Ads 468x60px

Rabu, 16 Agustus 2017


HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Rabu, 16 Agustus 2017
Hari Biasa Pekan XIX
Ulangan (34:1-12)
(Mzm 66:1-3a.5.8.16-17)
Matius (18:15-20)
"Fraternitas - Persaudaraan"
Inilah salah satu "core values", semangat dasar yang hadir ketika saya datang dan blusukan pada perayaan dan aneka ria lomba “agustusan”di kampung kampung.
Inilah juga yang diwartakan Yesus pada hari ini. Ia datang sebagai "SAUDARA" dan mengajak kita untuk hidup ber-"saudara" ("se-udara").
Beberapa indikasi dasar yang bisa menambah-tingkatkan semangat persaudaraan kita, antara lain:
1."Memahami":
Ia mengajak kita menjadi "conselor", penasehat yang sabar dan bijak juga terhadap orang yang sulit dipahami, yang kerap menjadi "trouble maker/batu sandungan".
Jelasnya, Ia mengajak kita untuk menjadi "peace-maker" dengan tidak mudah men-cap yang lain tapi selalu belajar memahami dalam semangat "correctio fraterna", berani memberikan "nasehat/teguran" dalam semangat persaudaraan.
2."Mengimani":
Ia mengajak kita untuk biasa berdoa dalam semangat kebersamaan: "Jika dua orang di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu."
Dengan kata lain:
Ia mengajak kita untuk terbiasa untuk bersekutu dalam hidup doa. Hal baik ini tentunya bisa dimulai dengan kebiasaan berdoa bersama di keluarga, dimana ayah-ibu dan anak-anak saling bersatu dalam doa sebagai sebuah "ecclesia domestica-gereja basis", bukan?
3."Mengilhami":
Seperti Yesus yang selalu menjadi "inspirator" banyak orang, kita juga diajak meng-"inspirasi" ("In-spiritus: di dalam Roh") banyak orang lewat karya ucapan dan doa kita yang selalu dibawa dalam nama Yesus karena diyakini oleh sabdaNya sendiri: "Dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat 18:19-20).
Jelasnya, kita dipanggil untuk menjadi saksi komunikasi terbaik berdasarkan roh pengampunan daripada kebencian. Dengan bertumbuh setiap hari dalam kesadaran akan pentingnya pengampunan, kita menjadi keluarga surgawi sebagai anak-anak Bapa Surgawi dalam Kristus.
"Ada tiga warna di Danau Kelimutu -
Jadilah orang yang bijaksana dan suka bersekutu."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“Spiritus consilii – roh penasehat
Ini adalah salah satu dari macam-macam karunia Roh Kudus: Ada spiritus sapientiae – roh kebijaksanaan, Ada spiritus intellectus—roh penalaran dsbnya.
Roh nasehat sendiri berfungsi untuk mengajar dan menghibur dengan nasehat yang benar benar “BENAR”.
Roh nasehat juga berfungsi memecahkan masalah, membimbing, dan menentukan apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu secara bijaksana.
Roh nasehat memungkinkan orang memecahkan masalah dan memiliki arah dasar dalam situasi tertentu, seperti ada pada Mesias yang digelari pula “Penasehat Ajaib” (Yes 9:6).
Nah, bersama dengan permenungan injili hari ini, sebetulnya ada tiga macam ciri nasehat yang bijaksana, yakni:
1.NAikkan pujian, dan bukan makian.
2.SEgarkan iman, dan bukan gosipan
3.HAdirkan Tuhan, dan bukan setan.
Kita mohon rahmat-Nya agar kita bisa belajar menjadi “bona consilii-penasehat yang baik, yang tulus dan tidak penuh akal bulus, yang benar benar hidup menurut Roh dan berbuah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal 5 : 22 - 23a).
Sudahkah kita belajar menjadi penasehat yang baik, yang bisa naikkan pujian, segarkan iman dan hadirkan Tuhan?
“Mas Kelik suka cari sikat – Orang Katolik harus belajar menjadi berkat.”
B.
“Correctio salutis - Koreksi keselamatan.”
Bacaan hari ini membicarakan tentang tanggung jawab kita untuk berani meng”koreksi” demi keselamatan jiwa sesama.
Dengan “koreksi keselamatan”, kita diajak menjadi penjaga ‘saudara’, seperti yg dikatakan Tuhan kpd Yehezkiel: “Aku tetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel” (Yeh 33:7).
Ya, Tuhan menekankan kehidupan yang saling menjaga dengan nada dasar kasih. Hal ini ditampakkan dalam bacaan Injil (Mat 18:15-20), dimana kita dituntut untuk menyatakan kasih yang tulus, dengan menjadi penasehat bijak (“NASEHAT”: NAikkan pujian–SEgarkan iman–HAdirkan Tuhan) terhadap orang yang hidupnya tidak berkenan kepada Allah.
Adapun beberapa pokok perlunya “corectio salutis”, antara lain: melindungi nama Allah (Mat 6:9; Rom 2:23-24),menjaga kemurnian moral dan integritas ajaran gereja (1Kor 5:6-7; 2Yoh 1:7-11) serta berusaha untuk menyelamatkan anggota yang bersalah (1 Kor 5:5; Yak 5:19-20).
"Correctio salutis" juga menekankan semangat kebersamaan dalam iman dan persaudaraan karena diyakini bahwa Tuhan juga hadir disana. KehadiranNya pasti akan memberikan “hik”: harapan iman dan kasih kepada kita sebagai "penjaga" keselamatan sesama.
"Tukang pahat tukang pajak - Jadilah penasehat yang bijak."
C.
Kutipan Teks Misa:
Setan "adalah pembunuh manusia sejak semula... ia pendusta dan asal segala dusta" (Yoh 8:44). Dialah "si ular tua yang bernama iblis, yang menyesatkan seluruh dunia" (Why 12:9).
Melalui dia, dosa dan kematian masuk ke dalam dunia. Oleh kekalahannya secara definitif "segala ciptaan dibersihkan dari kebusukan dosa dan dilepaskan dari belenggu maut" (MR, Doa Syukur Agung IV).
"Kita tahu bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa, tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya dan si jahat tidak dapat menjamahnya. Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah, tetapi seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat" (1 Yoh 5:18-19).
"Tuhan, yang telah menghapus dosa kalian dan mengampuni kesalahan kalian, mampu melindungi dan membela kalian terhadap tipu muslihat setan, yang berjuang melawan kalian, supaya musuh yang biasanya menimbulkan dosa, tidak mengejutkan kalian. Barang siapa mempercayakan diri kepada Allah, tidak takut akan setan. 'Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?' (Rm 8:31)". (Ambrosius, sacr. 5,30). (Katekismus Gereja Katolik, 2852)

Antifon Pembuka (Mzm 66:1-2)
Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!

Doa Pembuka
Allah Bapa Maharahim, bila kami menaruh belas kasih kepada sesama dan suka saling memaafkan, maka Engkau pun akan mengasihani kami. Kami bersyukur, karena demikian akrab pergaulan-Mu dengan manusia, karena Engkau benar-benar Allah umat manusia. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Ulangan (34:1-12)
"Musa tutup usia sesuai dengan sabda Tuhan, dan tiada lagi seorang nabi seperti dia yang muncul."
Pada waktu akan meninggal, naiklah Musa dari dataran Moab ke pegunungan Nebo, yakni ke puncak Pisga, yang berhadapan dengan Yerikho. Di sana Tuhan memperlihatkan kepada Musa seluruh negeri Kanaan: daerah Gilead sampai ke kota Dan, seluruh Naftali, tanah Efraim dan Manasye, seluruh tanah Yehuda sampai laut sebelah barat, Tanah Negeb dan Lembah Yordan, lembah Yerikho, kota pohon kurma itu, sampai Zoar. Dan bersabdalah Tuhan kepadanya, "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub: 'Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri ini.' Engkau boleh melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana." Lalu tutup usialah Musa, hamba Tuhan, di sana di tanah Moab, sesuai dengan sabda Tuhan. Ia dikuburkan oleh Tuhan di suatu lembah di tanah Moab, di hadapan Bet-Peor, dan sampai hari ini tidak ada orang yang tahu kuburnya. Musa berumur seratus dua puluh tahun ketika ia meninggal dunia; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang. Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu. Dan Yosua bin Nun dipenuhi dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah menumpangkan tangan atasnya. Sebab itu orang Israel taat kepada Yosua dan melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa. Tetapi tiada lagi seorang nabi yang bangkit di antara orang Israel seperti Musa yang dikenal Tuhan dengan berhadapan muka. Betapa hebatnya segala tanda dan mukjizat yang dilakukan Musa atas perintah Tuhan di tanah Mesir terhadap Firaun dan semua pegawainya serta seluruh negerinya. Betapa hebatnya segala perbuatan megah dan tindakan dahsyat yang dilakukan Musa di depan seluruh bangsa Israel.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Terpujilah Allah, yang mempertahankan jiwa kami hidup.
Ayat. (Mzm 66:1-3a.5.8.16-17)
1. Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Katakanlah kepada Allah, "Betapa dahsyat segala pekerjaan-Mu."
2. Pergilah dan lihatlah karya-karya Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia. Pujilah Allah kami, hai para bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya!
3. Marilah, dengarkanlah, hai kamu sekalian yang takwa pada Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadapku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (2Kor 5:19)
Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dalam diri Kristus dan mempercayakan warta perdamaian kepada kita.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:15-20)
"Jika saudaramu yang berbuat dosa mendengarkan teguranmu, engkau telah mendapatnya kembali."
Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan dikau, bawalah seorang atau dua orang lain, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sungguh, apa yang kalian ikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kalian lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga. Dan lagi Aku berkata kepadamu, jika dua orang di antaramu di dunia ini sepakat meminta apa pun, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana ada dua atau tiga orang berkumpul demi nama-Ku, Aku hadir di tengah-tengah mereka."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan
Biasanya seorang tokoh akan dibuatkan monumen untuk mengenangkan jasanya. Makamnya dibuat megah sesuai dengan kehormatannya. Tak sedikit orang yang masih hidup pun berpikir membuat monumen untuk dirinya agar tetap dikenang.
Hal itu berbeda dengan Musa. Tak ada seorang nabi yang bangkit di antara orang Israel seperti Musa, yang berhadapan muka dengan Tuhan. Betapa hebat segala tanda dan mukjizat yang dilakukan Musa atas perintah Tuhan.
Tapi nabi besar dan hebat seperti Musa memiliki akhir hidup yang mengejutkan. Musa yang memimpin bangsa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun, dan kini tinggal selangkah lagi sampai ke tanah terjanji, tidak diperkenankan Tuhan memasukinya.
Akhirnya, Musa harus tutup usia di tanah Moab tanpa ada orang yang tahu kuburnya. Mati di tanah asing bagi orang Israel merupakan sebuah tragedi, kematian yang menyedihkan. Musa pun wafat dalam kesepian, ketaatan dan penderitaan. Ia menderita karena bangsa Israel terus berdosa, dan ia tidak diperbolehkan memasuki tanah terjanji.
Saat mati, Musa pun sendirian tanpa kawan. Bahkan makamnya tidak diketahui, sehingga tak mungkin orang menghormati pusara atau nisannya.
Inilah seorang hamba Tuhan yang sangat rendah hati, sederhana dan suci. Musa hingga akhir hidupnya habis untuk melayani umat. Ia rela dilupakan bangsanya. Ia rela tidak dikenang lagi umatnya. Tetapi kesucian dan ketaatannya memang jelas dari saat Musa mati itu: "Musa tutup usia....sesuai dengan Sabda Tuhan". Untuk kapan mati pun, Musa diperintah oleh Sabda Tuhan dan Musa taat.
Marilah kita berdoa dan bersujud di hadapan Tuhan yang kasih dan rencana-Nya tidak terkira dan terpahami. Terpujilah Tuhan untuk selama-lamanya.
Antifon Komuni (Mzm 66:16-17)
Dengarkanlah, hai kalian yang takwa kepada Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadapku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.
D.
Saat merenungkan Injil hari ini, kita bisa mengingat pesan Paus Fransiskus dalam rangka Hari Komunikasi Sedunia ke-49 dua tahun yang lalu (ditulis tanggal 23 Januari 2015), khususnya perihal pengampunan.
Menurut Paus Fransiskus, pengampunan itu suatu proses komunikasi, tentang saling mendengarkan dan berbicara dengan sikap saling menghargai, bukan saling menyerang.
Lebih lanjut Paus Fransiskus menulis bahwa di tengah dunia di dunia nyata ketika orang sering kali dengan gampangnya mengumpat, menggunakan kata-kata kasar, membicarakan kejelekan orang lain, menabur pertentangan dan meracuni pergaulan sosial dengan gosip, maka keluarga menjadi acuan tentang bagaimana seharusnya memahami komunikasi sebagai rahmat. Dalam banyak situasi yang secara nyata dikekang oleh nafas kebencian dan aroma kekerasan, hanya dengan berkah daripada kutukan, dengan jalan berkunjung daripada mengusir, dengan menerima daripada mengajak ribut, maka kita akan mampu mematahkan rantai spiral kejahatan.
E.
NB:
"HISTORIA DOMUS" SANTO MAXIMILIANUS MARIA KOLBE
Pada tanggal 14 Agustus, para anggota keluarga besar Fransiskan memperingati Santo Maximilianus Maria Kolbe, seorang imam Fransiskan Conventual yang menjadi martir Kristus di bawah kekejaman Jerman Nazi.
Raymond (Raymundus; namanya sebelum menjadi Pater Maximilianus Maria) Kolbe dilahirkan pada tanggal 7 Januari 1894 di desa Zdunska-Vola, dekat Lwow, Polandia. Dari empat orang saudaranya, dua meninggal dunia ketika masih kecil. Abangnya, Fransiskus, menemaninya pada waktu dia meninggalkan rumah untuk masuk biara para Fransiskan Conventual di Lwow. Karena kota itu terletak pada bagian Polandia yang pada waktu itu di bawah kekuasaan Austria, maka dua kakak-adik itu melewati perbatasan dengan bersembunyi dalam gerobak yang berisikan rumput kering/jerami.
Pada waktu kakak-beradik itu belajar di seminari kecil, ayah dan ibu mereka memasuki kehidupan religius. Hal ini mendorong Raymond – yang pada waktu itu tidak tahu mau jadi apa dia kelak – memasuki novisiat, yaitu pada tahun 1910, ketika berumur 16 tahun. Frater Maximilianus Maria dikirim ke Roma pada musim gugur tahun 1912 untuk melanjutkan studinya di Universitas Gregoriana. Tujuh tahun lamanya dia berada di Roma. Pada tahun 1917, di Roma, dia mendirikan sebuah gerakan, yaitu MILITIA IMMACULATAE.
Setelah ditahbiskan imam pada tahun 1918, Pater Maximilianus Maria Kolbe pulang ke negerinya dan untuk beberapa waktu lamanya dia berdiam dalam sanatorium di Zakopane, karena penyakit TBC kronis yang dideritanya. Pada tahun 1920, paru-parunya tinggal satu saja. Walaupun kesehatannya sangat rentan, Pater Maximilianus Maria Kolbe aktif dalam kegiatan-kegiatan kerasulan yang dimahkotai dengan keberhasilan. Imam muda ini melihat bahwa ketidakpedulian terhadap agama sebagai racun paling mematikan pada masa itu. Misinya adalah melawan racun sangat berbahaya ini lewat kesaksian hidup yang baik, doa, kerja dan penderitaan.
Kemudian, untuk mempromosikan MILITIA IMMACULATAE, Pater Kolbe ini meluncurkan sebuah bulletin, “Ksatria dari (Maria) Yang Tak Bernoda” pada waktu dia ditugaskan di Krakow.
Setelah dia menerima tanah di dekat Warsawa, Pater Kolbe mulai mendirikan “Kota (Maria) Tak Bernoda” atau Niepolalanow, yang kemudian berkembang menjadi komunitas religius terbesar yang pernah ada dalam sejarah Gereja. Pada tahun 1938 komunitas itu beranggotakan 762 saudara, kebanyakan para bruder. Pada puncak kegiatan kerasulan mereka, tiga buah mesin cetak rotari mereka bekerja siang dan malam, dan sirkulasi bulletin “Ksatria” yang disebutkan di atas hampir mencapai angka 1 juta eksemplar. Ada juga publikasi-publikasi lainnya, salah satunya adalah harian “JURNAL KECIL” dengan sirkulasi 230 ribu.
Pada tahun 1930, setelah “Kota (Maria) Tak Bernoda” telah berjalan dengan lancar, bersama empat orang saudaranya Pater Maximilianus pergi ke Nagasaki, Jepang. Di lereng gunung Hikosan mereka mendirikan sebuah “Kota (Maria) Tak Bernoda” yang kedua. “Kota” itu tidak mengalami kerusakan ketika kota Nagasaki dijatuhi bom atom oleh pihak sekutu pada tahun 1945. “Kota” itu menjadi pusat Provinsi Jepang dari para Fransiskan Conventual.
Pada tahun 1939 Pater Maximilianus Maria Kolbe kembali ke Polandia untuk menghadiri sebuah kapital provinsi, dan dia diangkat kembali menjadi superior dari “Kota (Maria) Tak Bernoda”. Pada tahun yang sama Polandia diserbu oleh Jerman Nazi, dan Pater Kolbe di tahan untuk masa kurang dari tiga bulan. Dia dan para saudara yang lain dibebaskan pada “Pesta Maria dikandung tanpa noda”. Pada tahun 1941 dia ditangkap lagi dan dijebloskan ke dalam penjara Pawiak yang terletak dekat Warsawa untuk sementara waktu, namun kemudian dikirim ke kamp konsentrasi dekat Oswiecim (Ausschswitz). Tujuan pihak Nazi Jerman adalah melikuidasi para pemimpin yang akan menjadi ancaman para penguasa. Hanya tiga bulan kemudian, lewat serangkaian penyiksaan, Pater Maximilianus Maria Kolbe menjadi martir Kristus di tangan kaum Nazi Jerman.
Ceritanya begini:
Pada suatu hari ketahuanlah bahwa ada seorang tawanan yang melarikan diri. Komandan mengumumkan bahwa ada sepuluh orang tawanan yang akan dihukum mati untuk menggantikan tawanan yang melarikan diri itu. Pater Maximilianus Maria Kolbe dengan nomor pengenal 16670 maju ke depan dan menawarkan diri untuk menggantikan salah seorang yang telah ditunjuk untuk dihukum mati, yaitu sersan Gajowniczek. “Saya mau menggantikan orang itu. Dia mempunyai seorang istri dan anak-anak”, kata Pater Kolbe. “Siapa kamu?”, tanya sang komandan. “Seorang imam!” Tanpa nama, tanpa ketenaran atau kemasyhuran. Suasana hening-sepi sebentar.
Setelah tertegun sejenak, sang komandanpun menendang sersan Gojowniczek keluar dari barisan para terhukum, kemudian memerintahkan Pater Kolbe untuk bergabung dengan sembilan orang terhukum lainnya. Di “blok kematian” mereka diharuskan melepaskan pakaian mereka dan dengan bertelanjang bulat mereka menghadapi kematian yang datang perlahan-lahan dalam kegelapan. Akan tetapi tidak terdengar teriakan-teriakan, yang terdengar adalah nyanyian para tawanan di kamp konsentrasi.
Pada malam hari menjelang “Hari Raya S.P. Maria Diangkat ke Surga”, ternyata Pater Kolbe masih hidup. Para petugas mendapatkannya masih berdoa di salah satu sudut ruangan. Dia mengangkat tangannya yang sudah tulang tak berdaging itu untuk menerima suntikan maut dengan asam karbolik. Mereka kemudian membakar tubuhnya bersama-sama dengan yang lain.
Kematian Pater Kolbe bukanlah tindakan heroisme menit terakhir. Keseluruhan hidupnya telah merupakan suatu persiapan. Kekudusannya tanpa batas. Dia memiliki hasrat penuh gairah untuk mempertobatkan seluruh dunia bagi Allah. Dan “Maria yang dikandung tanpa noda” yang sangat dicintainya adalah sumber inspirasi bagi dia dan gerakannya.
Pater Maximilianus Maria Kolbe OFMConv. menjadi martir Kristus pada usia 47 tahun 7 bulan. Ia dibeatifikasikan tiga puluh tahun kemudian, yaitu oleh Paus Paulus VI pada tanggal 17 Oktober 1971. Paus Yohanes Paulus II mengkanonisasikannya pada tanggal 10 Oktober 1982.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar