Ads 468x60px

Doa Mukjizat


Tuhan Yesus,
Aku datang menghadap Engkau dalam keadaanku seperti ini
Aku mohon ampun atas segala dosaku
Aku menyesal atas segala dosa-dosaku harap diampuni
Di dalam nama-Mu, aku memaafkan semua orang yang membenciku termasuk semua perbuatanku.
Aku menyangkal setan, roh jahat, termasuk semua perbuatannya,
Aku serahkan semua hidupku pada_Mu, Tuhan Yesus,
Sekarang dan selamanya
Aku mengundang Engkau masuk dalam hidupku, Yesus.
Aku menerima Engkau sebagai Tuhanku, Allahku dan Penyelamatku,
Sembuhkan aku, ubahlah aku, kuatkan tubuhku, jiwaku dan rohku,
Datanglah Tuhan Yesus, bungkuslah aku dengan Darah Suci-Mu, dan,
Penuhilah aku dengan Roh-Mu yang kudus,
Aku cinta pada-Mu Tuhan Yesus,
Aku bersyukur pada-Mu Yesus,
Aku mau mengikuti Engkau setiap hari dan selama hidupku
Bunda Maria, Ibuku, Ratu Damai, St. Peregrinus, Pelindung para penderita kanker, para malaikat dan semua orang kudus, tolonglah aku.
Amin.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
1Ptr 1:3-9; Mzm 111:1-2.5-6.9.10c; Mrk 10:17-27
“Non vestimentum virum ornat, sed vir vestimentum - Bukan pakaian yang memberi arti pada seseorang, akan tetapi dia yang memberi arti pada pakaiannya.”
Inilah pepatah yang mengartikan bahwa harta kekayaan itu hanya sekunder, karena yang primer adalah kepribadiannya, terlebih menurut Injil hari ini, harta kekayaan yang sekunder itu kadang malahan bisa menghambat jalan kita yang primer untuk masuk ke surga.
Sifat dan karakter, sikap dan parameter yang cenderung mediocritas (yang setengah-setengah) tidak dikehendakiNya.
Adapun tiga ajakan Yesus supaya kita layak mengikutiNya dan masuk surga, al:
1. Pergilah:
Yesus mengajak kita untuk selalu berpola "pergi" dan "meninggalkan”, tidak lekat-pekat dan larut-hanyut pada hiruk-pikuk dan ruwet-renteng hal-hal material: “Karena itu jangan risau dan berkata apa yang akan kita makan atau apa yang akan kita minum atau darimana kita mendapat pakaian karena itulah yang yang dicari orang tak beriman.” (Mat 6:31-33).
Ia mengajak kita untuk lahir baru dan tidak berhenti untuk terus menaburkan kebaikan karena kadang kita mudah menjadi besar mulut daripada lebar telinga ketika sudah berada dalam “zona nyaman.” Tuhan ajak kita untuk mau terus menerus dibimbing bahkan kadang dibentur-hancurkan untuk benar-benar menemukan Tuhan yang sejati. Deo vult - Tuhan menghendakinya!
2.Juallah segala milikmu:
Orang Latin kerap berkata, “Radix malorum est cupiditas - Akar dari kejahatan adalah nafsu”. Itulah sebabnya Yesus mengajak kita untuk ringan dalam melangkah: “menjual harta” supaya kita juga terlepas dari kubangan dan kungkungan nafsu duniawi karena kebijakan jauh lebih berguna daripada harta benda. “Dengan kebijakan rumahmu dibangun; dengan pengertian rumahmu didirikan: dengan pengetahuan lumbungmu akan diisi dengan kekayaan.” Deo Vindice - Tuhan yang melindunginya!
3.Berikan itu kepada orang miskin:
Dengan memberilah, bukan dengan menerima, kita bisa menjadi kaya, bukan?
Jelasnya, Yesus mengajak kita untuk selalu bermurah hati dan terlebih memihak kepada orang miskin, karena iman bukan hanya berarti keterlibatan tapi sekaligus keberpihakan.
Saya meyakini bahwa mereka yang rela menyisihkan keuangannya untuk orang miskin takkan pernah kekurangan, tapi mereka yang menyembunyikan matanya dari orang miskin akan menuai kutukan. Deo Gloria-Demi kemuliaan Tuhan!
Yah, tiga ajakan Yesus ini adalah fundamen, semacam dasar kokoh untuk “melepaskan kasut,“ untuk percaya seutuh-penuhnya pada Tuhan karena “kita ini buatan Allah!” (Efesus 2:10).
Tiga ajakan Yesus ini juga mengingatkan lagi tujuan hidup kita yakni memuliakan dan memuji Tuhan. Dalam bahasa Ignatius Loyola:
“Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, serta mengabdi Allah Tuhan kita dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain diatas permukaan bumi diciptakan bagi manusia untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan. Karena itu manusia harus mempergunakannya sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi; dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut sejauh itu merintangi dirinya. Oleh karena itu kita perlu mengambil sikap lepas bebas terhadap segala ciptaan tersebut, sejauh pilihan merdeka ada pada kita dan tak ada larangan. Maka dari itu dari pihak kita, kita tidak memilih kesehatan lebih daripada sakit, kekayaan lebih daripada kemiskinan, kehormatan lebih daripada penghinaan, hidup panjang lebih dari hidup pendek. Begitu seterusnya mengenai hal-hal lain yang kita inginkan dan yang kita pilih ialah melulu yang lebih membawa ke tujuan kita diciptakan: “Apa yang telah kubuat bagi Kristus? Apa yang sedang kubuat bagi Kristus? Apa yang harus dan akan kubuat bagi Kristus?”
“Cari usus di desa Masaran – Ikut Yesus tak akan berkekurangan.”
B.
Kis 15:1-6; Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5; Yoh 15:1-8.
"Manete in Me-Tinggallah dalam AKU."
Inilah inti bacaan hari ini sekaligus ajakan dari Sr Clara Fey yang merupakan tokoh besar di balik kongregasi “Sang Timur" (Pauperis Infantis Jesu-PIJ). Ia mengajarkan bahwa hidup bersatu di dalam Kristus adalah faktor utama dan pertama bagi perkembangan hidup harian. Dalam bahasa sederhana, ia mengajak kita untuk tinggal bersama Tuhan setiap harinya. Adapun tiga pokok yang sekaligus diwartakanNya, yakni "PKK”:
1."Persaudaraan": Ia mengajak kita ber-seudara, ”hidup bersatu dengan Tuhan dan dalam Tuhan bersama semua sesama.
2."Kegembiraan": Kita juga diajak untuk menemukan kegembiraan yang diajarkanNya: “…Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5), “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kpd akhir zaman.” (Mat 28:20).
3."Kesederhanaan kasih": Spiritualitas yang hendak terus diinternalisasikan secara sederhana adalah ”hidup bersatu dengan Tuhan dan dalam Tuhan”.
Disinilah, kita diajak meyakini bahwa tanpa Tuhan, kita tidak tahu ke mana harus pergi, atau bahkan mengerti siapa diri kita. Apakah tujuan kita?Apakah panggilan kita?Tujuan kita ialah Tuhan.Panggilan kita, ialahdengan segenap hati,bersatu semata-mata dengan Dia, mencintaiNya, melayaniNya. Dari pihak Tuhan,semua sudah terlaksana.Hanya satu yang masih harus dijalankan, yakni:kita harus menuju kepadaNya, memandangNya, mencari segala-galanya dalam Dia,sebab semuanya dapat kita temukan dalam Dia".
C.
Sir 4:11-19; Mrk 9:38-40
“Homo homini SOCIUS - Manusia adalah sahabat bagi sesamanya”.
Inilah semangat dasar yang coba saya tawarkan ketika di medio tahun 2008 kami mulai membentuk “rumah socius” dan mengumpulkan para eks narapidana dari pelbagai latar belakang agama. Adapun satu kesadaran awalnya bahwa semua manusia adalah sama-sama citra Allah, walau memang berbeda latar belakang agama dan budayanya. Premis “homo homini socius-manusia adalah sahabat bagi sesamanya” ini sendiri merupakan antitesis dari premis lama ala Hobessian yang berbunyi, “homo homini lupus-manusia adalah serigala bagi sesamanya.”
Pastinya, seperti Yesus yang hari ini bersabda: "Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita", bisa jadi kita diajak untuk mengenakan pola pikir “persahabatan” bukan “perseteruan”, menganggap sesama sebagai “sahabat”, bukan sebagai “serigala.” (Buku “HERSTORY”, Sahabat: “SAtu dalam suka, HADir dalam duka, berjaBAT dalam doa”). Dkl: Yesus mengajak kita untuk belajar berpikir positif dan bersahabat dengan sesama. De facto, bukankah seringkali kita ini berpola negatif, entah lewat pikiran perkataan bahkan tindakan kita: 'permusuhan', 'balas dendam', 'iri hati', 'penyingkiran', member cap buruk? Adapun tiga penyebab dasar pola negatif ini adalah “3K”, antara lain:
1. Kesombongan:
Kita kadang merasa bahwa diri kita atau kelompok kitalah yg paling baik. Akibatnya, ketika ada “the others -yang lain”, kita mudah menganggapnya sebagai saingan yang harus disingkirkan, dimusuhi dan bahkan dipinggirkan dan dikambinghitamkan. Kita mau menjadi “super, tidak mau dikalahkan oleh yang lain, dalam hala supremasi maupun dominasi.
2. Kecurigaan:
Di sekitar kita, tampak bahwa keanekaragaman belum sungguh-sungguh menjadi, bagaikan indahnya susunan warna-warni pelangi yang enak dinikmati dan dikagumi. Hati yang curiga, iri - dengki dan penuh dengan praduga buruk membuat hidup kita sulit terbuka dan pelit berdamai, terlebih dengan orang atau kelompok yang berbeda latar belakang dengan kita. Kita mudah berasumsi macam-macam tentang orang lain sehingga membutakan hati nurani bahwa setiap orang adalah sama-sama datang dan kembali kepada Tuhan yang sama.
3. Ketertutupan:
Dunia kita memang satu, persis seperti apa yang dikatakan Stevie Wonder: We are the world. Kita ditantang untuk menanggapi persoalan yang justru menyentuh aspek kemanusiaan, yang tidak melulu berbicara tentang manusia dalam konteks primordial, karena masing-masing kita adalah manusia kembara yang sedang dalam berproses menjadi. Bukankah setiap pribadi tidak bisa berkembang dengan wajar tanpa kontak dengan yang lainnya? Individu menemukan jatidirinya justru dalam keterkaitannya dengan individu lainnya, bukan? Sikap yang picik, tertutup dan ekslusif malahan membuat kita menjadi buta dan tidak berkembang. Human change the world by acting on it!
“Cari soto babat di kota Serang – Mari bersahabat dengan semua orang.”
D.
"Tempus liberum - Waktu bebas."
Inilah istillah di seminari utk memberikan waktu istirahat/rekreasi bagi semua siswanya.
Disini, saya tampilkan sebuah renungan dari para Bapa Padang Gurun (apoghtemata patrum) tentang indah dan bergunanya kita untuk ber-"tempus liberum".
Alkisah:
Seorang pemburu di padang gurun melihat Abas Antonius sedang bersantai dengan para saudara sehingga ia menjadi terkejut.
Untuk menunjukkan kepada si pemburu itu bahwa kadang-kadang perlu memenuhi kebutuhan para saudara, sang penatua berkata kepadanya: “Pasanglah sebuah anak panah pada busurmu dan panahlah.” Si pemburu melakukannya.
Sang penatua berkata lagi: “Panahlah lagi.” Dan ia melakukannya.
Kemudian sang penatua berkata: “Panahlah sekali lagi.”
Si pemburu menjawab: “Kalau aku melengkungkan busurku begitu kerap, aku akan membuatnya patah.”
Maka sang penatua berkata:
“Begitu juga halnya dengan karya Allah. Kalau kita merentangkan saudara-saudara melampaui ukuran; mereka pun akan segera patah. Maka kadang-kadang perlu beristirahat untuk memenuhi kebutuhan mereka.”
Ketika mendengar perkataan itu, si pemburu tertusuk oleh perasaan keremuk-redaman hati dan pergi sesudah memperoleh manfaat rohani yang demikian besar.
Sedangkan para saudara itu pun pulang ke tempat mereka sambil merasa sungguh diteguhkan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar