Ads 468x60px

Bonum et malum Kebaikan dan Keburukan



HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
Bonum et malum
Kebaikan dan Keburukan
Inilah dua hal yg mewarnai hidup kita. Indahnya, Yesus tegas memberitahukan supaya kita menjadi "berkat", dengan tetap mewartakan “bonum” di tengah “malum”. Inilah sebuah pedoman hidup, karena iman tidak hanya personal tapi juga sosial, salib tidak hanya berpalang vertikal (ke ilahi) tapi juga horisontal (ke insani) dengan 3 indikasi dasar, antara lain:
1.Kasih.
Inilah dasarnya, tidak hanya kasih partial tapi universal, kasih kepada semua bahkan terhadap musuh. Dengan kata lain: Kita dipanggil menjadi “KADO”–KAsihi musuhmu dan DOakan orang yang membenci kamu. Kita diajak membalas kejahatan dengan kebaikan untuk membawa mereka juga kepada Kristus (Ams 20:22; 24:29; Mat 5:39-45; Rom 12:17; 1Tes 5:15; 1Pet 3:9).
Sebetulnya gagasan mengasihi musuh itu juga sudah muncul dalam Kitab Suci Perjanian Lama (Kel 23:4-5, Im 19:18, Ul 22:1-4).
2.Keadilan.
Di lain segi, mengasihi musuh bukan berarti berpangku tangan sementara mereka terus berbuat jahat. Jika dipandang perlu demi kehormatan Allah, keadilan/kebaikan bersama, maka tindakan yg tegas juga perlu (Mrk 11:15; Yoh 2:13-17). Pastinya, Allah itu adil. Ia akan memberi pada kita, ukuran berkat yang kita terima akan sebanding dengan kasih yang kita berikan kepada orang lain (2 Kor 9:6).
3.Keberimanan.
Kita diingatkan akan iman pada kerahiman ilahi dimana Allah sungguh bekerja menunjukkan belas-kasihanNya. Biasanya, ada tiga kerja yang kerap kita lihat dan buat, yakni kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas. Dengan iman, kita juga diajak untuk siap bekerja iklas, segalanya bagi kemuliaan ilahi. Hal ini berarti bahwa suka-duka, pahit-manis-tawa-tangis hidup kita persembahkan kepada Tuhan. Pastinya, alasan terdalam untuk memilih sikap tidak mudah menyakiti tapi terus memberkati, tidak mudah menghakimi tapi terus memahami, tidak mudah melukai tapi terus mencintai yakni agar kita makin dapat menjadi "anak terang”.
"Dari Tangerang ke Kalisari-Jadilah terang setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Jurus Tingkat Pertama St. Ignasius Loyola.
1. Untuk mereka yang terus-menerus jatuh dari satu dosa ke dosa lainnya, iblis biasanya menyodorkan kesenangan-kesenangan palsu. Ia membuat mereka membayangkan kenikmatan dan kesenangan inderawi, supaya manusia tersebut tidak bertobat. Pada manusia yang sedang dalam kondisi seperti itu, roh baik memakai cara sebaliknya: yaitu menghantami dan menyesakkan hati nurani dengan teguran-teguran pada budi.
2. Untuk mereka yang dengan tekun terus maju dalam pertobatannya, iblis akan menyesakkan, menyedihkan, dan menghalang-halangi dengan alasan-alasan palsu, supaya orang tidak maju lebih lanjut. Sementara roh baik akan memberi semangat dan kekuatan, hiburan, air mata sukacita, inspirasi serta ketenangan, mempermudah cara pandang orang terhadap masalah, supaya orang semakin maju dalam pertobatannya.
3. Orang yang berada dalam keadaan konsolasi adalah orang yang batinnya sedang mengalami perasaan yang berkobar-kobar, bersemangat tinggi dalam melakukan sesuatu demi cinta kepada Allah Tuhannya. Orang yang bertobat dan merasa sedih atas dosa-dosanya sehingga mencucurkan air mata juga disebut sebagai konsolasi. Jadi konsolasi pada dasarnya adalah setiap keadaan dimana iman, harapan, dan kasih semakin dirasakan bertambah dalam diri seseorang.
4. Di sisi lain, desolasi adalah keadaan dimana batin seseorang sedang gelap, kacau, sepi, bingung, terseret ke arah hal-hal duniawi, dan membuat iman, harapan, dan kasih semakin kurang dirasakan.
5. Ketika mengalami desolasi, jangan sekali-kali membuat perubahan dalam niat dan keputusan yang telah dibuat sebelum mengalami desolasi (atau ketika sedang mengalami konsolasi).
6. Ketika mengalami desolasi, kita justru harus lebih keras terhadap diri kita sendiri. Harus lebih sering menguatkan diri dalam doa, askese, dan berbuat baik.
7. Ketika mengalami desolasi, orang sepatutnya sadar bahwa saat itulah ia diminta oleh Tuhan untuk berusaha dengan sekuat tenaga melawan berbagai godaan iblis. Karena dengan pertolongan ilahi yang tetap selalu ada, juga bila tak jelas terasa, orang tersebut tentu tetap mampu melawan godaan iblis. Meski oleh Tuhan dijauhkan semangat berkobar, rasa cinta yang meluap, namun tetaplah diberikan rahmat secukupnya untuk keselamatan kekal.
8. Orang yang sedang dalam desolasi haruslah ingat bahwa segera dia akan mengalami hiburan jika dia menggunakan segala usaha untuk melawan kesepian itu.
9. Biasanya ada tiga sebab utama dari desolasi. Satu, karena kita sendiri yang malas dalam menjaga kedekatan kita dengan Tuhan. Dua, Tuhan sendiri yang ingin mencoba seberapa besar iman kita kepada-Nya bahkan dalam situasi yang paling tidak mengenakkan sekalipun. Tiga, Tuhan sendiri yang ingin memberi kita pengetahuan serta pengertian yang benar, supaya kita dapat merasa dalam-dalam bahwa bukanlah tergantung pada kekuatan kita untuk bisa sampai pada Konsolasi, melainkan semua itu adalah rahmat Tuhan kita belaka.
10. Ketika mengalami konsolasi, orang haruslah tetap memikirkan bagaimana ia akan bersikap untuk menghadapi kesepian yang akan datang kemudian dan mencari kekuatan baru untuk menghadapi waktu itu.
11. Ketika mengalami konsolasi, orang harus mencoba untuk tetap rendah hati dengan memikirkan betapa lemah dirinya dalam waktu desolasi. Sebaliknya, ketika orang sedang desolasi, sebaiknya memikirkan bahwa ia berkemampuan besar, karena punya rahmat cukup untuk melawan semua iblis, musuhnya, bila mencari kekuatan pada Tuhan Penciptanya.
12. Iblis bersikap seperti perempuan, yaitu lemah bila dilawan dan kuat bila dibiarkan.
13. Iblis juga bersikap seperti playboy/buaya darat, yaitu ingin agar segala usaha penipuannya tetap dirahasiakan dan tak dibukakan kepada orang yang bijak.
14. Iblis juga bersikap seperti panglima, semacam komandan tentara dalam usahanya untuk menundukkan serta merebut apa yang diinginkannya. Ia akan mengelilingi benteng pertahanan kita dan kemudian menyerang dan mencoba menguasai kita lewat bidang-bidang dimana kita kedapatan paling lemah dan rapuh dalam mempertahankan keselamatan kekal kita. Bidang-bidang paling lemah itulah yang harus selalu kita jaga.
B.
Sanctitas - Kekudusan
Lima kali dalam kitab Imamat, Allah berkata, “Haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus”. (11:44,45, 19:2, 20:7,26). Yesus menggemakan tema ini lagi ketika berkata: “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yg di surga” (Matius 5:48). Jelasnya, Ia mengajak kita memiliki kasih dan kekudusan sempurna: “berkatilah mereka yang mengutuk kamu dan berbuatlah baik kepada yang membenci kamu”.(Luk 6:27).
Secara insani, kita wajar diajak untuk mengasihi sesama (Im 19:18; Mat 19:19; 22:39; Mrk 12:31; Luk 10:27; Rom 13:9; Gal 5:14; Yak 2:8) dan membenci musuh (Ul 23:6; Maz 139:21,22). Dalam bahasa Qumran:"mengasihi semua orang yang telah dipilihNya dan membenci semua orang yg telah ditolak-Nya (1 QS 1.4). Inilah yang kerap disebut sebagai ajaran lex talionis (mata ganti mata, gigi ganti gigi).
Tapi secara imani, kita dituntut “lebih”, yakni menjadi “kado”: KAsihilah+DOakan musuh. Bisa jadi, hal ini dikarenakan di dunia ini sudah ada terlalu banyak kebencian dan terlalu sedikit belas kasihan, dimana kita menghabiskan lebih banyak waktu untuk menggerutu ketimbang bersekutu, menghakimi daripada memahami dan menyakiti ketimbang memberkati.
Adapun salah satu cara untuk menjadi kado+“menghancurkan” musuh adalah dengan menjadikannya seorang sahabat. Karena itu, dengan pertolongan Allah, kasihilah musuh, doakanlah dan berbuat baiklah kepada mereka.
Seperti halnya Tuhan, bersiaplah untuk membalas kejahatan dengan kebaikan (Luk 23:34): "Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tabiat Iblis; membalas kebaikan dengan kebaikan adalah tabiat manusiawi; membalas kejahatan dengan kebaikan adalah tabiat ilahi.
"Cari arang di tengah pasar - Jadilah orang yang berjiwa besar."
C.
Yeh. 17:22-24
Mzm. 92:2-3,13-14,15-16
2Kor. 5:6-10
Mrk. 4:26-34
“Adveniat regnum Tuum – Datanglah kerajaanMu!”
Sering kita mendengar pewartaan biblis ttg biji sesawi yang mengilustrasikan bahwa yang kecil itu bisa menjadi besar dan yang biasa itu bisa menjadi luar biasa karena adanya penyelenggaraan ilahi.
Nah, berdasarkan iman akan penyelenggaraan ilahi, ternyata ‘sesawi’, yang “SEderhana, SAbar dan manusiaWI" ini mengajak kita memiliki tiga poros iman, al:
1. Berakar dalam CINTA:
Tuhan setia mengasihi kita mulai dari hal-hal yang terkecil. Ia menjadi ‘PAM’, pupuk yang menyuburkan – air yang menyegarkan – matahari yang menghangatkan. Inilah “akar”, kekuatan dasar bahwa Allah telah lebih dahulu mencintai kita.
2. Bertumbuh dalam SUKACITA:
Sesawi (sinapis nigra) adalah sejenis sayuran berwarna hitam dan paling banyak tumbuh di wilayah selatan dan timur negara Mediterania-Mesopotamia, dan kerap dipergunakan sebagai penyedap masakan. Ukurannya memang sangat kecil, dengan diameter sekitar 0.5 cm. Namun biji ini dapat tumbuh menjadi pohon besar.
Nah, sebagaimana biji sesawi yang merupakan biji terkecil dapat tumbuh dan menjadi pohon yang terbesar demikian juga Kerajaan Allah. Meskipun pada mulanya kecil namun akhirnya akan tumbuh menjadi besar (Dan 4:12 dan Yeh. 17:23 dan 31:6). Inilah yang seharusnya membuat hidup kita penuh sukacita.
3. Berbuah dalam KARYA NYATA:
Seperti sesawi yang memiliki cabang yang lebat hingga burung-burung di udara dapat bersarang nyaman padanya, kita juga diajak menjadi rumah yg meneduhkan karena "Kerajaan Allah itu bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus". (Rm 14:17), maka perjuangan merajakan Allah harus ditandai dengan pelbagai kebaikan yang nyata: real dan kontekstual.
“Cari mangga di Taman Sari – Ciptakanlah surga setiap hari.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar