Ads 468x60px

WAISAK

W A I S A K
W ajah 
A llah
I ni
S angat
A gung
K erahimannya
Pikiran mengungkap sebagai kata.
Kata mengungkap sebagai perbuatan.
Perbuatan berkembang menjadi kebiasaan.
Dan kebiasaan mengeras menjadi karakter.
Jadi perhatikan pikiran dan cara-caranya dengan cermat.
Dan biarkan pikiran tumbuh dari cinta, lahir dari kepedulian pada semua makhluk.
(Buddha)
Waisak atau Waisaka (Pali; Sanskrit: Vaiśākha वैशाख) merupakan hari suci agama Buddha.
Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia, dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka.
Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta. Di beberapa tempat disebut juga sebagai "hari Buddha".
Dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu :
1. Lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 S.M.,
2. Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 S.M.
3. Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 S.M.
Tiga peristiwa ini dinamakan "Trisuci Waisak". Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists - WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950. Perayaan ini dilakukan pada purnama pertama di bulan Mei.
Cahaya harapan muncul di Asia,
di Lumbini saat purnama di bulan Vesakha,
Yang lahir dalam wujud pangeran manusia,
Yang kelak menuntun manusia lepas dari derita.
Dialah Siddhattha Gotama pangeran dari para Sakya,
alih-alih bergelimang harta dan wanita,
Ia rela melepas mahkota dan tahta,
menjadi petapa menahan sakit dan derita.
Dari Vajji hingga ke Magadha,
dari Alara Kalama hingga Uddaka Ramaputta,
Dia mencari jalan untuk padamnya dukkha,
bagi semua makhkuk di alam semesta.
Berbekal paramita dan tekad baja di Bodh Gaya,
Petapa Gotama bersamadhi di bawah pohon Bodhi,
mengalahkan hawa nafsu dalam cerminan Mara,
hingga mencapai Anuttara Samma-sambodhi.
Dialah penakluk dari para penakluk,
Yang menaklukkan diri-Nya dan Tiloka,
tanpa harus menebar perang dan kutuk,
tapi dengan cinta kasih untuk semua.
Dia bukan tuhan atau utusan siapa pun,
yang memerintahkan larangan itu dan ini,
yang menghukum tanpa kasih dan ampun,
memperlihatkan arogansi kekuasaan ilahi.
Tapi Dialah Guru para tuhan dan manusia,
Yang mengajarkan kasih dan pengampunan,
Yang menunjukkan jalan terbebasnya dukkha,
tanpa harus menggunakan siksa dan paksaan.
Buddha telah temukan Dhamma yang indah,
Jalan Suci yang telah lama ditinggalkan,
menuntun mereka yang telah kehilangan arah,
untuk kembali ke jalan yang membebaskan.
Setiap orang diundang untuk melihat Dhamma,
tanpa harus percaya membuta,
tanpa ada kesaksian palsu dan intimidasi,
hanya perlu membuktikannya sendiri.
Dari paria hingga brahmana,
dari yang miskin hingga yang kaya,
tak berbeda dalam melaksanakan Dhamma,
tergabung dalam kehidupan suci Sangha Arya,
Lengkap sudah Tiga Permata Mulia,
cahaya penerang gelapnya dunia,
pelindung bagi para pelaksana Dhamma,
penuntun jalan menuju Nibbana.
Usai sudah tugas Gotama Muni,
mendidik dan mengajarkan Ajaran Murni,
segala beban telah diletakkan-Nya,
kini Dhamma dan Vinaya sebagai pengganti-Nya.
Meskipun Buddha telah parinibbana di Kusinara,
namun ajaran-Nya tetap membahana,
yang dapat menjadikan kita pulau bagi diri sendiri,
hingga tidak tenggelam di samudra dukkha dunia ini.
Dunia berhutang budi abadi kepada-Nya,
karena telah mengubah wajah dunia,
dengan cinta kasih dan kebijaksanaan-Nya,
dengan pengabdian-Nya yang tiada tara.
Bukan dengan ucapan terima kasih,
bukan pula dengan pujian untuk membalas budi-Nya,
namun menjadi cahaya harapan dunia dalam kasih,
dengan senantiasa mempraktikan Dhamma ajaran-Nya.

Adapun, perayaan Waisak di Indonesia dipusatkan secara nasional di komplek Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Rangkaian perayaan Waisak nasional secara pokok adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan air berkat dari mata air (umbul) Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan.
2. Ritual "Pindapatta", suatu ritual pemberian dana makanan kepada para bhikkhu/bhiksu oleh masyarakat (umat) untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan.
3. Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama. Penentuan bulan purnama ini adalah berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.
Selain tiga upacara pokok tadi dilakukan pula pradaksina, pawai, serta acara kesenian.
Hari Raya Waisak, bersamaan dengan Hari Raya Nyepi, ditetapkan sebagai hari libur nasional berdasarkan Keppres Nomor 3 tahun 1983 tanggal 19 Januari 1983.
Kapankah manusia terbebas dari tanha?
Sehingga bebas dari samsara?
Sang Buddha mencoba mencari jawab
Belajar memahami akar penyebab
Berabad-abad waktu berlalu
Dan dhammanya melintas waktu
Namun manusia tetaplah alpa
Terjebak pada pusaran karma
Kini di malam purnama sidhi
Saatnya kita menilik diri
Belajar dan membuka hati
Khusyuk dalam heningnya samadhi
Selamat merayakan Waisak
Lepaskan topeng gincu dan bedak
Kembali pada beningnya nurani
Yang tulus bersih dan murni
Selamat ber-waisak...
Hidup dalam sila,
melihat dengan metta,
mendengar dengan karuna,
berucap dalam sacca,
bersikap dalam upekkha,
di dunia yang serba fana.
yang terus berkelana,
berjalan dari kalpa ke kalpa
lepas dari dukkha dan bebas dari samsara,
memiliki harapan yang sempurna,
memiliki iman yang sederhana
memiliki kasih yang bijaksana,
Semoga Dharma
Menjelma menjadi embun dikala Dukha
Mengkristal dalam Sanubari Samsara
Menuntun Damai dalam Harmonia
Semoga semua makhluk selalu berbahagia.
Pax et bonum – Damai dan kebaikan..
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar