Ads 468x60px

Senin, 26 Juni 2017


HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH 
Senin, 26 Juni 2017
Hari Biasa Pekan XII
Kejadian (12:1-9)    
(Mzm 33:12-13.18-19.20.22)
Matius (7:1-5)  
  
"Via illuminatio - Jalan pencerahan!" 

Inilah salah satu warta ilahi hari ini supaya kita menjadi "pembawa obor" pencerahan lewat sikap hidup kita yang positif-sportif dan produktif. 

Pencerahan sendiri adalah proses keluarnya manusia dari ketidakdewasaan yang kerap diciptakannya sendiri. 

Adapun salah satu ketidakdewasaan manusia yang diangkat oleh Yesus adalah sikap munafik ("MUlutnya pedas, NAlurinya iri dan FIKirannya negatif").

Hal ini terjadi ketika kita mudah menghakimi dan sulit memahami, penuh gosipan dan gunjingan, sibuk menilai orang lain sehingga lupa untuk melihat diri sendiri, tidak biasa ber-refleksi tapi mudah emosi, padahal pesanNya jelas hari ini: “Janganlah menghakimi, supaya kalian tidak dihakimi.” 

Adapun seperangkat nilai yang kembali boleh kita ingat, adalah: "SOP", yakni: 

1."Simple": 
Kita diajak untuk hidup sederhana, tidak membuat rumit hal-hal yang sebenarnya sederhana, dengan hidup penuh sikap terbuka: ketika salah lekas minta maaf, ketika khilaf lekas insyaf, berdamai dan bersyukur untuk segalanya 

2."Optimist": 
Kita diajak untuk menjadi orang yang selalu punya harapan bahwa semua masalah ada anugerah, bahwa semuanya pasti membuat kita lebih dewasa. 

3."Positif Thinking": 
Kita diajak untuk biasa melihat semuanya dari kacamata yang positif, selalu melihat kebaikan dalam diri sesama dan semesta, mudah berbagi pujian dan tidak mudah berbagi makian/gosipan. 

"Dari Lebak Bulus ke Kalisari - Jadilah orang yang tulus setiap hari." 

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)      
 
NB:
A.
"Vidi et audi - Aku melihat dan aku mendengar!"

Inilah salah satu kepekaan hidup yang diharapkan sebagai orang yang mengaku beriman karena Yesus sendiri pernah menegur kita: "Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar?"

Disinilah kita diajak untuk mempunyai "mata dan telinga" yang peka melihat dan mendengarkan sapaan ilahi lewat perjumpaan dengan yang insani. 

Adapun tiga macam "mata dan telinga" yang bisa kita pakai untuk selalu melihat dan mendengarkan sapaanNya, antara lain:

1. Mata dan telinga indrawi:
Kita diajak untuk berani terbuka melihat dan mendengarkan orang lain, tidak eksklusif/tertutup tapi berani ber-dialog dan membuka komunikasi tulus dengan yang lainnya.

2. Mata dan telinga hati:
Inilah kualitas hati yang selalu punya kepekaan untuk mau melihat dan mendengarkan yang lain dengan penuh perHATIan, tidak melulu melihat secara indrawi tapi juga dengan hati, tidak larut-hanyut dalam pergunjingan tapi jernih memilah dan memilih apa yang dilihat dan apa yang didengar, tidak cepat menghakimi tapi selalu mencoba memahami yang lain.

3. Mata dan telinga imani:
Kita diajak untuk memaknai setiap hal yang kita lihat dan kita dengar dalam refleksi iman: "Tuhan bicara apa lewat setiap perjumpaan dan Tuhan berkehendak apa lewat semua yang kita lihat dan kita dengar?

"Dari Matraman ke Pulau Bali - Mari beriman dan selaku berpeduli."

B.
Kutipan Teks Misa
Oleh Tuhan kita diberi kurnia istimewa, boleh ikut memakai nama yang melebihi segala nama: kita disebut orang Kristiani. (St. Gregorius dari Nissa)
  

Antifon Pembuka (Mzm 33:22)
Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, sebab pada-Mulah kami berharap 

Doa Pembuka
Allah Bapa sumber kebahagiaan, bimbinglah kiranya kami menjauhi kerusuhan dan perang, masuk ke tempat tinggal yang aman, penuh cinta kasih dan kerukunan, tempat orang bersama-sama membangun kebahagiaan berkat Yesus Kristus penunjuk jalan kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.   
     

Bacaan dari Kitab Kejadian (12:1-9)    
"Abram berangkat sesuai dengan sabda Tuhan."
  
Di negeri Haran Tuhan bersabda kepada Abram, “Tinggalkanlah negerimu, sanak saudaramu dan rumah bapamu ini, dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan akan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau. Dan segala kaum di muka bumi akan menerima berkat karena engkau.” Maka berangkatlah Abram sesuai dengan sabda Tuhan. Lot pun ikut bersama dengan dia. Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Abram membawa Sarai, istrinya, dan Lot, anak saudaranya, segala harta benda milik mereka dan orang-orang yang mereka peroleh di Haran. Mereka berangkat ke tanah Kanaan, dan sampai di situ, Abram berjalan melintasi negeri itu, sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu negeri tersebut didiami orang Kanaan. Maka Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan bersabda, “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka Abram mendirikan di situ sebuah mezbah bagi Tuhan, yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Di sana ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat, dan Ai di sebelah timur. Lalu ia mendirikan sebuah mezbah di situ bagi Tuhan, dan memanggil nama-Nya. Sesudah itu Abram berangkat lagi, dan makin jauh ia berjalan ke tanah Negep.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan 
Ref. Berbahagialah bangsa yang dipilih Tuhan menjadi milik pusaka-Nya.
Ayat. (Mzm 33:12-13.18-19.20.22)

1. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya! Tuhan memandang dari surga, dan melihat semua anak manusia;

2. Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takwa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya; Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.

3. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan, Dialah penolong dan perisai kita. Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Ibr 4:12)
Firman Tuhan itu hidup dan kuat, menusuk ke dalam jiwa dan roh. 

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:1-5)   
"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri!"

Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Janganlah menghakimi, supaya kalian tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang telah kalian pakai untuk menghakimi, kalian sendiri akan dihakimi. Dan ukuran yang kalian pakai untuk mengukur akan ditetapkan pada kalian sendiri. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu, ‘Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu’, padahal di dalam matamu sendiri ada balok? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu.”

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
  

Renungan
Yesus mengajarkan agar kita tidak menghakimi sesama kita.Namun di lain sisi, kita bisa menemukan Rasul Paulus justru berkali-kali menghakimi di beberapa suratnya.Lalu bagaimana kita harus bersikap? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengerti definisi dari menghakimi dan kondisi untuk menghakimi. Kita melihat bahwa di Mt 7:1-2 “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Mat 7:1-2) 
     
Namun, di sisi yang lain, ada begitu banyak ayat yang memperlihatkan bahwa para Rasul menghakimi, seperti yang dilakukan oleh rasul Petrus kepada Ananias dan Safira, dan juga rasul Paulus kepada umat di Korintus, dll. Jadi bagaimana, perintah Yesus untuk tidak menghakimi sesama, seperti yang dituliskan di Mat 7:1-2; Luk 6:37 dapat diterapkan?

1) Mat 7:1-2 dipakai oleh St. Thomas Aquinas dalam Summa Theologi, II-II, q.60, a.2. dimana St. Thomas memberikan pertanyaan (keberatan) bahwa adalah tidak seharusnya seseorang menghakimi. Dan kemudian, keberatan ini dijawab dengan mengambil ayat “Hakim-hakim dan petugas-petugas haruslah kauangkat di segala tempat yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, menurut suku-sukumu; mereka harus menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil.” (Ul 16:18). Dengan demikian, St. Thomas memberikan bukti, bahwa Allah tidaklah melarang bahwa seseorang menghakimi orang lain. Dan hal ini juga dibuktikan oleh begitu banyak hakim-hakim, nabi-nabi di Perjanjian Lama yang menghakimi, kita juga melihat bahwa para rasul yang menghakimi orang lain. Dengan demikian, ayat di Mat 7:1-2 bukanlah mengatakan bahwa penghakiman tidak boleh dilakukan sama sekali, namun justru bagaimana seharusnya penghakiman dilakukan dengan baik. St. Thomas kemudian memberikan beberapa persyaratan agar penghakiman ini dapat dilakukan:
   
a) Penghakiman dapat dilakukan sejauh tindakan tersebut adalah merupakan suatu tindakan keadilan.

b) Suatu tindakan keadilan harus mempunyai tiga aspek, yaitu: 
(1) Harus bersumber pada dorongan keadilan, 
(2) dilakukan oleh orang yang mempunyai otoritas, 
(3) dipertimbangkan dan dinyatakan secara bijaksana.
   
St. Thomas menegaskan bahwa kalau tiga hal tersebut tidak dipenuhi, maka tindakan tersebut tidak dapat disebut adil. Kalau syarat pertama tidak dipenuhi – yaitu bersumber pada dorongan keadilan – maka hal itu disebut tindakan yang tidak adil. Pemerintah yang melarang warga negara untuk mempunyai kebebasan berbicara, karena alasan takut digulingkan pemerintahannya, tidak dapat disebut adil, karena hal tersebut bersumber pada ketakutan bukan pada keadilan. Guru yang melarang muridnya mencontek pada saat ujian adalah adil,  karena memang bersumber pada dorongan keadilan – yaitu memberi nilai sesuai dengan kemampuan siswa yang bersangkutan.

Sedangkan kalau yang kedua tidak terpenuhi – yaitu dilakukan oleh orang yang mempunyai otoritas – maka disebut perebutan atau perampasan kekuasaan (usurpation). Kalau beberapa orang menghakimi seseorang dan kemudian memukulnya beramai-ramai, itu adalah tindakan yang tidak adil, karena beberapa orang tersebut bukanlah orang yang mempunyai otoritas untuk menghakimi.

Kalau yang ketiga tidak terpenuhi, karena keputusan tidak dilakukan dengan pertimbangan yang matang, maka tindakan tersebut bukanlah tindakan keadilan, namun keputusan yang terburu-buru. Dalam hal ini, kebijaksanaan (prudence) memegang peranan yang sangat penting.
   
c) Dari sini kita melihat, bahwa Yesus tidak melarang suatu pengadilan atau penghakiman kalau memang dilakukan dengan prinsip-prinsip di atas, yang merupakan suatu tindakan keadilan yang dimotifasi oleh suatu keadilan dan dilakukan oleh orang yang berwenang dan dengan dipertimbangkan secara matang. Kalau Yesus melarang penghakiman secara keseluruhan, maka seluruh negara dan seluruh tantanan keadilan di semua negara adalah salah.
      

2) Yang harus kita perhatikan adalah kita tidak boleh menghakimi berdasarkan suatu kecurigaan dan harus memenuhi persayaratan di atas. Tentu saja kalau kita tidak dalam posisi menghakimi, maka kita tidak perlu menghakimi. Kita dapat menilai suatu pendapat atau tindakan seseorang dan dapat memberikan argumentasi. Namun, kita tidak dapat menghakimi motivasi orang tersebut, karena kita tidak tahu secara persis apa motivasi atau intensi yang mendasari tulisan orang tersebut. Kita dapat menilai bahwa suatu berbuatan adalah tidak dapat dipertanggungjawabkan secara moral, karena memang perbuatan tersebut adalah tidak baik, namun kita tidak dapat menilai secara persis apa yang mendasari perbuatan tersebut. Sebagai contoh, seorang ayah yang mencuri. Perbuatan mencuri tersebut adalah salah, namun kita tidak dapat menghakimi intensi ayah tersebut, karena mungkin saja tindakannya dilakukan karena keluarganya tidak makan selama seminggu, sehingga mereka hampir mati kelaparan.

Akhirnya, kita juga harus menerapkan ayat ini pada diri kita masing-masing. Kalau kita menerima bahwa Gereja Katolik adalah didirikan oleh Kristus, yang diberikan kuasa untuk mengantar umat Allah kepada Kerajaan Sorga, maka kita harus menerima seluruh pengajaran dan keadilan yang diberikan oleh Gereja Katolik. Kita mengingat apa yang dikatakan di kitab Wahyu “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Why 3:19). Mari, kita merelakan hati kita ditegor dan dihakimi oleh Kristus yang memberikan kuasa-Nya kepada Gereja-Nya, dimana Dia mengatakan “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh 20-:23).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar