Pekan Prapaskah II
PW S. Polikarpus, Uskup dan Martir
Yes 1:10.16-20; Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23; Mat 23:1-12
“Exempla in terries - Teladan di tengah dunia”.
Inilah harapan Yesus bahwa kita bisa menjadi teladan iman, bukan hanya dengan kata-kata (”verbum”) tapi lebih pada tindakan nyata yang penuh kebaikan (”bonum”). Adapun 3 ajakan Yesus sebagai Sang Teladan Utama, antara lain:
1.”TE”guhkan iman dengan kerendahan hati:
Menyitir pesan Nabi Yesaya, "Basuhlah - bersihkanlah dirimu dan jauhkanlah perbuatanmu yang jahat dari mataKu. Berhentilah berbuat jahat dan belajarlah berbuat baik”. Yesus dengan penyalibanNya sendiri dengan tegar mau meneguhkan iman kita: Ia rela mengalami sengsara fisik-sengsara rohani -sengsara sacramental dan sengsara aktual. Inilah derita, “passio” yang meneguhkan iman kita untuk bertindak. Jelasnya, Yesus meneguhkan iman kita karena Ia jelas hadir demi GerejaNya yang dikejar-kejar, dalam mereka yang sakit-menderita dan yang mengalami ketidakadilan.
2.”LA”yani Tuhan dengan kemurahan hati:
Jalan terbaik menjadi teladan bukan melulu dengan menjadi “leader, tapi dengan menjadi “server”: Barangsiapa mau menjadi yang terbesar hendaklah ia mau melayani yang lain.” Kalau kita hidup untuk saling melayani bukankah Ia hadir bersama kita, mulailah dengan hal-hal kecil dan sederhana karena bukankah pohon raksasa juga mulai dengan benih kecil dan orang yang paling perkasa pada mulanya adalah seorang bayi yang lemah dan tak berdaya?
3.”DAN” jauhi kemunafikan dengan ketulusan hati:
Dalam buku saya (RJK, TANDA, Kanisius) ada tiga indikasi orang munafik, al:
- MUlutnya pedas,
- NAlurinya iri hati,
- FIKirannya negatif”.
Dkl: hidup iman dan sikap baik kita harus dibarengi dengan kemurnian hati/”intentio pura” (bukan pura-pura) bagi kemuliaan Tuhan. Yang pasti, Tuhan memang tinggi sekali tapi Ia melihat ke bawah, ke tempat yang rendah. Sebab itu janganlah mencari gunung yang tinggi untuk bertemu Tuhan. Bila kita meninggikan diri setinggi-tingginya, Ia akan menarik Diri sejauh-jauhnya. Tapi, jika kita merendahkan diri serendah-rendahnya, Ia akan tunduk mendekati kita sedekat-dekatnya. Sudahkah kita rendah hati-murah hati dan tulus hati?
“Naik sedan sampai pulau Haiti –
jadilah teladan iman dengan sepenuh hati”.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
NB:
1."Verba docent exempla trahunt - Kata kata itu mengajar tp teladan itu menyentuh hati."
Inilah pepatah latin yang seakan mengamini pesan inti Yesus hari ini: “Lakukanlah segala sesuatu yang mereka (para ahli kitab + orang farisi) ajarkan kepadamu tapi janganlah kamu turuti perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan tapi tidak melakukannya.
Dengan kata lain: Yesus membenci sikap ahli kitab + orang farisi yang munafik (Arab: منافق, munāfiqūn, "MUlutnya pedas-Nalurinya iri-FIKirannya negatif"), yang tampak dalam beberapa ciri dasar: "bila berkata-ia berdusta; bila berjanji-ia mengingkari; bila diberikan kepercayaan-ia mengkhianati".
Jelasnya, kita diajak untuk meninggalkan sikap "NATO - No Action Talk Only", yang hanya sibuk mengobral janji tapi hidupnya tidak terpuji, yang selalu pandai berkata-kata tapi tidak punya cinta, yang hanya pandai berkotbah tapi tidak mau berubah. Imbasnya: walaupun pelbagai ajaran telah dinyatakan-dibentangkan-dicanangkan+ditaburkan, tapi kerap kehilangan daya dan makna karena yang diajarkan tidak dilaksanakan dan termakan budaya materialistis, dalam bahasa Cicero: "tak ada benteng yang demikian kuat, di mana uang tak dapat memasukinya".
Disinilah, kita butuh bahasa keteladanan dan diajak untuk menjadi dan memberi teladan kasih yang hidup karena menyitir Seneca: ‘Manusia lebih percaya pada mata mereka, daripada telinga mereka!”. Maka sebenarnya buat apa kesana kemari mengenakan jubah putih/kalung salib, lambang kesucian dan simbol pemihakan terhadap kebenaran, kalau buta dan tuli terhadap kebenaran itu sendiri? Atas nama keimanan yang manusiawi dan kemanusiaan yang imani, kita sebagai "homo religiosus" yang mengaku beriman kristiani, semestinya selalu brani memberikan kesaksian iman yang hidup, dengan doa-ucapan dan tindakan nyata yang penuh cinta dan tidak melulu penuh kata-kata. Ego Mitto Vos - Aku sekarang mengutus kamu!
"Cari baju di Lebak Bulus - Mari maju dengan hati yang tulus."
2."Via purgativa - Jalan pemurnian."
Inilah sebuah keutamaan imani yang diwartakan Yesus. Ia menasehati para muridNya untuk mendengarkan dan melakukan segala yang diajarkan para pemimpin agama, namun tak boleh meniru perbuatan mereka. Jelasnya, mereka yang dianggap sebagai "tokoh/pemuka" ternyata bukan pemimpin tapi pemimpi, bukan pahlawan tapi pecundang, tidak otentik tapi munafik.
Adapun 3 mentalitas orang munafik yang "MUlutnya pedas, NAlurinya iri dan FIKirannya negatif", antara lain:
a."Tomat - Sekarang tobat besok kumat."
b."Dele - Esuk dele sore tempe lambe domble mencla mencle".
c. "Blangkon - Bisa kotbah tidak bisa nglakoni."
Inilah 3 identitas banyak orang yang tidak mempunyai integritas karena yang dikatakannya tidak sesuai dengan yang dilaksanakannya. Mereka melakukan kebaikan hanya demi dilihat orang namun sikap asli mereka sehari-hari sangat buruk dan menjadi batu sandungan untuk yang lainnya. Disinilah kita diajak belajar hidup murni dengan 3 spiritualitas iman, antara lain:
A."Ketulusan/intentio pura". Inilah sikap yang tidak ber"pura-pura", tapi penuh ketulusan dan bukan kepalsuan.
B."Kerendahan hati". Sebuah sikap yang didasari pengalaman kasih akan banyak nya rahmat Allah (gratia domini). Dan, syukur pada Allah, karena sadar akan berlimpahnya rahmat ilahi, Gregorius (540-604) adalah paus pertama yang menggunakan secara luas sebutan “Pelayan dari Para Pelayan Tuhan” (servus servorum Dei) sebagai sebuah gelar paus, sehingga melahirkan kebiasaan baik di kepausan untuk bertindak penuh kerendahan hati.
C."Keterbukaan": Inilah sebuah sikap yang tidak mudah menghakimi tapi selalu berani untuk belajar memahami, yakni melihat kebaikan orang lain dengan selalu membuka diri-hati dan budi, tanpa praduga.
"Dari Lebak Bulus ke Efesus - Orang tulus disayang Tuhan Yesus."
3."Zi Bingfa - Seni Berperang."
Inilah salah satu judul buku karya Sun Zi, dimana dia pernah mengungkapkan:
"Sekuntum bunga sebenarnya menjadi elok berkat dukungan daun-daun yang hijau."
Daun hijau yang memiliki klorofil-sekalipun tidak seelok bunga, mempunyai fungsi vital, yakni sebagai pemasok nutrisi karbohidrat melalui proses fotosintesis dari air dan gas asam arang serta penyinaran matahari.
Disinilah, kita diingatkan untuk tidak boleh menjadi sombong dan merendahkan yg lain, seperti yang ditunjukkan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi.
Alih-alih membuka kerajaan surga, mereka malahan menjadi batu sandungan bagi sesama.
Tentang mereka, Yesus berkata:
"Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksudkan untuk dilihat orang" (Mat 23:5).
Disinilah, kita diajak untuk menyatakan kehadiranNya dengan sikap tulus dan rendah hati:
"Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu".
Dengan kata lain: Jika kita hidup dengan tulus dan rendah hati di hadapanNya, "isi" kita jauh lebih penting daripada "sampul" luarnya karna kita semua adalah saudara, yang setara dan se-udara di ladangnya Tuhan, sekalipun memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Yah, entah menjadi "bunga" atau "daun hijau", kita dapat terus saling bersinergi dan mendukung orang lain untuk bersama menghasilkan "buah-buah" yang baik dengan sikap nyata penuh ketulusan dan kerendahan hati.
"Belajar kalkulus di Gunung Jati-
Jadilah orang yang tulus dan rendah hati."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar