Ads 468x60px

Minggu, 11 Juni 2017, Hari Raya Tritunggal Mahakudus


HIK : HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
 HARAPAN IMAN KASIH
 Minggu, 11 Juni 2017
Hari Raya Tritunggal Mahakudus
Keluaran (34:4b-6.8-9)
 (KIDUNG Dan 3:52-56)
2 Korintus (13:11-13)
Yohanes (3:16-18)
"Credo ut inteligam - Aku percaya supaya mengerti".
Inilah salah satu kalimat St. Agustinus yang mendasari pentingnya keberimanan dalam keseharian. Dengan kata lain: Semakin kita percaya kepadaNya, semakin Ia berkenan mewahyukan diri dan menyingkapkan misteriNya kepada kita. Salah satu misteriNya adalah "Tritunggal MahaKudus" yang kita kenangkan hari ini, sepekan setelah Pentakosta (turunnya Roh Kudus atas Grj).
Misteri "Tritunggal/Trinitas" yang mengajak kita untuk selalu "TRImalah dalam iman-berganTUNGlah pada Tuhan dan tangGALkanlah kegelapan" semakin membuat kita untuk benar-benar percaya akan Allah yang esa, akan penyelenggaraan ilahi sebagai Bapa yang menciptakan, Putra yang menyelamatkan dan Roh Kudus yang menyertakan. Iman akan Tritunggal ini memang merupakan misteri yang mahaagung dan tidak mudah bahkan tidak mungkin kita mengerti sepenuhNya.
Jelasnya, meski kita merasa mengenal, mengerti dan memahami Tuhan tapi yang lebih penting sebenarnya adalah percaya utuh pada penyelenggaraan kasihNya.
Demikianlah, Allah Tritunggal, "Bapa, Putera dan Roh Kudus" merupakan satu Allah dalam tiga pribadi yang sama. Ya, karena cinta kasihNya, Ia berkenan mewahyukan diri di segala zaman: Ia menciptakan-menyelamatkan dan menyertai kita karena tepatlah kata Yesus hari ini: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yg kekal."
"Dari Tegal ke Sukabumi - Allah Tritunggal tinggallah bersama kami."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Kutipan Teks Misa
Tiada sesuatu yang serupa dengan Tritunggal; kodrat-Nya satu, tak terceraikan; satu pun daya kegiatan-Nya. (St. Atanasius)

Antifon Pembuka
 Terpujilah Allah Bapa, Putra Allah yang tunggal, serta Roh Kudus: karena besarlah kasih-Nya bagi kita.
Blest be God the Father; and the Only Begotten Son of God, and also the Holy Spirit, for he has shown us his merciful love.
Benedicta sit Sancta Trinitas, atque indivisa Unitas: confitebimur ei, quia fecit nobiscum misericordiam suam.

Doa Pembuka
 Allah Bapa, dengan mengutus Sabda Kebenaran dan Roh Pengudus ke dalam dunia, Engkau telah mengungkapkan kepada manusia misteri-Mu yang mengagumkan. Semoga dengan iman yang benar kami mengakui kemuliaan Tritunggal yang kekal dan menyembah keesaan-Nya dalam keagungan kuasa-Nya. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
Bacaan dari Kitab Keluaran (34:4b-6.8-9)
 "Tuhan, Tuhan Allah, Engkaulah pengasih dan murah hati."
Pada waktu itu Musa bangun pagi-pagi, dan naiklah ia ke atas Gunung Sinai, seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya, dan membawa kedua loh batu di tangannya. Maka turunlah Tuhan dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa, dan Musa pun menyerukan nama Tuhan. Berjalanlah Tuhan lewat di depan Musa sambil berseru, “Tuhan adalah Allah yang penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya!” Segera Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah, serta berkata, “Jikalau aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami. Sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami. Ambillah kami menjadi milik-Mu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = c, 2/2, PS 835
Ref. Puji, jiwaku, nama Tuhan, jangan lupa pengasih Yahwe.
Ayat. (KIDUNG Dan 3:52-56)
1. Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami. Kepada-Mulah pujian selama segala abad. Terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus. Kepada-Mu lah pujian selama segala abad.
2. Terpujilah Engkau dalam bait-Mu yang mulia dan kudus. Kepada-Mulah pujian selama segala abad. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
3. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya. Kepada-Mulah pujian selama segala abad. Terpujilah Engkau di bentangan langit. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
Bacaan dari Surat kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (13:11-13)
 "Kasih karunia Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus."
Saudara-saudaraku, bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sempurna. Terimalah segala nasihatku! Hendaklah kamu sehati sepikir, dan hiduplah dalam damai sejahtera. Maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera, akan menyertai kamu! Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus. Salam dari semua orang kudus kepada kamu. Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, gregorian, PS 964
Ref. Alleluya
Ayat. (lih. Why 1:8)
Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus, kepada Allah yang ada sejak dahulu, kini dan sepanjang masa mendatang.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:16-18)
 "Allah mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan dunia."
Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak tunggal Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Antifon Komuni (Gal 4:6)
Karena kamu adalan anak, Allah telah mengutus Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru, "Ya Abba, ya Bapa!"
Since you are children of God, God has sent into your hearts the Spirit of his Son, the Spirit who cries out: Abba, Father.
Data est mihi omnis potestas in cælo et in terra, alleluia: euntes, docete omnes gentes, baptizantes eos in nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti, alleluia, alleluia.
atau
Laudate Dominum de cælis.
Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: "Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel II 553: DS 421). Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530). "Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K. Lateran IV 1215: DS 804). -- Katekismus Gereja Katolik, 253
B.
ULASAN EKSEGETIS BACAAN INJIL HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS TAHUN A 11 Juni 2017 (Yoh 3:16-18)
Bacaan Injil tahun A bagi Hari Raya Tritunggal Mahakudus ialah Yoh 3:16-18. Intinya, Allah sedemikian mengasihi dunia sehingga mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dunia untuk menyelamatkannya. Jadi bukan sebarang utusan. Inilah ungkapan kerahiman yang paling besar. Diungkapkan dalam ay. 16, “Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal.” Kesediaan Putra diutus ke dunia membuat semua ini sungguh terjadi. Dalam kata-kata Injil hari ini (ay. 17-18) “Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia. Siapa saja yang percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; siapa yang tidak akan dihukum; siapa saja yang tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”
Akan disinggung pada akhir ulasan ini kaitan dengan bacaan pertama, Kel 34:4b-6.8-9, yang menekankan bahwa “Tuhan itu Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (ay. 6).
Tritunggal Yang Mahakudus
Kesaksian yang terhimpun dalam ayat-ayat itu dapat membantu kaum beriman menyelami iman akan Tritunggal Mahakudus. Dahulu orang memandang dunia ini sebagai drama yang jalannya diperankan oleh Allah sendiri. Di dalam drama itu ada tiga pemeran. Allah Bapa berperan sebagai “pengasal” tindakan penyelamatan, Allah Putra sebagai “pelaksana”-nya, sedangkan Allah Roh Kudus “melanjutkannya”. Masing-masing memiliki peran yang berbeda tapi maksud dan tujuannya sama, yakni penyelamatan dunia beserta isinya. Kesamaan inilah yang terungkap dalam iman akan satu Allah yang Mahakuasa. Keragaman peran tadi terungkap sebagai tiga “pribadi” dari Allah yang satu dan sama.
Baiklah sekadar ditengok asal usul istilah “pribadi” yang dipakai dalam rumusan iman akan Tritunggal. Istilah ini dipungut dari dunia lakon Yunani, yakni “prosoopon” (Yunani). Dalam bahasa Latin istilah ini tampil sebagai “persona”. Istilah inilah yang diindonesiakan sebagai “pribadi”. Arti harfiah kata Yunani dan Latin sebenarnya adalah gambar wajah yang dikenakan pelaku sebuah lakon yang membuat para hadirin langsung menangkap peran mana sedang dijalankan. Cara berungkap dengan bahasa lakon seperti ini dulu mudah menghimbau perhatian orang banyak dan oleh karenanya dirasa cocok untuk menjelaskan karya penyelamatan. Jalan pemikirannya demikian: karya penyelamatan itu berasal dari Bapa dan dilaksanakan oleh Putra yang diutus ke dunia, dan kemudian dijaga keberlangsungannya oleh Roh Kudus. Demikianlah disadari iman mengenai Tritunggal dalam hubungan dengan karya penyelamatan. Di situ dijelaskan inti keilahian pula. Kesatuan antara ketiga pribadi itu sedemikian mendalam sehingga keesaan Allah tidak berubah. Bapa, Putra dan Roh Kudus ialah tiga pribadi dari Allah yang satu.
Orang sekarang memang tidak lagi biasa melihat peran-peran yang dijalankan dalam sebuah drama lewat gambar wajah yang dikenakan pemeran lakon. Bersamaan dengan itu kata “persona” dan Indonesianya, yakni “pribadi”, lebih menunjuk pada individu orang perorangan. Inilah yang dapat menimbulkan kesan bahwa dipercaya adanya tiga tokoh ilahi, suatu hal yang bertentangan dengan iman kepercayaan akan Allah yang Mahakuasa. Oleh karena itu ada baiknya diingat asal usul gagasan “pribadi” yang dipakai untuk merumuskan iman kepercayaan akan Tritunggal seperti diikhtisarkan di atas.
Masih samakah makna iman akan Tritunggal itu bagi kita dalam masyarakat dewasa ini? Ya. Mereka dulu berusaha semakin mengenali karya penyelamatan di dalam macam-macam keadaan. Begitu pula kita. Yang beraneka ragam ujudnya ialah peluang nyata serta ungkapan untuk ikut serta membangun dunia yang baru, dunia yang bisa dikatakan “semakin diselamatkan” Allah. Percaya bahwa ada karya penyelamatan sendiri sebetulnya sudah dapat menjadi bentuk keikutsertaan dalam karya ilahi itu. Mengimani Tritunggal bukan hanya mengucapkan “aku percaya”, tapi juga ikut serta membangun dunia yang makin layak dan menjaganya agar tidak merosot. Itulah arti “selamat” dalam bahasa yang dimengerti orang sekarang. Pemahaman ini dapat membuat iman semakin hidup.
Hidup Kekal
Ketiga ayat yang dibacakan hari ini ialah kelanjutan pembicaraan Nikodemus, seorang ulama Yahudi, dengan Yesus (Yoh 3:1-15). Nikodemus percaya bahwa Yesus itu utusan Allah sendiri dan ingin mengenalnya lebih dalam. Yesus membantunya. Perhatian Nikodemus diarahkannya pada warta yang sejak awal disampaikannya kepada orang banyak, yakni Kerajaan Allah sudah datang di dunia dan orang diajak bersiap ikut serta di dalamnya. Kepada Nikodemus diterangkan, syarat untuk ikut serta di dalam Kerajaan Allah ialah dilahirkan kembali dalam air dan Roh. Maksudnya, dibaptis menjadi pengikut Yesus dan membiarkan diri dibawa oleh kekuatan-kekuatan ilahi sendiri – yakni Roh. Dialah yang bakal menuntun ke Kerajaan Allah. Dengan demikian pelbagai kepastian yang hingga kini dipegang erat-erat juga tidak terasa mengikat lagi. Karena Nikodemus tidak segera menangkap, Yesus menjelaskan hal ini dengan cara yang lebih mudah dipahami, dengan merujuk pada keinginan mencapai hidup kekal. Siapa saja yang memandangi yang datang dari atas sana, yakni Anak Manusia, dan percaya kepadanya akan mendapat hidup kekal. Tentu saja Nikodemus mengerti bahwa Anak Manusia ini ialah Yesus sendiri yang sudah dipercayanya sebagai utusan yang datang dari Allah sendiri. Tapi masih perlu satu langkah penting lagi: memulai hidup baru di dalam Kerajaan Allah. Itulah pokok pembicaraan dengan Nikodemus yang mendahului petikan yang dibacakan hari ini, yakni ay. 16-18.
Pembaca yang mengikuti pembicaraan tadi akan bertanya, apakah Kerajaan Allah yang diutarakan pada awal pembicaraan dengan Nikodemus tadi, ay. 3 dan 5, sama dengan kehidupan kekal yang disebut dalam ay. 15 dan 16? Yohanes memang bermaksud mengajak pembaca memikirkan pertanyaan itu. Bagi banyak orang “kehidupan kekal” itu gagasan yang langsung memberi isi pada paham keselamatan. Setiap orang mendambakannya. Tapi “Kerajaan Allah”? Hanya dikenal di antara para pengikut Yesus! Di luar itu boleh jadi hanya kalangan murid Yohanes Pembaptis sajalah yang pernah mendengarnya. Yesus mengajak orang bersiap-siap menyongsong Kerajaan Allah yang telah datang. Bagi pengikut-pengikutnya, keinginan yang terdalam tidak berhenti pada gagasan “keselamatan = hidup kekal”, melainkan lebih jauh dan terarah pada “keselamatan = keikutsertaan dalam Kerajaan Allah” bersama dengan Dia yang mengajarkan mengenai Kerajaan ini.
Hidup kekal dapat dititi dengan hidup beragama dan menjalankan ajaran agama dengan baik. Tetapi untuk mencapai kesempurnaan dalam arti masuk ke Kerajaan Allah, perlu ada bimbingan Roh. Begitulah, untuk mendapatkan hidup kekal, Nikodemus sendiri sudah tahu jalannya – sudah diajarkan Musa. Namun, untuk memasuki Kerajaan Allah, dibutuhkan penyerahan diri dan bimbingan Roh.
Pembicaraan dengan Nikodemus itu dapat menjadi cermin untuk mengamati diri: masih mengarah ke yang biasa, yakni “hidup kekal”, atau sudah mulai terbuka ke kesempurnaan dalam “Kerajaan Allah”? Yesus sang utusan ilahi memahami keterbatasan wawasan manusia yang sebijak dan sesaleh apapun – Nikodemus itu ulama besar!. Tetapi ia tetap mengajak melihat ke arah yang lebih sempurna, yakni memasuki Kerajaan Allah. Bagian Injil yang dibacakan hari ini sebetulnya berbicara mengenai keterbukaan pada kehidupan kekal sebagai jalan masuk untuk ikut serta di dalam Kerajaan Allah.
Memahami Kerahiman Ilahi
Dalam bacaan pertama Kel 34:4b-6.8-9 dikisahkan bagaimana Musa memahat dua loh batu untuk menuliskan kembali hukum-hukum yang tadinya termaktub dalam dua loh pertama yang dipecahkan Musa karena melihat umat menari-nari dan menyembah lembu emas (Kel 32:19-20). Pembaruan hukum ini memperlihatkan kebesaran Tuhan, seperti disebutkan dalam Kel 34:6, “Tuhan itu Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya”. Inilah yang kemudian menjadi dasar dari hukum agama dalam umat Perjanjian Lama selanjutnya. Tidak lagi ditekankan ancaman hukuman turun-temurun bagi mereka yang tidak setia dan menolaknya seperti dalam Kel 20:5 yang mengawali hukum-hukum yang disampaikan sebelum umat menjalankan tindakan penyembahan lembu emas. Ketika umat memang melakukan dosa, memang mereka terhukum. Namun justru dalam keadaan itu Yang Mahakuasa menunjukkan belaskasih-Nya yang besar. Ancaman hukuman tidak langsung berlaku. Malah diberikan kesempatan untuk kembali. Inilah kebesaran-Nya.
Agama menunjukkan jalan mencapai “keselamatan” sehingga orang menemukan arti hidup dalam macam-macam keadaan, baik menyenangkan atau menyedihkan. Agama dan iman membuat orang menemukan diri sebagai makhluk di hadapan Yang Ilahi. Dalam pewartaan Yesus, masih ada kelanjutannya, yakni memasuki Kerajaan Allah. Di situ orang belajar mengenali Allah Pencipta sebagai “Bapa”, sebagai yang dekat, sebagai yang menghendaki yang terbaik. Dan yang mengajarkannya ialah Putra-Nya sendiri.
Bagi orang Yahudi pada waktu itu, ajaran ini mengejutkan. Mana bisa manusia membayangkan diri diperanakkan Allah! Dan memang inilah kendala warta Yesus. Ia disingkirkan oleh pemuka-pemuka agama Yahudi karena mengajarkan Allah itu Bapa, dan mengakui diri sebagai yang mengenal-Nya dari dekat. Bagi orang-orang saleh waktu itu semua ini terdengar sebagai hujatan dan pelecehan. Tetapi memang itulah warta Yesus. Ia menawarkan citra yang baru dari Allah. Yang Mahakuasa bisa didekati. Berada di dekat-Nya berarti ikutserta dalam Kerajaan-Nya.
Para murid Yesus yang pertama ialah orang-orang yang berminat akan warta ini walau belum sepenuhnya mengerti. Baru nanti setelah semuanya terpenuhi, yakni setelah Allah yang dipanggil Bapa oleh Yesus itu membangkitkannya dan memberinya hidup baru, gagasan bahwa Allah ialah Bapa yang Maharahim baru menjadi nyata bagi mereka. Yesus berani mengorbankan diri demi warta ini. Ia mempertaruhkan diri. Dan dia benar. Bapanya menerima dan menunjukkan diri kepada orang banyak bahwa Ia memang seperti yang diajarkan Yesus. Dalam arti inilah Yesus memperkenalkan kerahiman Allah dengan cara yang paling meyakinkan.
Perhatian dan kerahiman Allah memberi wajah baru kepada dunia. Yang bersedia menerima kerahiman ini akan berjalan menuju ke terang, ke ciptaan baru. Para pengikut Yesus dipanggil ke arah hidup kekal dan lebih jauh lagi, untuk menjadi orang-orang merdeka dari kekuatan yang mengekang, dari rasa waswas dan terancam. Kekuatan yang mengekang itu bukan saja dari alam gaib, melainkan amat nyata: ketakadilan, pembodohan, kemiskinan, perkosaan hak-hak azasi, kekerasan. Sebutkan saja kebalikan masing-masing dan di situ akan terlihat apa arti kemerdekaan hidup dalam Kerajaan Allah. Dan orang beriman diajak ikut serta ke sana.
Pastor Agustinus Gianto, SJ
(Profesor Filologi Semit dan Linguistik di Pontificum Institutum Biblicum, Roma)

--------------------

LITANI TRITUNGGAL MAHAKUDUS

Terberkatilah Tritunggal Mahakudus dalam kesatuanNya yang tak terbagi;
Kami memuliakan Tuhan, karena Dia telah menunjukkan rahmat-Nya kepada kami.
Ya Tuhan Allah kami, terpujilah nama-Mu di seluruh bumi!
O kedalaman kekayaan hikmat dan pengetahuan akan Allah!
Tuhan, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Tritunggal Terberkati, dengarkanlah kami.
Persatuan Terpuji, bermurah hatilah mendengarkan kami.
Allah Bapa di Surga, kasihanilah kami.
Allah Putera, Penebus dunia, kasihanilah kami.
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami.
Tritunggal Mahakudus, Satu Allah, kasihanilah kami.
Bapa yang dariNya segala sesuatu,
kasihanilah kami.
Anak yang melaluiNya segala sesuatu,
kasihanilah kami.
Roh Kudus yang di dalam-Nya segala sesuatu,
kasihanilah kami.
Tritunggal Kudus dan tak terbagi,
kasihanilah kami.
Bapa abadi, kasihanilah kami.
Putra Tunggal Bapa, kasihanilah kami.
Roh yang berasal dari Bapa dan Putra, kasihanilah kami.
Tiga Kemuliaan Ilahi, kasihanilah kami.
Bapa, Sang Pencipta, kasihanilah kami.
Putra, Sang Penebus, kasihanilah kami.
Roh Kudus, Sang Penghibur, kasihanilah kami.
Kudus, kudus, kudus, Tuhan Allah semesta alam, kasihanilah kami.
Ia yang ada, dahulu, dan yang akan datang, kasihanilah kami.
Tuhan Yang Mahatinggi, yang mendiami keabadian, kasihanilah kami.
Kepada Siapa semua kehormatan dan kemuliaan, kasihanilah kami.
Yang melakukan keajaiban besar, kasihanilah kami.
Kekuatan tak terbatas, kasihanilah kami.
Kebijaksanaan yang tak dapat dipahami, kasihanilah kami.
Cinta tak terkatakan, kasihanilah kami.
Berbelas kasihlah kepada kami, O Tritunggal Kudus
Berbelas kasihlah kepada kami, dengarkankah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua kejahatan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua dosa, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua kesombongan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari cinta akan kekayaan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua kenajisan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua ketamakan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua rasa sayang yang berlebihan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua iri dan kebencian, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua kemarahan dan ketidaksabaran, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan yang bertentangan dengan hukum-Mu yang kudus, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari kutukan abadi, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Melalui kekuatanMu Yang Mahakuasa, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Melalui kebaikan kasih setia-Mu, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Melalui harta tak ternilai kebaikan dan cinta Mu, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Melalui kedalaman hikmat dan pengetahuanMu, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Melalui semua kesempurnaanMu yang tak terkatakan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Kami para pendosa,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Kami melayani kepadaMu saja,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Kami menyembah Engkau dalam roh dan kebenaran,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Kami mengasihi Engkau dengan sepenuh hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatan,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Supaya, demi Engkau, kami dapat mencintai sesama kami seperti diri kami sendiri,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Agar kami dapat mematuhi perintah-perintah-Mu yang kudus,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Agar kami tidak pernah menajiskan tubuh dan jiwa kami dengan dosa,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Agar kami dapat pergi dari kasih karunia ke kasih karunia, dan dari kebajikan ke kebajikan,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Bahwa kami akhirnya dapat memandang Engkau dalam kemuliaan,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Bahwa Engkau bersedia untuk mendengarkan kami,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
O Tritunggal Terberkati,
Kami mohon, bebaskanlah kami.
O Tritunggal Terberkati,
Kami mohon, selamatkanlah kami.
O Tritunggal Terberkati,
Kamo mohon, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah,
Kristus, kasihanilah.
Tuhan, kasihanilah.
Bapa kami...
Salam Maria...
Terpujilah Engkau ya Tuhan, di surga,
dan layak untuk dipuji, dimuliakan, dan ditinggikan selamanya.
Marilah kita berdoa:
Allah yang kekal dan berkuasa, yang telah memberikan kepada hamba-hambaMu dalam pengakuan iman sejati, untuk mengenali kemuliaan Tritunggal Abadi, dan dalam kuasa keagunganMu; untuk memuji kesatuanMu, kami memohon kepadamu supaya dengan kekuatan iman ini kami semua dapat bertahan dalam semua kesukaran, bersama dan melalui Yesus Kristus Tuhan kami. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar