Ads 468x60px

Minggu, 26 Februari 2017


Yes. 49:14-15
Mzm. 62:2-3.6-7.8-9ab R:6a
1Kor. 4:1-5
Mat. 6:24-34
"Carpe Diem - Seize the Day - Reguklah hari ini!"
Kutipan dari karya Horatius Carminum dan yang merupakan salah satu judul buku saya terbitan Kanisius ini dimaksudkan agar setiap orang setia untuk menjalani hidup dari hari ke hari. Dalam kacamata yang lebih positif: “Tuhan ajarilah kami menghitung hari-hari kami sedemikian hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Maz 90:12). Atau dalam kata-kata Yesus hari ini: “Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Mat 6:34)."
Inilah sebuah ajakan positif untuk selalu mensyukuri indahnya hari ini ("hic et nunc - here and now") supaya tidak selalu terhanyut-larut oleh kekecewaan masa lalu dan selalu terlipat-lekat oleh kekuatiran masa depan.
Adapun dalam khotbah di bukit, Yesus mengajak kita untuk menjadi orang beriman yang selalu bersyukur dan ber-optimis setiap harinya, yang terindikasi dalam dua sikap dasar khas Bunda Teresa: "Berikanlah hatimu untuk mencintai dan ulurkanlah tanganmu untuk melayani."
Tercandra, trilogi pesan ilahi supaya kita semakin bisa ber-"carpe diem" sembari belajar mempunyai hati yang tergerak untuk mencintai dan mempunyai tangan yang bergerak untuk melayani, antara lain:
1.Holy: Suci.
Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Ia mengajak kita untuk BERIMAN karena bukankah ini modal pertama seorang yang hidupnya suci, yang hidupnya bersama Tuhan dan selalu mengandalkan Tuhan? Bukankah kesucian karena dekat dengan Tuhan akan mudah menghilangkan segala ketakutan, karena yakin bahwa semuanya telah disediakan olehNya.
Sebuah analogi sederhana:
Kata “takut” memiliki 5 huruf, di tengah-tengah huruf itu ada huruf “K”, yang bisa berarti “Kristus.” Jadi, mengapa kita takut jika kita yakin dan mengimani ada “K”, yaitu “Kristus” di tengah-tengah pergulat-geliatan hidup kita?
2.Happy: Bahagia
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu (Mat 6:25).”
Ia menghendaki kita untuk BERSYUKUR dan hidup dengan bahagia, bebas dari rasa takut dan kekuatiran yang berlebihan. Bukankah ketakutan yang berlebihan membuat hidup kita menjadi berat?
Lihatlah kata “berat”, ketika diberikan satu huruf “K” di tengahnya, maka yang berat menjadi berkat bukan? Bisa jadi “K” nya adalah Kristus, sang sumber Kasih itu sendiri, yang menghendaki kita hidup dengan bahagia sebagai anak-anak Allah karena meyakini bahwa ada banyak keindahan dalam hidup yang dihadirkan untuk kita. Bisa jadi "K" nya adalah juga "keluarga" yang bisa nampak lewat perjumpaan dengan kerabat (orangtua, anak, kakak adik) dan sahabat yang kadang lupa sejenak kita syukuri.
3.Healthy: Sehat
“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” (Mat 6: 26).
Ia mengajak kita untuk BERSADAR DIRI bahwa Tuhan adalah Tuhan yang turun tangan, yang terlibat dan tidak pernah meninggalkan umatNya. Rasa takut sendiri adalah hal yang manusiawi tapi kalau sudah kelewatan, pasti tidak sehat bukan? Karena itu, rasa takut perlu segera di-otopsi karena jelas merusak kesehatan jiwa dan raga kita sebagai citra Allah.
Lihatlah analogi lain dari kat "takut", bukankah diawali dan diakhiri dengan huruf "t" yang bisa berarti Tuhan, yang di saat Natal datang sebagai "Immanuel" (Ibr: Tuhan beserta kita) dan di saat Paskah datang sebagai "Alpha et Omega" (Yun: Awal dan Akhir). Atau lihatlah kata "takut", ketika "t" di awal dan di akhir kita buang maka yang tertinggal adalah kata "aku", bukankah takut itu juga kebanyakan terjadi karena diri kita sendiri yang terlalu sibuk terpusat pada diri sendiri sehingga "membuang" Tuhan di rutinitas hidup harian kita?
Disinilah kita diajak untuk selalu bersadar diri lewat hidup "dokar", doa dan karya harian kita, bahwa Tuhan selalu memelihara, menjamin dan mencukupi kebutuhan kita. Deus providebit-Tuhan-lah yang menyelenggarakannya.
Di lain segi, kita juga diajak untuk hidup optimal, penuh dengan semangat dan sahabat untuk selalu menciptakan "surga di bumi" dengan total, utuh-penuh dan menyeluruh, sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh roh Kudus" (Rm 14:17), bukan?
Kita diajak untuk hidup dan bekerja bukan dalam suasana kuatir/getir, takut/kecut, resah/gelisah, bimbang/gamang, bingung/linglung tapi dalam suasana hati yang penuh cinta-cita cita dan sukacita karena yakin bahwa Allah selalu beserta kita (Mat 28:20).
Disinilah, Tuhan mengajak kita untuk bersyukur setiap harinya. Jangan selalu melihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar hidup kita dengan penuh syukur karena Tuhan selalu ada bersama kita lewat sesama dan semesta.
"Vaya con Dios – Pergilah bersama Tuhan."
Mari mengayuh dan melaju bersama Tuhan dengan penuh syukur dalam doa-ucapan dan karya nyata karena kita sungguh kaya dan berharga di mataNya.
"Makan bakut di Pasar Senthir -Janganlah mudah takut dan kuatir."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
Adjutorium nostrum in nomine Domini, qui fecit caelum et terram - Pertolongan kita dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi."
Itulah kalimat yang kerap saya ucapkan dalam hati sebelum mempersembahkan misa. Itulah juga yang menyadarkan saya bahwa saya dan mungkin juga banyak orang terlalu sibuk menambah masalah-masalah baru sehingga kita lupa menghitung berkat- berkat yang kita peroleh, padahal satu-satunya persiapan terbaik untuk hari esok adalah menggunakan hari ini sebaik-baiknya, karena hari ini, niscaya endapan hari kemarin sekaligus proyeksi esok hari, bukan?
Pastinya,
Janganlah melihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar hidup kita dengan penuh syukur dan kesadaran.
Jika kita terlalu sibuk melihat masa lalu atau bahkan cemas terhadap kehidupan masa mendatang, kita tidak akan mudah untuk melihat Tuhan.
Jangan biarkan hidup kita terpuruk di masa lampau atau dalam mimpi di masa depan karena satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu hidupmu.
Tak ada orang yang akan tenggelam oleh beban satu hari. Tapi bila beban esok ditambah ke beban hari ini, tak ada orang yang sanggup menanggungnya, bukan?
"Orang yang menantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama Rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya,
mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
2.
Sed fugit interea,
fugit inreparabile tempus
Sementara waktu yang tak tergantikan lekas berlalu (Vergilius, Georgicon III:284).
Suatu ketika, Dalai Lama ditanya, “apa yang paling membingungkan di dunia ini?”
Dia menjawab, ”Manusia! Yah, karena ketika muda, manusia mengorbankan kesehatannya hanya demi uang. Lalu ketika tua mengorbankan uangnya demi kesehatan, dan sangat kuatir akan masa depannya, sampai tidak sempat menikmati masa kini.”
De facto, kadang orang kurang mensyukuri hari ini (hic) dan disini (nunc) bukan? Wajarlah, orang Romawi kerap mengatakan, “Diem perdidi” - Saya telah kehilangan satu hari! Kalimat ini diucapkan oleh Kaisar Titus, kala ia menyadari bahwa satu hari terlewatkan tanpa kesempatan untuk melakukan hal-hal yang baik/berguna.
Disinilah, baik kita mengingat slogan orang Romawi, “Carpe Diem”, yang dalam bahasa Inggris kerap diartikan, “Seize the Day”, secara lugas berarti, “Reguklah Hari Ini”. Kalimat lengkapnya adalah, “Carpe diem, quam minimum credula postero”, yang berarti, "reguklah hari ini, dan percayalah sesedikit mungkin akan hari esok."
Kutipan filosofi dari karya Horatius Carminum ini dimaksudkan agar setiap orang belajar memaknai hidup dengan arif, duc in altum - bertolak lebih dalam, untuk “hidup lebih hidup” dari hari ke hari:
yesterday/kemarin = past/yang lampau tomorrow/besok = future/yang akan datang today/hari ini = present/sekarang/gift/hadiah
Jangan tanggung jangan kepalang,
Bercipta mencipta,
Bekerja memuja,
Berangan mengawan,
Here and now...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar