Ads 468x60px

Benedictus qui venit in nomine Domini- Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan

"Benedictus qui venit in nomine Domini- Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan.”
Yer. 20:10-13;
Mzm. 18:2-3a,3bc-4,5-6,7;
Yoh. 10:31-42.
"Benedictus qui venit in nomine Domini- Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan.
Inilah pernyataan iman dalam lagu KUDUS yang kerap kita nyanyikan sebelum Doa Syukur Agung.
Adapun Yesus yang diberkati ini menegur para pemimpin Israel dan para hakim yang tidak diberkati:
“Kamu adalah Allah?”
Kalimat yang juga terdapat di dalam Mzm 82:6 ini diucapkanNya untuk para pemimpin dan hakim yang tidak benar karena membela orang fasik serta kejam terhadap anak-anak (Mzm 82:1-4).
Para pemimpin ini yang menganggap dirinya allah tidak akan diberkati tapi malahan akan menerima hukuman (Mzm 82:6-7), sebab memanglah "penghakiman berasal dari Allah"
(Ul 1:17; 19:17; Kel 21:6; Mzm 58).
Karena teguranNya dan sekaligus pernyataan bahwa diriNya bersatu dengan Allah membuatNya terancam dilempari batu oleh lawan-lawan-Nya karena dianggap menghojat.
Indahnya, waktu menghadapi perlawanan mereka, Yesus beralih dari perkataan-Nya kepada perbuatan-Nya.
Perbuatan-Nya lebih mudah dipahami karena semua yang dibuatNya merupakan perbuatan baik:
“Mungkinkah orang-orang Yahudi itu sungguh-sungguh hendak melempari seseorang karena perbuatan baik yang telah dilakukan-Nya?”
Pastinya, klaim Yesus yang diberkati dan bersatu dengan Allah dibuktikanNya bukan melalui teori tapi praktek, bukan melalui kata-kata tapi tindakan yang nyata.
Inilah salah satu bukti orang yang diberkati dan yang datang dalam nama Tuhan dimana kata dan tindakannya selaras, doa dan karyanya serasi, hidupnya terus menaburkan pelbagai kebaikan di tengah aneka rintangan dan gosipan kehidupan.
Bagaimana dengan kita?
"Cari baju di Efesus - Mari maju bersama Yesus."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Sacrum Triduum Paschale - Trihari Paskah.
“Kita adalah orang-orang Paskah,
dan Alleluia adalah madah kita!”
1.
“Kamis Putih”:
Pada Hari Kamis Putih, gereja secara khusus mengenangkan lima Misteri Iman, al:
- Yesus membasuh kaki para Rasul-Nya. Dengan tindakan-Nya ini Yesus hendak mengajarkan kepada kita untuk melayani sesama dengan rendah hati.
- Yesus bersabda bahwa kita harus saling mengasihi seperti Ia telah mengasihi kita.
- Rahmat terbesar dari semua rahmat yang telah Yesus berikan kepada kita, ialah Perayaan Misa: menerima Tubuh, Darah, Jiwa serta Ke-Allahan Yesus dalam Komuni Kudus.
- Pada Perjamuan Malam Terakhir ini, Yesus juga meletakkan dasar Sakramen Imamat.
- Yesus memilih para rasul-Nya sebagai imam-imam dan uskup-uskup pertama, serta memberi mereka kuasa untuk mempersembahkan kurban Misa.
Pada Hari Kamis Putih kita juga mengenangkan sengsara maut Yesus di Taman Getsemani, di mana Ia meneteskan butir-butir keringat darah dari Darah-Nya yang Sangat Berharga itu bagi kita sementara Ia berdoa. Pada Misa Kamis Putih imam mengkonsekrasikan cukup hosti agar dapat dibagikan juga pada umat saat Komuni Kudus keesokan harinya, karena pada hari Jumat Agung tidak dipersembahkan Misa. Setelah Misa berakhir, Sakramen Maha Kudus, yaitu Yesus Sendiri, diarak secara khidmat menuju tempat pentakhtaan-Nya, dimana akan diadakan Jam Suci (= malam berjaga, tuguran) di hadapan Sakramen Mahakudus. Mari kita semua ikut serta dalam perayaan Misa Hari Kamis Putih dan menerima banyak rahmat istimewa yang dilimpahkan oleh Allah Bapa bagi kita pada hari yang kudus ini.
2.
“Jumat Agung”:
Pada Hari Jumat Agung, Gereja mengenangkan Sengsara dan Wafat Yesus Kristus. “Penciuman Salib” merupakan salah satu puncak Ibadat hari itu. Kita berterima kasih kepada Tuhan atas karya penyelamatan yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita dengan pengorbanan yang sangat besar. Puncak Ibadat adalah menerima Yesus dalam Komuni Kudus. Pada hari Jumat Agung, perhatian kita lebih dipusatkan pada kurban Yesus yang berdarah di Kalvari, sementara pada hari Kamis Putih perhatian kita lebih dipusatkan pada kurban tak berdarah dalam Perayaan Ekaristi.
Mengapa kita menyebut hari wafatnya Yesus sebagai Hari Jumat Agung? Karena pada hari itulah Yesus wafat untuk menebus dosa-dosa kita. Dengan kematian-Nya, Yesus memulihkan kembali hubungan kita dengan Tuhan dan membuka kembali pintu gerbang surga yang telah tertutup karena dosa Adam dan Hawa. Santo Petrus, Paus kita yang pertama, mengatakan: “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh.” (1 Petrus 2:24).
3.
“Sabtu Paskah”:
Gereja merayakan Paskah dengan sukacita yang luar biasa! Yesus telah bangkit dari antara orang mati dan tidak akan pernah mati lagi. Ia hidup abadi sebagai Tuhan dan Penyelamat kita yang mulia.
Semangat Paskah di mulai pada Hari Sabtu Malam Paskah dengan Upacara Cahaya yang melambangkan Terang Kebangkitan. Lilin Paskah mengingatkan kita bahwa Yesus adalah terang dunia dan kita semua dipanggil untuk membagikan terang-Nya kepada siapa saja yang kita jumpai. Warga baru dibersihkan dari dosa dan disambut kedatangannya dalam gereja. Kaum beriman yang telah dibaptis diajak memperbaharui Janji Baptis. Artinya: sebagaimana Kristus wafat, lalu bangkit, demikian pula kita mati terhadap dosa dan bangkit untuk hidup baru sebagai anak-anak Allah.
4.
“Minggu Hari Raya Paskah”:
Kebangkitan Tuhan adalah hari raya terbesar dari segala hari raya. Yesus telah bangkit dari antara orang mati! Yesus telah mengalahkan dosa dan maut dengan kebangkitan-Nya. Ia telah membuktikan bahwa Ia sungguh-sungguh Putera Allah seperti yang dinyatakan-Nya. Yesus memberi kita pengharapan akan surga jika kita telah meninggalkan dunia ini.
5.
“Misa Krisma.”
Misa ini menunjukkan persatuan antara para imam dengan uskup mereka. Dalam Misa Krisma, uskup memberkati tiga macam minyak kudus, al:
- OC: Minyak katekumen (oleum catechumenorum),
- OI : Minyak orang sakit (oleum infirmorum)
-SC : Minyak krisma (sacrum chrisma)
Adapun ketiga jenis minyak ini nantinya dipergunakan dalam pelayanan sakramen-sakramen di seluruh wilayah keuskupan sepanjang tahun itu. Tradisi ini berasal dari Gereja Perdana seperti dicatat dalam Sakramentarium Gelasius (dinamakan seturut Paus Gelasius I, wafat tahun 496), tetapi kemudian dimasukkan ke dalam Misa sore Kamis Putih; Paus Pius XII menerbitkan suatu Rangkaian Ibadat yang baru untuk Pekan Suci, di mana ditetapkan kembali suatu perayaan Misa Krisma khusus yang membedakannya dari Misa sore.
Sepanjang Kitab Suci, terdapat berbagai referensi yang menyatakan pentingnya minyak zaitun dalam kehidupan sehari-hari. Minyak dipergunakan untuk memasak, teristimewa dalam membuat roti, yakni bahan makanan pokok (mis Bil 11:7-9); sebagai bahan bakar pelita (mis Mat 25:1-9); dan sebagai unsur penyembuh dalam pengobatan (mis Yes 1:6 dan Luk 10:34).
Di samping itu, kaum Yahudi mengurapi kepala tamu mereka dengan minyak sebagai ucapan selamat datang (mis Luk 7:46), memperelok penampilan seseorang (mis Rut 3:3) dan memburat jenazah sebelum dimakamkan (mis Mrk 16:1). Dalam praktek keagamaan, bangsa Yahudi juga mempergunakan minyak untuk mempersembahkan kurban (mis Kel 29:40); mempersembahkan suatu tugu peringatan demi menghormati Tuhan (mis Kej 28:18); dan untuk menguduskan kemah pertemuan, tabut perjanjian, meja, kandil, mezbah pembakaran ukupan, mezbah korban bakaran, bejana pembasuhan (mis Kel 30:26-29). Penggunaan minyak jelas merupakan bagian dari hidup masyarakat sehari-hari.
Kitab Suci juga menegaskan simbolisme rohani dari minyak. Misalnya, dalam Mazmur 23:5 kita dapati, “Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak,” menggambarkan kemurahan dan kekuatan dari Tuhan; dan Mazmur 45:8, “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu,” menggambarkan perutusan istimewa dari Tuhan dan sukacita menjadi hamba-Nya. Lagipula, “diurapi” oleh Tuhan menyatakan bahwa seorang menerima suatu panggilan khusus dari Tuhan dan kuasa Roh Kudus untuk menunaikan panggilan itu. Yesus, dengan menggemakan kata-kata Yesaya, bersabda, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku” (Luk 4:18). St Paulus menegaskan point ini, “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2Kor 1:21). Sebab itu, simbolisme minyak adalah berlimpah pengudusan, penyembuhan, pemberian kekuatan, tanda perkenanan, dedikasi, penyerahan diri dan kurban.
Berdasarkan warisan ini, Gereja perdana mengadaptasi penggunaan minyak zaitun dalam ritual sakramentalnya. Minyak Katekumen dipergunakan sehubungan dengan Sakramen Baptis. St Hipolitus dalam Tradisi Apostoliknya (215) menulis mengenai suatu “minyak eksorsisme” yang dipergunakan untuk mengurapi para calon baptis menjelang pembaptisan. Praktek ini masih terus dilakukan. Dalam liturgi baptis yang sekarang, imam mendaraskan doa pembebasan dan lalu, dengan minyak katekumen mengurapi orang yang akan dibaptis pada dadanya, seraya mengatakan, “Kami mengurapi engkau dengan minyak keselamatan dalam nama Kristus Juruselamat kita; kiranya Ia menguatkan engkau dengan kuasa-Nya, Ia yang hidup dan berkuasa untuk selama-lamanya.” Pengurapan dengan minyak katekumen sesudah doa pembebasan juga dapat dilakukan sepanjang masa katekumenat di salah satu atau beberapa kesempatan. Dalam kedua peristiwa tersebut, pengurapan ini melambangkan kebutuhan manusia akan pertolongan dan kekuatan dari Tuhan untuk mematahkan belenggu masa lampau dan mengatasi perlawanan dari yang jahat agar ia dapat mengaku imannya, datang pada pembaptisan dan hidup sebagai anak Allah.
Minyak orang sakit dipergunakan dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit (dulu dikenal sebagai Sakramen Terakhir). St Yakobus menulis, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para panatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yak 5:14-15). Dalam Tradisi Apostolik oleh St Hipolitus, dicatat satu dari rumusan-rumusan tertua untuk memberkati minyak orang sakit. Juga, pada masa Gereja awali, seorang imam (atau beberapa imam) akan memberkati minyak ini pada saat minyak hendak dipergunakan, suatu tradisi yang masih dilestarikan dalam Gereja-gereja Timur.
Tetapi, dalam Ritus Latin, setidak-tidaknya sejak Abad Pertengahan, para imam menggunakan minyak yang telah diberkati uskup; sebagai contoh, St Bonifasius pada tahun 730 menginstruksikan kepada semua imam di wilayah Jerman untuk hanya menggunakan minyak orang sakit yang telah diberkati uskup. Sekarang, imam mengurapi dahi orang yang sakit seraya mengatakan, “Semoga karena pengurapan suci ini Allah yang Maharahim menolong Saudara dengan rahmat Roh Kudus,” dan lalu imam mengurapi kedua tangan si sakit seraya berkata, “Semoga Tuhan membebaskan saudara dari dosa dan membangunkan Saudara di dalam rahmat-Nya.” Bagian tubuh yang lain dapat juga diurapi jika tidak mungkin mengurapi tangan atau jika terdapat suatu kebutuhan khusus lainnya.
Terakhir, minyak krisma merupakan campuran minyak zaitun dan balsam, suatu damar aromatik. Minyak ini berhubungan dengan pengudusan orang. Pada masa Perjanjian Lama, para imam, para nabi dan para raja bangsa Yahudi diurapi. Minyak ini dipergunakan dalam Sakramen Baptis, Sakramen Penguatan dan Sakramen Tahbisan Suci sebab ketiga sakramen ini menerakan suatu tanda sakramental yang tak terhapuskan. Pemberkatan minyak krisma berbeda dari minyak-minyak lainnya: Uskup menghembus di atas bejana krisma, suatu gerakan yang melambangkan baik Roh Kudus yang turun ke atas minyak yang dikuduskan ini, dan melambangkan kodrat pemberian diri dan pengudusan dari sakramen untuk mana minyak dipergunakan. (Ingat bagaimana Tuhan kita “menghembusi” para rasul pada malam Paskah seraya mengatakan, “Terimalah Roh Kudus” (Yoh 20:22). Para konselebran dalam Misa Krisma juga mengulurkan tangan kanan mereka ke arah minyak krisma sementara uskup mendaraskan doa pengudusan, melambangkan bahwa dalam persatuan dengan uskup, mereka “ikut menyandang kewibawaan Kristus Sendiri, untuk membangun, menguduskan dan membimbing Tubuh-Nya,” yakni Gereja (Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, No 2).
Mengenai pembaptisan, St Hipolitus dalam Tradisi Apostolik berbicara mengenai suatu pengurapan sesudah baptis dengan “minyak syukur”. Serupa itu, segera sesudah pembaptisan dalam ritus yang sekarang, imam mengurapi orang yang dibaptis dengan krisma pada puncak kepalanya, seraya mengatakan, “Saudara terkasih, Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, telah melahirkan Saudara kembali dari air dan Roh Kudus dan mengampuni semua dosa Saudara. Saudara sudah diangkat menjadi anak-Nya dan dipersatukan dengan umat-Nya. Sekarang Saudara diurapi dengan Minyak krisma, seperti Kristus diurapi oleh Roh Kudus menjadi imam, nabi dan raja. Semoga Allah berkenan melindungi Saudara, agar Saudara menjadi anggota umat-Nya yang setia, sampai masuk kehidupan yang kekal. Amin.”
Dalam Sakramen Penguatan, uskup mengurapi dahi calon dengan krisma, seraya berkata, “Semoga dimeterai oleh anugerah Allah Roh Kudus.”
Minyak Krisma juga dipergunakan dalam Sakramen Tahbisan Suci. Dalam ritus tahbisan imamat, uskup mengurapi kedua telapak tangan dari masing-masing imam baru dengan krisma. Dalam ritus tahbisan episkopat, uskup yang menahbiskan mengurapi kepala uskup baru.
Terakhir, Minyak Krisma dipergunakan dalam upacara pemberkatan sebuah gereja. Di sini, uskup mengurapi altar, menuangkan minyak krisma di tengah altar dan di masing-masing dari keempat sudutnya. Disarankan agar uskup mengurapi keseluruhan altar. Setelah mengurapi altar, uskup mengurapi dinding-dinding gereja di duabelas atau empat tempat yang ditandai dengan salib.
Sementara Bapa Uskup memberkati ketiga minyak suci ini pada Misa Krisma, hati kita tertuju kepada Tuhan kita yang murah hati, yang menganugerahkan cinta dan belas kasih-Nya yang tak terhingga kepada kita melalui sakramen-sakramen ini. Marilah kita juga berdoa bagi uskup kita dan bagi para imam yang adalah para pelayan sakramen-sakramen di paroki agar mereka senanitasa menjadi abdi-abdi Allah yang bersahaja dan murah hati, yang setia dalam panggilan dan bergairah dalam pelayanan. Ora Pro Nobis!
5.
"Cuiusvis hominis est errare"
Yes 50:4-9a; Mat 26:14-25
“Cuiusvis hominis est errare - Setiap org bs berbuat salah”.
Inilah slh satu kutipan dari Cicero (Philippica XII, 5) yg menyadarkan bhw hdp kt penuh kerapuhan+kepalsuan. Hari ini, Yudas Iskariot mengkhianati Yesus, gurunya yg sdh 3 tahunan hidup bersama. Yudas sendiri adl anak Simon Iskariot (Yoh 6:71)+sll diletakkan paling belakang dlm daftar para rasul dg predikat “yg mengkhianati Dia” (Mat 10:4; Mrk 3:19; Luk 6:16).
Adapun 3 arti buruk yg melekat pada namanya, al:
A. Dlm bhs Ibrani: isy kariot berarti “org dari Kariot”.
Kariot adl sebuah kota kecil dekat Hebron Yudea (Hos 15:25), jadi ia adl satu-satunya rasul Yesus yg tdk berasal dari Galilea tp berasal dr Yudea. Bisa jadi, ia mengalami “alienasi-keterasingan” dari teman2nya krn berbeda latar belakang daerah. Nah, sudahkah kt mau belajar menyapa “org yg terasing, yudas-yudas modern” di sekitar hidup harian kita?
B. Dlm bhs Aram: “kariot” merujuk pd sebuah karaketer pribadi “isyqarya” yg berarti “palsu”.
Scr lahiriah, Yudas tampak simpatik tp batinnya trnyata penuh intrik; kata-katanya seakan tulus tp trnyata penuh akal bulus; hidupnya tampak berdedikasi tp ternyata menyimpan ambisi pribadi. Ia seperti “musuh dlm selimut-serigala berbulu domba-duri dlm daging”. Ciumannya mengandung khianat+sapaannya mengandung laknat: “Org yg kucium itulah Dia, tangkaplah Dia” (Mat 26:48; Mrk 14:44; Luk 22:47-48). Penginjil Yohanes menambahkan “ia sering mengambil uang yang disimpan dlm kas yg dipegangnya” (Yoh 12:6). Kadang hdp kt juga “palsu” ketika kita tampaknya bersimpati tp rnyata penuh iri hati + tak peduli lagi sampai nama baik org lain "mati".
C. Dlm bhs Yunani: “sikarios” berarti “pembunuh bayaran”: Pengkhianatan Yudas dilakukan dg penyerahan Yesus kpd imam2 kepala (Mrk 14:10; Luk 22:4; Yoh 12:4). Yudas mdpt upah 30 uang perak sbg “pembunuh bayaran” (Mat 26:15; bdk. Mrk 14:11; Luk 22:5).
Adapun ttg akhir hidup Yudas, Matius mencatat bhw ia menggantung diri: “Lalu ia mengembalikan uang 30 perak itu kpd imam kepala+tua-tua+berkata: Aku telah berdosa krn menyerahkan darah org yg tak bersalah. Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dlm Bait Suci, lalu pergi dari situ+menggantung diri” (Mat 27:3,5). Menurut legenda, ia menggantung diri pd sebatang pohon yg kuncupnya berwarna merah, tp dlm Kis 1:16-19, Lukas mengaitkan kematian Yudas dg Hakal-Dama, yg artinya “Tanah Darah”.
Bagaimana dengan hidup kita sendiri?
“Naik kuda sampai desa Bayat - Hilangkan noda sampai akhir hayat”
Tuhan memberkati+Bunda merestui.
6.
Madah Ibadat Bacaan, Pagi, Siang, SKI
HARI RAYA PASKAH KEBANGKITAN TUHAN
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah umat-Mu
Kemuliaan..
MADAH IBADAT PAGI
Fajar menyingsinglah sudah
Langit menggemakan madah
Bumi bersorak-sorailah
Neraka mengaduh kalah
Kala raja nan perkasa
Menggempur markas neraka
Menggilas kuasa maut
Dengan gagah tanpa takut.
Meskipun tertutup batu
Dijaga banyak serdadu
Namun pemenang yang luhur
Bangkit mulya dari kubur
Mulyalah Engkau ya Tuhan
Yang bangkit tak terkalahkan
Serta Bapa dan Roh suci
Mulyalah kekal abadi
Amin
MADAH IBADAT SIANG
Ya Roh kudus sumber cinta
Serta Bapa dan Putera
Datanglah di tengah kami
Membawa hidup Ilahi
Gerakkanlah hati kami
Agar giat penuh bakti
Menyanyikan lagu puji
Mengamalkan cinta suci
Kabulkanlah doa kami
Ya Allah Bapa surgawi
Bersama Putera dan RohMu
Sekarang serta selalu
Amin
DOA
Allah, pemberi hidup, Engkau membukakan kami pintu kehidupan abadi karena kemenangan PuteraMu atas maut. KebangkitanNya kami rayakan hari ini.
Semoga kami diperbaharui oleh RohMu dan bangkit dalam terang kehidupan.
Demi Yesus Kristus, PuteraMu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa.
Amin
SKI - JALAN KERAHIMAN
"Bawalah kepada-Ku semua jiwa yang saleh dan setia, dan benamkanlah mereka dalam lautan kerahiman-Ku. Jiwa-jiwa ini memberikan penghiburan kepada-Ku di sepanjang Jalan Salib.
Mereka adalah tetes penghiburan di tengah lautan kepahitan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar