengan menjadi anak-anak yang tidak kekanak-kanakan, yang dalam bahasa St.Paulus hari ini: "kita bukan lagi anak-anak kecil yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran atau kelicikan dunia yang menyesatkan."
B.Kesatuan.
Seperti ajakan pemazmur hari ini: "Mari kita pergi ke rumah Tuhan", kitapun diajak "pergi", berangkat dari "hidup yang lama" menjadi "hidup yang baru", yang selalu memperjuangkan kesatuan dengan Tuhan bersama dengan sesama rekan seiman/seperjalanan.
Seperti ajakan pemazmur hari ini: "Mari kita pergi ke rumah Tuhan", kitapun diajak "pergi", berangkat dari "hidup yang lama" menjadi "hidup yang baru", yang selalu memperjuangkan kesatuan dengan Tuhan bersama dengan sesama rekan seiman/seperjalanan.
C.Pertobatan.
Dalam bahasa Yunani, tobat berarti "metanoia", yakni "berbalik". Kita diajak untuk bertobat secara nyata, berbalik dengan tindakan nyata, bukan hanya dengan banyaknya kata-kata. Ingatlah pesanNya hari ini: "Jika kamu tidak bertobat, maka kamu akan binasa!" Dengan pertobatan, kita diajak mencapai hidup sejati, yakni kemuliaan dan bukan kebinasaan karena ketidakbertobatan atas dosa itu seperti kanker yang menggerogoti kita dari dalam.
Dalam bahasa Yunani, tobat berarti "metanoia", yakni "berbalik". Kita diajak untuk bertobat secara nyata, berbalik dengan tindakan nyata, bukan hanya dengan banyaknya kata-kata. Ingatlah pesanNya hari ini: "Jika kamu tidak bertobat, maka kamu akan binasa!" Dengan pertobatan, kita diajak mencapai hidup sejati, yakni kemuliaan dan bukan kebinasaan karena ketidakbertobatan atas dosa itu seperti kanker yang menggerogoti kita dari dalam.
"Makan
soto babat di seberang pagar - Suka bertobat bikin hidup jadi lebih
segar."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar